Beranda / Fantasi / GGAP 3 : THE LAST / Bab 171 - Bab 180

Semua Bab GGAP 3 : THE LAST: Bab 171 - Bab 180

639 Bab

BAB 171

Apalagi saat ini, dari informasi yang ia dapatkan, ketua klan tidak lagi memiliki zhansen di dalam dirinya. Itu artinya, ketua klan berada dalam posisi yang sangat lemah.Seringai Fadly segera mengembang. Ia merada tidak perlu lagi takut terhadap Awan. Sebaliknya, ia kembali terlihat percaya diri, keangkuhannya telah kembali."Arta, kamu benar. Saya adalah utusan suci tetua klan. Meski dia adalah ketua klan, posisiku saat ini masih lebih mulia dibanding ketua klan. Aku mengijinkanmu untuk menghukum ketua klan yang tidak tahu diri ini atas nama para tetua." Ujar Fadly dengan mata menyala-nyala."Baik, tuan!"Arta Boga melemaskan jari-jarinya. Ia masih penasaran, karena Awan telah mempermalukannya dengan menganggalkan serangannya. Begitu mendapat perintah dari Fadly, Arta tidak akan ragu untuk mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk menyerang Awan. Sebagai seorang petarung, menemukan musuh yang dapat mengimbangi mereka, merupakan suatu kenikmatan yang tiada duanya.Tidak terkecuali, Art
Baca selengkapnya

BAB 172

Arta bahkan belum sempat menghimpun kekuatan puncaknya dan ternyata Awan sudah lebih dulu menyerangnya. Arta bertanya-tanya, 'Bagaimana Awan bisa menghimpun kekuatan serangan sekuat ini tanpa membuat kuda-kuda sama sekali?'Ekspresinya penuh tanda tanya, namun Awan mengabaikannya."Maaf mengecewakanmu, tapi aku tidak bisa membiarkanmu menghimpun kekuatan puncakmu atau tidak, Villaku ini akan hancur karena seranganmu. Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi!" Ucap Awan dengan senyum main-main.Lebih lanjut, Awan berkata, "Seperti ucapanku sebelumnya. Kamu telah menolak perintahku! Jadi, aku akan memberikan kematian yang menyakitkan untukmu."Arta Boga masih belum paham dengan maksud dibalik kalimat Awan, karena masih tidak percaya dengan kekalahannya. Namun, sebuah rasa sakit dilengan kirinya langsung menyentak kesadarannya. Tangan kiri Arta sudah patah dengan sebuah lobang memutus pertengahan sikunya."Argghh.." Tangan kiri Arta Boga tiba-tiba saja sudah patah dan terkulai lemah.Meliha
Baca selengkapnya

BAB 173

Fadly merasakan seluruh tubuhnya membeku, dia bahkan tidak berani menggerakkan satu jari pun tanpa ijin dari Awan. Sosok Awan dalam benaknya, seperti malaikat pencabut nyawa. Awan telah menanamkan rasa takut yang luar biasa sampai ke dasar hatinya.Semua kesombongan yang sempat ia tunjukkan di awal kedatangannya, kini seakan hilang tidak berbekas dan berganti dengan ketakutan yang luar biasa. Hidupnya tergantung keputusan Awan, apa ia masih mengijinkannya untuk hidup atau justru Fadly akan bernasib sama dengan pengawalnya.Saat itu, Awan duduk di sofa bagian tengah layaknya seorang raja dengan Fadly berlutut tidak jauh di depannya. Fadly bukannya tidak diijinkan berdiri saat itu. Hanya saja, kakinya terasa lemah seperti agar-agar, karena pertunjukan mengerikan yang diperagakan Awan, telah meruntuhkan nyalinya.Tanpa mempedulikan status Fadly, Awan berkata, "Bagus, seharusnya kamu bersikap seperti ini dari awal. Jadi aku tidak perlu membunuh orang hari ini.""Seorang utusan, tetaplah u
Baca selengkapnya

BAB 174

"Bagus, sepertinya kamu telah bersedia bertanggung jawab." Ucap Awan dengan ekspresi gembira.Sebaliknya, Fadly justru ingin menangis saat itu juga, 'Kapan aku mengatakan bersedia?' ratapnya dalam hati. Tapi, ia tidak berani membantah ucapan Awan sedikitpun. Bayangan kematian Arta Boga yang dibakar dengan api birunya Awan, begitu menghantuinya.Fadly tidak ingin dibunuh dengan cara yang sama."Baiklah, mari kita bicara tentang penamparan yang kamu lakukan. Berapa kali dan berapa orang yang telah kamu tampar tadi?"Glek!Fadly mengangkat kepalanya sedikit untuk melirik Awan. Ia takut, jika ia bicara jujur, ia akan menanggung siksaan yang berat. Namun, ia juga tidak bisa berbohong, karena di dekat Awan ada Naomi. Kepala pelayan dan orang pertama yang ia tampar saat datang ke Vila ini.Apalagi, saat ini jejak tamparannya masih tertinggal jelas di wajah Naomi. Tampak, wajah Naoimi masih memerah dan sedikit bengkak. Ia tidak mungkin bisa menghindar, jika seandainya Naomi angkat bicara.Akh
Baca selengkapnya

BAB 175

"Kamu dengar sendiri! Mereka tidak mendengar ucapanmu. Bicaralah lebih keras, atau kamu akan mengulanginya terus sampai tengah malam nanti!"Fadly merasa perlu untuk menenggelamkan dirinya ke dalam lantai Vila seketika itu juga. Fadly tidak berdaya menolak perintah Awan, ia kembali mengulangi ucapannya dengan suara lebih lantang, "Aku minta maaf pada kalian semua!""Woi, kalau meminta maaf itu, cobalah bicara dengan nada yang lebih tulus! Apa kamu tidak pernah di ajari cara sesederhana ini dari kecil?" Tegur Awan memarahinya yang membuat posisi Fadly terlihat seperti seorang anak kecil.Fadly terlihat seperti pesakitan, namun dia tidak boleh mengaku sebagai orang sakit di saat bersamaan. Bukankah itu jauh lebih menyakitkan?'Dia sengaja membuatku malu di depan para pelayan ini?' Keluh Fadly di dalam hati.Meski begitu, Fadly berusaha memenuhi perintah Awan dan berharap agar tidak ada yang mengabadikan momen ini dan memviralkannya. Asal ia bisa segera pergi dari sana, "Semuanya, aku m
Baca selengkapnya

BAB 176

Dua hari berlalu, sejak kedatangan utusan tetua suci klan Sanjaya ke Villa Nirwana. Tidak ada kejadian mengejutkan lain yang terjadi setelahnya. Hanya saja, hari ini Awan sengaja mengudang beberapa kenalannya, ke Villanya. Termasuk Hanna, yang sejak kejadian penculikan anak buah Rocky dan berhasil digagalkan oleh Lana, tidak pernah lagi bertemu dengan Awan.Hanna juga tidak menghubungi Awan melalui telepati, seperti yang biasa mereka lakukan. Hanna sebenarnya sangat merindukan Awan dan ingin bertemu segera dengannya. Dia berharap, Awan yang datang menjenguknya. Hanya saja, kesibukan Awan setelah itu membuat Awan tidak pernah sempat untuk menemuinya dan menjelaskan kejadian yang terjadi. Hari ini, Awan menghubunginya dan tiba-tiba mengundangnya untuk datang ke Villanya.Kebetulan, saat itu, kakaknya juga sudah kembali bersama kedua orang tua mereka. Kedua orang tua Hanna, pindah tugas dan sekarang bekerja di kementerian dalam negeri. Di sisi lain, Rachel juga ditarik kembali oleh RA Gr
Baca selengkapnya

BAB 177

Awan menangkap ada sesuatu yang serius yang ingin disampaikan oleh keduanya. Karena itu, ia sengaja membawa mereka untuk bertemu teman-temannya terlebih dahulu. Hanna sendiri tidak canggung dengan teman-teman kampus Awan, karena bagaimanapun, mereka juga satu kelas. Dengan sahabat-sahabat Awan lainnya, Hanna dan Rachel, dengan cepat membaur dengan mereka.Lalu, secara khusus Awan meminta ijin pada yang lainnya dan Mivi dan juga Rini untuk bicara di sisi lain taman yang lebih privat."Awan, apa kamu tahu di mana keberadaan Karin?" Tanya Reni begitu hanya ada mereka bertiga."Karin? Bukankah ia di rumah orangtuanya?" Tanya Awan balik, dengan kening berkerut heran. Terakhir kali, Awan meninggalkan Lana untuk menjaga Karin yang terlihat terpuruk setelah Awan menolak cintanya. Hanya saja, saat Lana melaporkan jika Karin sudah berhasil move on, Awan tidak menyelidiki lebih jauh tentang kondisi Karin dan menyuruh Lana untuk kembali.Saat itu, Awan mempertimbangkan privasi Karin. Siapapun, p
Baca selengkapnya

BAB 178

"Paman Tobias, ini informasi tentang mereka." Awan mengulurkan sebuah dokumen pada Tobias. Adanya dokumen itu sendiri ditangan Awan menunjukkan jika kesepakatannya dengan Klan Rosemary berhasil tercapai. Meski sebagai gantinya, Awan harus menangkap seorang pengkhianat dari klan Rosemary dan itu bukan sembarang orang, melainkan salah satu dari dua belas saint penjaga ketua klan Rosemary. Awan secara pribadi telah menyetujui kesepakatan ini dengan Lilith. Entah karena sudah ditakdirkan, secara kebetulan posisi Karra yang sedang diburu oleh klan Rosemary juga berada di Hongkong. Saat itu, Awan hanya bisa tertawa melihat betapa takdir telah mengatur semuanya untuknya. Karena itu, Awan tanpa berpikir dua kali langsung menyetujui permintaan Lilith. Dengan begitu, Awan bisa menyelesaikan semua urusannya sekaligus. Karena selain menangkap Karra, Awan juga bisa mencari keberadaan Karin. Tobias sendiri, ketika menerima berkas dari Awan dan melihat isi di dalamnya, cukup terkejut. Dokumen y
Baca selengkapnya

BAB 179

Keesokan paginya, Awan berangkat dengan menggunakan pesawat jet pribadinya. Ini merupakan kali pertama Awan datang ke kediaman utama keluarga ayahnya. Jika biasanya, penerbangan biasa ke Hongkong itu akan menempuh waktu empat hingga lima jam. Dengan pesawat jet pribadinya, Awan bisa menyingkat waktu hingga separuhnya. Selain itu, mereka tidak perlu mendarat di Bandara Hong Kong terlebih dahulu, melainkan memutar dengan mengambil arah tiga puluh derjat ke selatannya. Karena ini adalah pesawat pribadi, di dalam kabin penumpang hanya terdapat Awan sendiri dan sesekali beberapa pramugari datang untuk menanyakan kebutuhannya. Dari penjelasan pramugari itu pula, Awan mengetahui kalau tujuan penerbangan mereka langsung ke pulau Northbay. Pulau ini sendiri, berada diperbatasan terluar Hong Kong dan tidak masuk ke batas wilayah negara manapun. Awan sempat berpikir, 'Apa segini berpengaruhnya, keluarga ayahnya? Sampai-sampai bisa membeli sebuah pulau dan mengklaim kepemilikannya sendiri?'
Baca selengkapnya

BAB 180

Keesokan paginya, Charlote dengan ditemani oleh seorang wanita berpenampilan begitu anggun dan lembut, berdiri di sebelah bibinya. Di belakang mereka, ada empat orang pasukan bintang ikut datang untuk menjemput Awan."Bagaimana tidurmu semalam?" Tanya Charlote begitu melihat Awan pagi ini. Penampilan Awan terlihat begitu segar dengan setelan ala bangsawan, membuat aura pemimpinnya terasa lebih kuat. Bahkan Charlote melihat Awan, seperti melihat napak tilas dari saudara lelakinya di masa mudanya. Tidak salah lagi, Awan memang terlihat begitu berkharisma. Tidak hanya dari apa yang ia kenakan, namun perawakan dan pembawaannya sudah menunjukkan kualitas seorang raja. Selain itu, adanya iris berwarna kuning keemasan dimatanya, membuat tatapannya menjadi lebih tajam dan auranya semakin kuat."Hari ini aku akan disidang. Bagaimana menurut bibi?" Tanya Awan balik sambil bercanda."Jangan bilang kamu tidak tidur dari semalam?" Tanya Charlote tercengang! Ia khawatir kalau sidang pagi ini akan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1617181920
...
64
DMCA.com Protection Status