"Jadi apa yang harus kulakukan? Aku tidak akan bisa mengelak hukumanku. Selain itu, Leo pasti juga sudah menemukan siapa orang yang mengutusku. Kamu juga telah tahu, dengan siapa aku bekerja. Hanya saja ibumu tidak mungkin meringkuk di penjara seperti aku dikarenakan kekuatan uang yang dia miliki.""Kalau begitu, kalau memang uang bisa menolongmu, maka aku bisa membantumu. Aku akan berupaya untuk kamu keluar dari penjara."Ovan tersenyum tipis, ia tahu Barbara juga punya uang yang bisa membuatnya terbebas dari hukuman tersebut. Akan tetapi ia merasa lebih baik bisa membayar kesalahannya dengan caranya sendiri."Aku ini, sangat rendahan bukan? Aku sudah kehilangan Vanessa, maka aku hanya akan membalas kebaikanmu selama ini. Percayalah, hidup di penjara ini membuatku merasa lebih baik," katanya pelan dan menggenggam tangan Barbara."Mari kita bercerai, Barbara. Mari kita akhiri seperti yang ayahmu inginkan. Setelah aku bebas nanti, mari kita bertemu untuk bercerit
Barbara menatap sendu ibu tirinya yang membelainya dengan lembut. Wanita yang selama ini selalu ia hindari. Akan tetapi ia bisa melihat kasih sayang Lena begitu menyentuh hatinya."Apa yang harus aku lakukan? Papa sangatlah membenci Ovan, dan Ovan juga menolakku. Aku tidak berharap hubunganku dengannya berakhir, Bu. Aku masih berharap Ovan kembali, dan aku tidak perduli bahwa dia dalam masa hukumannya sekarang ini.""Aku mengerti, aku juga bisa merasakannya. Akan tetapi mungkin ku harus membiarkan dulu keadaan sedikit tenang. Kamu bisa diam atau mengatakan kepadanya bahwa kamu akan menerima saja keputusannya.. Setidaknya biarkan dia memikirkan kembali apa yang sebenarnya ada di hatinya," ujarnya dengan lembut.Barbara cukup lama merenungi ucapan Lena, akan tetapi akhirnya ia menuruti saja keputusan Lena.Sementara itu di lokasi penjara, Ovan berkali-kali melongok keluar pagar. Sudah beberapa hari ia tidak melihat kehadiran Barbara. Bahkan ia memastikan untuk ber
"Baiklah, tapi beneran ya cuma tiga menit. Kalau tidak saya tidak akan pernah memaafkan lagi," kata sipir tersebut."Tentu saja, sudah cukup cuma tiga menit."Barbara melihat Ovan dari kejauhan. Senyumnya seketika terbit saat melihat pria itu baik-baik saja. Penampilan Ovan memang berantakan, bahkan dengan pakaian kriminal tersebut Barbara tidak merasa terganggu samasekali.Dia hanya memandang dengan tenang apapun yang Ovan lakukan, hingga tiga menit tak terasa telah berlalu."Kalau begitu setia sama lelaki begitu, kenapa nggak ikut dipenjara sekalian?" Tegur sipir penjara tersebut."Memangnya bisa?" Barbara tak kalah konyol menjawabnya."Ya bisa aja, asal kejahatannya dilakukan bersama-sama.""Dia itu merampok ayahku, bagaimana bisa kami dipenjara bersama."Sipir tersebut mengernyit, pengakuan Barbara cukup aneh, tapi itu bisa dimengerti karena Barbara memang seperti wanita yang tergila-gila."Kalau dia merampok ayahmu, kenapa kamu masih juga menyukainya? Cari saja pria lain yang mem
"Kalau begitu, apa yang menghalangi kamu untuk menerimanya? Toh kalian saling menyukai.""Karena aku miskin. Aku benci menjadi orang rendahan apalagi di hadapan wanita. Biar saja, kalau dia bosan, dia pasti akan berhenti."Ovan masih memperhatikan Barbara yang berada di sudut sana. Ia bernapas lega karena tak lama kemudian Barbara menghilang. Menunjukkan Barbara pasti sudah bosan menunggunya. Lagipula juga, dirinya mulai terbiasa berada di balik jeruji besi, ia mulai bisa untuk berjauhan dari Barbara. Ia akan senang jika wanita itu menjauh darinya, bukankah begitu?Ovan ragu, tapi hanya itu yang dia bisa. Gadis cantik itu berhak bahagia, bukan bersama pria sepertinya. Barbara punya masa depan, bahkan dia adalah masa depan perusahaan Anton Bagaskara yang sangat besar itu."Ovan, dia sepertinya tidak perduli kalau kamu miskin. Karena dia sudah punya harta, dia nggak butuh dengan uang kamu. Kamu hanya harus bersikap tulus dan berani, bukan menjadi pengecut. Seharusnya kamu melihat dong,
Anton merasa Barbara sudah keterlaluan. Seolah menjadikan alasan masa lalu mereka lebih penting dibandingkan dengan keselamatan perusahaannya. Terlebih lagi, kekacauan yang membuat perusahaannya merugi juga ada kaitannya dengan Veina, mantan istrinya yang juga ibu dari Barbara.Kalau saja bukan karena wanita itu adalah ibu Barbara, tentu saja ia sudah bersikap tanpa kompromi dan membuat wanita itu meringkuk di penjara seperti Ovan. Ia masih mempertimbangkan perasaan putrinya yang telah lama tidak bertemu dengan wanita itu. Akan tetapi kalau Barbara selalu saja menentangnya dan membuat kekacauan, apa yang bisa ia lakukan kecuali membuat Barbara sadar akan kesalahannya?"Barbara kau sungguh tak mengerti, siapa yang ada di belakang mantan suami kamu itu," desis Anton akan tetapi Barbara sungguh mendengar dengan jelas ucapannya itu.Barbara menoleh cepat. Akhirnya ia harus berhadapan dengan ayahnya ini perihal apa yang sebenarnya telah terjadi."Apa maksud Papa?""Uhm, maksud Papa...," pr
Leo memang berharap hal itu terjadi. Setelah menikahi Selen dan mendapatkan pengkhianatan dari Selen, iapun menyesal dan ingin kembali pada Barbara. Tak perduli jika wanita itu sudah membencinya, ia masih sangat menyesal dan ingin Barbara kembali mencintainya."Leo, cari sampai tuntas dalam satu bulan ini dan aku akan memberikan imbalan yang besar untukmu. Jangan lupa, setelah Barbara menandatangani surat cerai, dia tidak punya pilihan lagi selain menikahimu. Mengerti?""Baik, Pak. Saya akan berusaha keras untuk menelusuri," ujarnya dengan hati yang berbunga-bunga.***Hari yang cerah, Barbara menyusun beberapa setel pakaian kasual miliknya di dalam ransel kecil. Ia juga mematut dirinya dengan kaos putih dan celana jeans miliknya. Ia terlihat sangat sibuk dengan pikirannya, dahinya berkerut, dan gerakannya sangat cepat menyiapkan segala sesuatunya."Kali ini, aku tidak boleh gagal lagi untuk menjangkau hatimu. Bahkan batu yang keras saja bisa berlubang hanya karena tetesan air yang t
Seakan suara itu tak asing di telinga Ovan. Ia segera terfokus dengan wajah cantik Barbara dengan riasan tipis dan balutan pakaian petugas. Sangat terkejut, tapi ia hanya bisa menahan dirinya."Ternyata kau...""Aku sedang bertugas, setidaknya mengambil alih tugas seseorang malam ini. Apa ini membuatmu terkejut?" tanya Barbara dan tersenyum."Tidak mungkin, aku nggak gampang kaget setelah apa yang terjadi di Belanda. Kamu memang sanggup melakukan apapun yang kamu mau," jawabnya santai. "Uang memang sangat luar biasa."Wajah Barbara cemberut."Kamu memang tidak pernah menghargai seluruh perjuangan yang kulakukan. Aku tahu ini cukup memalukan, tapi aku harus bagaimana?" balas Barbara. "Aku merasa kesal dan frustasi, dan sekarang Leo mendapatkan perhatian dari Papa."Mendengar nama Leo, hati Ovan serasa mendidih. Bagaimanapun diantara Barbara dengan Leo, diantara mereka pernah terjalin perasan cinta yang mendalam. Bisa saja Barbara masih marah dan suatu saat hatinya kembali dalam cinta d
Anton Bagaskara dikejutkan dengan sebuah berita rahasia yang baru saja Leo bawa. Ia melotot tajam melihat sebuah foto yang didapatkan Leo berkenaan dengan siapa saja yang berada dibalik Ovan dengan penyelidikan khusus oleh sebuah badan intelejen. Ia sangat heran karena pelaku itu adalah seorang wanita yang sangat ia kenal dan bahkan sangat ia cintai."Maaf, Pak. Foto ini masih belum bisa dilihat dengan jelas karena sulit sekali untuk mengambilnya," kata Leo meminta maaf.Sementara itu Anton Bagaskara terfokus pada foto itu tanpa bergeming. Meskipun itu sedikit tidak fokus, ia bisa mengenali dengan mudah wanita itu."Saya akan meminta lagi untuk gambar yang lebih jelas," katanya lagi sementara Anton masih diam. "Saya juga mendapatkan informasi bahwa wanita ini memiliki tujuan ke Indonesia. Jadi sangat mungkin dia adalah orang Indonesia."Anton masih diam. Ia harus tau apa tujuan Veina datang ke Indonesia sekarang ini. Bisa saja ia.menjadi penolong Ovan sehingga mempersingkat masa penah
"Apakah kisah kita juga termasuk yang unik?" kali ini Risa berkata sambil senyum-senyum."Kita? Apa kau sungguh mencintaiku?""Jawab saja pertanyaanku!"Drett dreett dreett!Ponsel Dave berdering dan pria itu lalu mengambil ponsel di sakunya.["Halo, ada apa?"]["Kenapa galak begitu? Aku mengganggumu?"]["Tidak, tapi kau merusak aktifitasku."]["Oh sayangku, tapi hari ini kau harus segera datang karena ini sangat penting, Dave."]["Barbara, kau selalu saja menganggap penting masalahmu. Kau bisa bilang dari sekarang, ada apa dan kenapa kami harus datang?"]["Terserah, kau harus datang! Titik!"]Klep!"Siapa?" Risa bertanya."Siapa lagi kalau bukan saudara perempuanku yang bawel itu, heh?" kata Dave, tapi dia malah tersenyum. "Bersiaplah, kita harus datang ke rumah mereka."Tak ada jawaban, Risa hanya bergegas sesuai kata Dave. Di rumah Anton Bagaskara, mereka berkumpul dengan aneka macam hidangan. Mereka dengan sengaja mengundang Dave dan Risa dan juga Veina.Anton Bagaskara terlihat
Pagi mulai merayap memancarkan sinarnya. Dari setiap asa yang terbersit, selalu ada cara untuk menempuh harapan yang ingin ia wujudkan.Harapan terbesar yang hampir ingin dicapai manusia adalah mereka ingin menikmati bahagia di hari ini.Doa dilantunkan, dipanjatkan demi mengharapkan takdir yang baik untuk dirinya dan orang yang dicintainya.Siapa yang tak ingin bahagia?Mustahil bagi manusia untuk berharap tidak bahagia.Akan tetapi pada sebagian hidup yang ia jalani, ia harus menempuh ujian sampai ia akan tahu di akhir ujian itulah kebahagiaan yang sebenarnya.Bahagia itu relatif, demikian kata sebagian orang.Seorang yang membutuhkan uang, ia akan bahagia saat mendapatkan uang yang ia inginkan.Seorang yang membutuhkan kasih sayang, maka ia akan mengharapkan kasih sayang dan cinta dan ia akan bahagia karenanya.Sebagian orang memilih untuk tidak perduli dengan pencapaian orang lain, ia merasa cukup dengan apa yang ada pada dirinya, bersyukur dengan apa yang ia miliki.Ia menutup ma
"Maafkan Ceila, Bu. Dia sedikit takut," kata Risa dengan memeluknya."Takut? Apa ini? Kenapa dia harus takut denganku?" heran Veina."Mom, kau memang menakutkan, Ceila kan belum mengenalmu, jadi wajar kalau dia takut dengan wajah seram Mommy," kata Dave kemudian, dia berbicara dengan sedikit mengulas senyum."Apa apaan, kau omong kosong ya?"Risa ikut tersenyum karena kelakuan Dave yang menggoda ibunya."Masalah ini sedikit rumit menjelaskannya, Bu. Yang jelas Ceila tahu Ibu baru di penjara seperti ibunya."Veina merenungkannya, Risa mungkin sedang mengatakan kalau Ceila memiliki traumatis bahkan saat bertemu dirinya."Baiklah, aku bisa mengerti. Padahal aku sangat ingin memeluk cucu Perempuanku, eh, kenapa sampai takut begitu...ufh," keluhnya. "Tapi, cepatlah berkumpul bersama Barbara, kita harus punya foto kenangan yang bagus, oke?""Baik, Bu."Risa akhirnya membujuk Ceila untuk berkumpul bersama keluarga dan mengatakan bahwa Selen tidak mungkin ada di tempat pesta tersebut. Ia sung
"Anu...kamu sekarang...""Ya, tentu saja aku harus ada di sini, ini adalah pernikahan putriku. Bagaimana kabar kalian, apakah semua baik?""Iya... tentu saja kami baik. Dan kamu, apakah menetap di sini sekarang? Aku dengar kamu ada di Belanda.""Benar, aku memang di Belanda kemarin, tapi sekarang aku akan menetap di sini.""Di rumah ini?" kata salah seorang menyahut."Tidak. Sekarang aku masih dalam masa tahanan, tapi kalau sudah bebas nanti, aku mungkin akan membeli rumah di sekitar sini.""Apa maksudmu dalam masa tahanan? Apa kau.... melakukan kejahatan?" tanya salah satunya ragu, sementara yang lain saling melihat. Mereka makin memperhatikan penampilan Veina yang sangat mewah dan mencolok, memangnya kejahatan apa yang dia perbuat?Pandangan mata mereka mulai berubah canggung, sepertinya ada sedikit rasa takut pada Veina."Jangan kuatir, aku bukan pembunuh kecuali dengan terpaksa," kata Veina dengan tersenyum yang membuat para wanita itu semakin gugup.Saat itu Lena juga ikut mendek
Warna bahagia meliputi suasana sebuah aula pertemuan milik Anton Bagaskara. Gedung megah itu memiliki kesibukan yang tak biasa pada hari itu.Penjagaan ketat di berbagai tempat samasekali tidak menghilangkan suasana rileks dan bersahabat menyambut siapapun yang hadir dalam undangan pernikahan Ovan dan Barbara.Bahkan saat mereka melihat semakin ke dalam, maka mereka akan menyaksikan lebih banyak keindahan dan suasana bahagia yang semakin kentara."Aku merasa gaun ini menonjolkan bentuk perutku yang semakin besar, suamiku. Apa ini masih enak dilihat? Jangan salah faham, aku bukan malu karena hamil, tapi aku kasihan kalau sampai desainer pakaian ini kecewa saat melihatku dalam bentuk tubuh seperti ini," katanya.Ovan hanya tersenyum geli karena Barbara malah sangat gugup dengan bentuk tubuhnya."Kau memang sangat jelek sekarang ini. Tapi itu sih bukan salahku."Mendengar jawaban Ovan yang tak memiliki beban itu Barbara jadi sangat kesal."Kau bilang tak bersalah? Baiklah, aku akan memba
Persidangan berjalan sangat lancar. Sebab, tidak ada bantahan baik itu Selen atau Leo dalam menanggapi dakwaan hakim. Mereka hanya pasrah dan menunduk dalam atas semua yang mereka dengar.Percuma saja melawan, toh semuanya sudah ketahuan."Dengan ini, maka pengadilan hukum pidana memutuskan untuk Nyonya Selen mendapatkan hukuman pidana selama dua belas tahun karena percobaan pembunuhan terhadap sahabatnya sendiri, dan denda senilai lima ratus juta rupiah atas kerusakan yang telah ditimbulkan."Tok Tok Tok!Suara riuh menggema di dalam ruangan tersebut. Mereka senang dengan keputusan hakim atas Selen."Selain itu, kami juga memutuskan untuk menjatuhkan hukuman kepada Saudara Leo selama sepuluh tahun penjara karena telah menyembunyikan bukti dan percobaan pelecehan kepada saudara Barbara."Tok Tok Tok!Kembali suara riuh ruangan itu menggema atas apa yang mereka dengar dari keputusan hakim.Tidak ada lagi keberatan yang akan mereka, Leo dan Selen sampaikan kecuali pasrah dengan putusan
Dave sedikit terkesima, ia melupakan sosok kecil putrinya yang mungkin akan terluka saat melihat Selen mendapatkan hujatan di pengadilan nanti. Ia tak seharusnya membiarkan Ceila menyaksikan hal itu."Kau benar, kurasa kita tidak perlu datang dan mengikuti jalannya pengadilan. Lebih baik kita pergi bersama ke suatu tempat untuk rekreasi. Aku akan mengatakan hal ini pada Barbara dan meminta maaf.""Atau sebaiknya kau saja yang datang? Aku akan menjaga Ceila dan tidak menyinggung hal ini. Jangan sampai Ceila sedih karenanya."Dave berpikir sebentar, ia juga penasaran soal jalannya pengadilan, tapi juga ingin menghabiskan waktu bersama Risa dan Ceila alih-alih melihat mantan kekasihnya yang menyedihkan."Dave, kau melamun?""Eh, bukan begitu. Aku sedang berpikir kalau Ceila sampai melihat hal semacam itu, pastilah akan menjadi traumatis di hari akan datang."***Keesokan harinya, mereka memang sudah sangat ramai berkumpul di pengadilan. Antusias kerabat Barbara terlihat memenuhi teras pe
"Wow, kenapa kalian tidak memanggil kami? Kami bisa saja datang ke sana dan membalas perbuatan mereka.""Hentikan omong kosong kamu Dave! Ovan sudah menyerahkan semuanya pada polisi, nggak perlu repot-repot. Kau hanya perlu mengangkat semua tas itu, oke?"***"Baik, karena semua sudah berkumpul, mari kita melanjutkan pembicaraan kita soal pesta pernikahan Barbara dan Ovan.. Aku ingin pesta pernikahan ini dibuat sangat meriah dan berkesan.""Tunggu! kenapa pernikahan ini diselenggarakan tanpa keluarga Ovan? Ini sangat tak biasa," protes bibi Barbara. "Bukan tak percaya, tapi ..""Bibi, mereka punya tempat tinggal yang sangat jauh. Mereka sangat kesulitan. Toh orang tua Ovan telah tiada, untuk apa memaksakan diri?" jawab Barbara sedikit berbohong. "Barbara, apakah semua baik-baik saja? Sepertinya ada sesuatu yang terjadi di sana?"Barbara menarik tangan Lena dan membawanya ke kamar miliknya."Bu, aku tidak bisa menceritakan semuanya sekarang ini. Akan tetapi aku pasti akan menceritakan
Ovan yang sudah kembali dengan banyak makanan di kantong belanjanya melihat Barbara terlihat sangat pucat."Sayang, apa kau baik-baik saja? Kau terlihat sangat pucat. Ada apa?"Barbara tak menjawab, ia hanya memberikan isyarat untuk Ovan melihatnya dengan menunjuk ke arah Laptop."Apa yang terjadi?"Pria itupun masuk ke mobil dan melihat laptopnya.Ovan sangat terkejut karena melihat serombongan orang menyusup ke dalam rumahnya. Bukan satu atau dua orang, tapi ada sekitar tujuh orang pria. Mereka sungguh mengincar apa yang ia miliki. Terlihat beberapa orang berjaga dan yang lainnya memeriksa kotak perhiasan. Mereka sungguh perampok dengan persenjataan lengkap berupa senapan dan senjata tajam. Semua fenomena itu, persis seperti apa yang ia takutkan.Itulah sebabnya ia tidak mau mengambil resiko nyawa, tidak akan!"Kau sudah melihatnya bukan? Kau bisa melihat betapa kejamnya mereka ini. Bahkan dengan apa yang mereka lakukan itu tidak seorangpun yang bisa melarangnya. Aku sangat yakin me