Semua Bab Sang Penari Pujaan Hati: Bab 61 - Bab 70

122 Bab

61. Tumbang

Happy Reading*****Wandra segera mengemasi barang-barangnya dan segera pulang. Dia sudah memesan tiket sebelum sampai di rumah kakeknya. Untuk mengatakan pada pria sepuh itu, tentunya Wandra tak memiliki keberanian. "Kenapa kepulanganmu terkesan mendadak, Ndra. Apa yang terjadi di Banyuwangi?" tanya sang kakek saat Wandra berpamitan akan pulang pukul sepuluh nanti. "Ada hal yang harus Wandra kerjakan, Kek. Menyangkut masa depan dan calon cicit kakek," alibi Wandra agar kakeknya tak lagi bertanya lebih mendetail."Apa sudah mendapatkan restu dari mamamu?""Belum, Kek. Makanya, Wandra mau berjuang. Kakek setuju kan kalau aku nikah sama gadis yang beberapa waktu lalu aku kenalkan?" "Setuju saja asal kamu bahagia, Ndra. Jangan sampai kamu nggak nikah seperti janjimu dulu. Kakek sangat sedih. Lagian, dia gadis yang sopan dan terlihat baik. Terlepas dari siapa orang tua dan pekerjaannya." "Terima kasih, Kek. Doakan Wandra, jika Mama sama Papa belum merestui juga, maka kami akan tinggal
Baca selengkapnya

62. Jelita, Pelitaku

Happy Reading*****Di sinilah Wandra berada, sebuah ruangan VIP. Sejak sejam lalu, lelaki paruh baya yang menjadi pahlawan bagi keluarganya dinyatakan terkana stroke. Untuk sementara waktu, kasusnya akan ditangguhkan dan semua aset milik keluarga Pambudi masih dibekukan oleh pihak KPK. Wandra bahkan belum mendapat kabar di mana keberadaan mama serta adiknya. Sepertinya mereka menghilang ditelan bumi. Saat menelepon ke kantor Rista, si sulung mendapat kabar jika adiknya sedang cuti. "Bisa-bisanya Mama sama Rista cuti dan berlibur. Apa mereka nggak tahu kalau Papa lagi butuh keluarganya," gerutu Wandra saat dia baru menyelesaikan panggilan."Sabar, Ndra. Mungkin mereka berdua nggak mau terlibat." Mahesa menepuk bahu sahabatnya. "Aku bingung sama sikap mereka berdua itu, Sa.""Tenangkan dirimu dan fokus pada kesembuhan Om Pambudi."Tak berapa lama setelah perbincangan itu, Jelita muncul dengan membawa rantang. Setelah menghubungi kekasihnya, gegas dia berangkat ke rumah sakit. "Kali
Baca selengkapnya

63. Kesadaran

Happy Reading*****"Papa sudah sadar?" tanya Wandra. Dia mendekat dan memegang telapak tangan lelaki paruh baya itu. "Gimana keadaan Papa?""Aku panggil dokter, ya, Mas." Jelita sengaja memberikan ruang untuk keduanya berbincang."Terima kasih, Lit," ucap Wandra dan ditanggapi dengan senyuman oleh gadis itu.Keadaan yang masih lemah membuat Pambudi tidak bisa berbicara banyak. Dia, hanya menatap haru pada Jelita dan Wandra. Sejahat apa pun rencana yang telah disusun untuk memisahkan keduanya, nyatanya kini mereka bersatu. Mungkin suatu saat nanti, Pambudi harus berbicara secara tegas pada Ajeng untuk memberikan restunya pada si sulung dan Jelita."Pa, kenapa melamun?" tanya Wandra.Pambudi menggeleng, perlahan air matanya menetes. Selalu berpikiran buruk dan memandang rendah Jelita bahkan kata-kata yang terlontar sering kali menyakiti hati. Sang pemimpin keluarga menyadari semua kesalahannya itu. Bahkan kata-kata terakhir yang didengar tadi sungguh membuka mata Pambudi. Siapa gadis b
Baca selengkapnya

64. Mari Hadapi Bersama

Happy Reading*****"Papa jangan berpikir yang aneh-aneh. Mama mungkin sedang sibuk dan pekerjaannya nggak bisa ditinggal. Bukankah sudah ada Lita dan Wandra di sini," kata si sulung menenangkan."Mas tidak usah bohong. Mamamu pasti pergi jauh, Papa hafal sifatnya. Dia tidak akan pernah mau terlibat dengan urusan pelik seperti ini." Suara Pambudi melemah. Sejak dirinya diperiksa oleh pihak KPK, Ajeng sudah mengatakan tak ingin terlibat. Bahkan terang-terangan menjauh."Maaf, Pa. Sebagai anak, Wandra nggak bisa melindungi keluarga. Sampai saat ini, Mas, belum tahu keberadaan Mama sama Rista."Jelita sebagai orang yang tak seharusnya mendengar percakapan mereka, membalikkan badan. "Mau ke mana, Lit?" tanya Pambudi."Saya keluar dulu, Pak.""Tidak perlu keluar. Kamu pasti sudah tahu sifat calon mertuamu. Kelak, Papa harap kamu tidak akan mengambil sisi buruk darinya."Susah payah, Jelita menelan salivanya. Sebutan Pambudi untuk mengatakan dirinya sendiri apakah disadari? Mengapa dia men
Baca selengkapnya

65. Kemarahan Wandra

Happy Reading*****Suka tidak suka, Wandra harus menyetujui para aparat itu untuk menjalankan pekerjaannya. Sementara Jelita sudah meminta ijin pada atasan untuk tidak masuk kerja hari ini. gadis itu juga sudah meminta ibunya untuk membawakan baju ganti dan juga makanan untuknya dan juga sang kekasih.Beberapa petugas dari KPK mulai berdatangan. Wandra dan Jelita diminta untuk kelua sementara waktu. Baru saja mereka keluar dari ruang perawatan Pambudi, wajah Mahesa terlihat. Dia datang membawa bungkusan."Kamu nginep semalam, Lit?" tanya Mahesa. Kegetiran hatinya mulai masuk kembali. Ingin sekali tidak datang mengunjungi Pambudi, tetapi rasa sungkan dan tidak enak merajai hati. "Aku yang memintanya nginep, Sa. Kamu aku hubungi nggak balas-balas." Wandra melihat rasa yang sulit diartikan dari wajah sang sahabat. Entahlah, sejak telepon dari Mahesa saat itu yang menanyakan tentang Jelita, hati WAndra merasakan keanehan."Sorry, aku banyak kerjaan semalam. Tahu sendiri dari siang aku n
Baca selengkapnya

66. Rencana Baru Ajeng

Happy Reading*****"Sorry, deh. Segitunya kamu mencintai Jelita," kata Mahesa masih melanjutkan percakapan mereka tadi."Dia segalanya buat aku, Sa. Kamu tahu sendiri kalau aku sampai rela nggak nikah kalau nggak sama dia.""Menantang takdir namanya. Mana ada begitu. Setiap manusia itu pasti berpasangan. Nggak boleh menyalahi kodrat.""Jadi, kamu berencana melupakan gadis itu?" tanya Wandra masih penasaran."Tentu. Aku harus berusaha melupakan dia, biarlah dia bahagia dengan pujaan hatinya." Mahesa menatap ke jauh. Bibirnya bisa saja berkata demikian, tetapi hatinya tidak bisa memungkiri bahwa nama Jelita masih merajai hati."Sama adikku saja. Dia cinta mati tiga sama dirimu.""Ogah, nikahin Rista, sama kayak nikahin adik sendiri. Aku nggak bisa, Ndra. Mending nyari cewek lain."Keduanya tertawa. Entahlah, Mahesa lebih plong saat ini. Biarlah menjadi rahasia tanpa diketahui oleh Wandra nama gadis yang dicintainya. "Ndra, kamu nggak nyoba hubungi eyang yang di Yogya? Siapa tahu belia
Baca selengkapnya

67. Siapa Dia?

Happy Reading*****"Bunda apaan sih. Mana mungkin saya berani menjodohkan dengan cucunya njenengan. Mereka kan nggak saling kenal," kata Ajeng.Rista menatap tak percaya pada orang tuanya. Ringan sekali mulut Ajeng berkata demikian. Padahal semenit lalu, dia meminta Rista supaya mau dijodohkan dengan cucu dari orang yang akan ditemuinya."Semua bisa saja terjadi, kan? Kita sudah lama nggak ketemu. Tiba-tiba kamu datang lagi ke kota ini dengan membawa seorang putri. Siapa tahu kamu masih penasaran pengin masuk dalam keluargaku." Cara bicara perempuan sepuh itu tidak ada manis-manisnya.Ajeng mengerucutkan bibir. Perempuan yang bersamanya ini seolah tahu jalan pikirannya."Ih, Bunda. Mikirnya jelek terus.""Gimana kabar keluargamu, Jeng? Aku dengar suamimu lagi kesandung kasus, tapi anehnya kamu malah datang ke kota ini. Kamu nggak menggugat cerai suamimu, kan?"Lagi-lagi, Rista tercengang dengan kalimat yang dilontarkan oleh perempuan sepuh itu. Dia seolah mengenal baik mamanya padaha
Baca selengkapnya

68. Ajeng dan Puspa

Happy Reading*****Hari-hari Jelita dan Wandra disibukkan dengan kegiatan ke rumah sakit dan kantor KPK untuk mengurus segala permasalahan Pambudi. Terhitung sudah seminggu keduanya melakukan hal itu, dibantu dengan Mahesa tentunya. Selama itu pula, Ajeng dan Rista tak pernah menghubungi Wandra maupun Pambudi.Jelita malah sering mendengar curhatan dari eyangnya yang mengatakan bahwa orang tua perempuan Wandra selalu mengajaknya ketemuan. Entah apa yang menyebabkannya. "Semua sudah siap, Yang?" tanya Wandra saat melihat kekasihnya duduk bersandar di sofa ruang perawatan Pambudi. Peluh mulai membanjiri wajahnya."Sudah, Mas. Mau pulang sekarang?" "Nunggu Pak Minto, Yang," sahut Wandra. Lelaki itu masih membantu papanya bersiap. "Terima kasih, Lit. Kamu sudah mengurus Papa dengan baik. Setelah masalah ini selesai, segeralah kalian menikah," kata Pambudi menyela obrolan sepasang kekasih itu."Bapak jangan mikir pernikahan kami dulu." "Kalian sudah terlalu lama terpisah. Papa takut k
Baca selengkapnya

69. Perjodohan Riyan

Happy Reading*****"Mereka memang tidak saling mengenal, tapi karena hubungan kalian. Mamanya Wandra, jadi sedikit kesal sama ibumu." Begitulah penjelasan yang diberikan Pambudi.Sampai saat ini, dia sendiri belum mengetahui apa pun. Mengapa Ajeng begitu membenci Puspa. Jauh sebelum hubungan Wandra dan Jelita terendus. "Begitulah Mama, Pa. Tetap teguh pada pendiriannya bahwa Jelita tak pernah pantas menjadi istriku. Padahal derajat seorang manusia nggak bisa ditentukan oleh hartanya." Wandra menatap sang kekasih. "Sabar, Sayang. Suatu saat nanti, Mama pasti menyadari kebaikan hatimu."Gadis itu mengangguk. Namun, jauh di dalam hati dia masih mempertanyakan penyebab Ajeng membencinya. Cerita yang selalu didengar dari eyangnya tentang Ajeng yang sering meminta bertemu serta permintaan pendapat mengenai sifat dan karakter Rista makin membuat Jelita penasaran. Jika tak saling kenal dekat, mana mungkin Ajeng berbuat demikian. Laksmi adalah sosok yang tak memiliki banyak kenalan. Sepanj
Baca selengkapnya

70. Ayah Jelita

Happy Reading *****"Nanti, Lita telpon Eyang lagi, Nggeh," kata Jelita memutuskan sambungan secara sepihak. Tak mau Wandra mendengar percakapannya dengan Laksmi karena menyangkut Rista. Selesai menelepon, Jelita melihat pada kekasihnya."Mas tadi tanya apa?""Lagi telponan sama siapa? Terus kenapa nyebut-nyebut nama Rista?" Wandra mengajak Jelita untuk kembali ke meja makan.Sambil membereskan peralatan makan yang telah selesai, Jelita berkata. "Mas tahu nggak kalau Rista mau dijodohkan dengan seseorang di Yogya sana?""Hah! Mengapa mamamu selalu menjadikan Rista umpan. Apa dia tidak ingin adikmu bahagia dengan lelaki pilihannya sendiri. Papa lelah dengan sikap mamamu, Mas," kata Pambudi, sedih."Maksud Papa gimana? Mas, makin bingung." Bergantian, Wandra menatap Jelita dan Pambudi. Berharap keduanya bisa menjelaskan lebih detail tentang Rista dan perjodohannya."Masih inget sama Mahesa? Dulu mamamu ngotot untuk menjodohkan dia dengan Rista bahkan kamu sendiri sampai diminta untuk m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status