Beranda / Fantasi / GGAP 3 : THE LAST / Bab 161 - Bab 170

Semua Bab GGAP 3 : THE LAST: Bab 161 - Bab 170

639 Bab

BAB 161

Mereka telah sampai di lantai teratas dan pengawal yang membawa Awan berjalan di depan Awan berhenti di depan salah satu ruangan."Saya ingatkan, agar anda tidak membuat masalah di dalam dan jangan pernah menyela madam Lilith saat ia sedang bicara, mengerti?" Ucap pengawal tersebut mengingatkan Awan, sebelum membukakan pintu.Awan hanya mengangguk santai dan bersikap seperti anak penurut. Ia tidak ingin menimbulkan masalah apapun untuk sementara ini, sampai mengetahui situasi yang terjadi dengan jelas.Sebelum masuk, Awan sempat membuka mata bathinnya sekali lagi untuk melihat situasi di dalam ruangan. Hanya saja, ruangan tersebut memiliki aura merah yang sangat pekat dan membuat mata bathin Awan tidak bisa bekerja. Sepertinya ada kekuatan yang tidak tampak, yang dapat menghalangi mata spritual Awan.Jadi, Awan hanya bisa menyerahkan pada takdir untuk apapun yang terjadi selanjutnya.Begitu pengawal di depannya mempersilakan Awan masuk, ia berjalan dengan langkah tenang. Ruangan yang
Baca selengkapnya

BAB 162

Kido termasuk orang yang ramah dan tidak ragu mengungkapkan apa yang sedang dipikirkannya. Berbanding terbalik dengan saudara kembarnya yang dingin.Sebagai pembuka serangan, Kido sengaja mengunakan level satu jurus tapak andalannya untuk menguji ketangguhan Awan.Duar!Suara ledakan yang memekakkan terdengar nyaring, begitu Kido yang tanpa bisa dilihat pergerakannya, ternyata sudah berada tepat di depan Awan.Telapak tangan kanan Kido terlihat membara, seperti api.Jika serangan tersebut mengenai lapisan baja yang cukup tebal, maka serangan itu akan cukup untuk membuat baja tersebut meleleh. Hanya saja, lawan yang dihadapinya adalah Awan. Saat telapak tangan mereka saling beradu, telapak tangan Awan justru mengalurkan warna berbeda dan dilingkupi oleh api biru yang lebih panas dari bara api milik Kido.Terkejut dengan kekuatan lawan, Kido segera menarik diri.Ekspresinya terlihat tercengang.Tidak banyak yang bisa menghadapi serangan telapak penghancurnya. Namun, menghadapi Awan, tid
Baca selengkapnya

BAB 163

Saat berada dalam ruangan berdua dengan Lilith, Awan baru menyadari alasan yang menyebabkan mata bathinnya tidak dapat bekerja sebelumnya, yaitu setelah melihat sebuah kalung mewah dengan permata merah yang tergantung di leher Lilith. Karena, saat Awan coba mengarahkan penglihatan spritualnya itu ke luar ruangan, mata bathinnya bisa bekerja dengan baik. Awan bahkan dapat melihat sepupunya yang saat itu sedang berada satu lantai di bawah mereka. Seperti kecendrungan Stephen selama ini, ia langsung beraksi begitu melihat wanita cantik dan sekarang sedang coba merayu seorang wanita berpenampilan menawan. Namun, saat mata bathinnya ia arahkan ke Lilith, kabut merah pekat seakan menghalanginya. Aura tersebut sangat erat kaitannya dengan kalung permata merah yang saat ini digunakan oleh Lilith. "Kamu penasaran dengan permata ini?" Tanya Lilith tanpa basa-basi ketika sekilas menangkap tatapan mata Awan mengarah ke arah dadanya. Meski semula, ia sempat ingin menggoda Awan karena tatapanny
Baca selengkapnya

BAB 164

"Baiklah, aku akan melakukannya. Tapi, dengan satu syarat." Awan tersenyum licik. Tentu saja ia tahu tingkat kesulitan dari misi ini. Yang akan ia hadapi adalah salah satu dari dua belas saint penjaga ketua klan Rosemary. Awan sudah menghadapi salah satunya, Kido Santo. Dan itu tentu saja belum kekuatan penuhnya. Andai Kido serius, mungkin Awan akan kesulitan juga jika harus melayaninya. Menyadari potensi lawan, Awan melihat peluang untuk menyisipkan tujuannya."Syarat? Syarat apa yang kamu inginkan?" Tanya Lilith curiga. Sepertinya ia sudah bisa menebak jika Awan tentu saja tidak akan begitu saja menerima permintaan mereka.Sejauh yang ia pelajari tentang track record Awan sebelum ini, pemuda ini meski terlihat polos diluaran, tapi memiliki banyak ide yang diluar dugaan dalam benaknya. Beberapa informasi yang ia dapatkan tentang Awan, pria adalah alasan kenapa organisasi bawah tanah the Shadow yang telah menguasai Asia selama se-abad menjadi hancur. Ketuanya bahkan di nusir dari ne
Baca selengkapnya

BAB 165

Benar saja, Stephen sedang nongkrong bersama sekelompok wanita dan ada dua pria dalam kelompok ini. Dari yang diketahui Awan tentang club malam milik Lilith ini, setiap lantai memiliki standar dan kelasnya sendiri-sendiri. Seperti halnya lantai tujuh ini, lantai ini diisi oleh para artis dan kalangan menengah ke atas. Biasanya para artis yang baru populer akan berkumpul dilantai ini. Namun, bagi artis atau publik figur yang sudah sangat terkenal, mereka akan memilih berada di lantai atasnya. Hal itu, dibuktikan juga oleh level kartu member yang mereka miliki. Jadi, tidak heran jika club ini memiliki gengsinya sendiri."Bro, sini!" Teriak Stephen begitu melihat kehadiran Awan di sana."Sebentar, gue harus menyambut sepupu gue dulu!"Stephen bergegas menghampiri Awan dan mengajaknya untuk duduk bersama teman-teman barunya.Awan melihat itu cukup heran dan bertanya, "Tumben-tumbennya lu main di lantai ini, bro?""Hahaha, lu gak tau, sih! Di sini artisnya masih segar-segar. Masih banyak
Baca selengkapnya

BAB 166

Dua orang wanita tersebut adalah Seila dan Caitlin, mantan teman sekelas Awan di JIU.Keduanya tampak canggung namun ragu untuk mengangguk saat itu, "Hmn, sebenarnya..."Mereka bingung menjelaskan status hubungan mereka dengan Awan seperti apa. Mengingat kelakuan buruk mereka di masa lalu terhadap Awan. Apalagi, Seila saat itu langsung melabeli Awan dengan sebutan 'aiden'. Sebutan yang melekat kuat pada mahasiswa miskin di kampus mereka. Sebutan itu, bahkan ikut digemakan oleh seluruh teman dan angkatannya untuk mengejek Awan dan teman-temannya.Mengetahui bahwa Awan adalah orang terkaya saat ini, Seila dan Caitlin merasa sangat malu jika harus bertemu dengan Awan.Sekarang, takdir justru mempertemukan mereka sekarang, mereka ingin bersembunyi sejauh mungkin rasanya saat itu juga."Oh, ternyata itu kalian!" Sapa Awan santai melihat Seila dan Caitlin."Lu kenal mereka berdua, bro? Anjir, si Caitlin incaran gue! Tapi, kalau lu mau, ya udah buat lu aja." Bisik Stephen terkejut, karena se
Baca selengkapnya

BAB 167

Awan tidak tahu, apa ia harus bangga atau sedih dengan sikap keduanya. Tapi, Awan sama sekali tidak menaruh dendam pada keduanya. Bagi Awan, sikap mereka padanya dulu, seperti orang yang sedang kehilangan arah. Hanya butuh seseorang untuk mengingatkan pada mereka, bahwa apa yang mereka lakukan itu salah."Bangunlah! Bukankah kita ini teman? Aku sudah melupakannya." Jawab Awan dan meminta mereka berdiri."Benarkah?" Tanya keduanya dengan tatapan berbinar.Awan mengangguk dan tersenyum pada keduanya, "Iya, bangunlah!"Seila dan Caitlin akhirnya bisa bersikap lebih cair setelah mereka mengakui kesalahan masa lalu mereka terhadap Awan. Saat itu, Awan hanya mengingatkan agar mereka bisa merubah karakter mereka. Seharusnya, sifat manusia itu seperti padi, semakin kaya atau semakin berisi dirinya, mereka akan semakin menunduk.Caitlin dan Seila dengan terus terang mengakui bahwa mereka malu dengan diri mereka yang di masa lalu. Awan yang mereka hina, justru adalah orang kaya yang sesungguhny
Baca selengkapnya

BAB 168

Ketika Fadly turun dari mobilnya, semua orang berlutut dengan kepala menunduk untuk menyambut kedatangannya.Sudut bibir Fadly mengembang, penyambutan penuh kepatuhan seperti itu menghadirkan rasa bangga dalam dirinya. Naomi yang berdiri paling depan hanya sekilas diliriknya. Fadly yang mengenakan setelan jas hitam yang mewah, berikut dengan atribut bermerek yang melekat di tubuhnya, tampak begitu percaya diri ketika berjalan masuk ke dalam Villa. Di dekatnya ada seorang pria botak dengan wajah serius, terlihat begitu dingin dan selalu setia mengawal setiap langkah Fadly."Tidak ku sangka, selera pria ini lumayan juga. Dia bisa merancang Villa sebagus ini dan bahkan hampir menyamai rumah utama."Ketika langkah kaki Fadly sampai di dalam Villa, puluhan pelayan yang ada di dalam sana secara serentak berlutut dan menundukkan kepala mereka."Tidak buruk! Sampah-sampah ini tahu juga bagaimana harusnya mereka berperilaku, hahaha!" Ujar Fadly dengan kepala menengadah melewati semua pelayan.
Baca selengkapnya

BAB 169

Pengawal Fadly dengan kejam bersiap menyarangkan jurus tapak budhanya ke arah Rose dan Gina. Jika mereka terkena serangan seperti itu, keduanya bisa dipastikan akan tamat seketika itu juga.Rupanya, Fadly tidak berniat melepaskan kedua wanita ini karena dianggap tidak menghormati dirinya. Menurut Fadly, tidak ada hukuman yang lebih pantas atas ketidaktahuan mereka, selain dari kematian.Tapak pria botak tersebut hanya berjarak beberapa senti lagi dari Rose dan Gina, sebelum sebuah cahaya berwarna kebiruan secara tiba-tiba memblokir serangannya.Benturan itu sendiri menghadirkan suara ledakan yang cukup keras, sampai-sampai sofa ruang tamu yang berada paling dekat dari mereka langsung terbalik terkena imbasnya.Pria botak tersebut terkejut, namun cukup terlambat untuk menarik kembali serangannya. Satu hal yang membuatnya menyesal dengan serangannya adalah karena ia hanya menempatkan 30 persen kekuatannya dan akibatnya, sosok yang baru saja memblokir serangannya, berhasil memukul mundur
Baca selengkapnya

BAB 170

Charlote juga terbelalak ngeri dengan tindakan Awan barusan. Ini akan semakin memperburuk posisi Awan dihadapan para tetua. Tapi sepertinya, Awan terlihat tidak peduli sama sekali dengan semua itu. Charlote bisa merasakan hawa panas di sebelahnya, karena ia berdiri tepat di sebelah Awan. Hawa panas tersebut berasal dari kemarahan Awan."Utusan Fadly, tolong jangan mempersulit ini. Saat ini, anda sedang bicara dengan ketua klan kita." Ucap Charlote coba menengahi situasi panas yang sedang terjadi.Glek!Fadly tercengang! Saat itu, ia hampir mengira jika Charlote salah bicara. Namun, setelah beberapa detik berlalu, ia menyadari itu adalah kenyataan yang sebenarnya. Hal itu, membuat berdiri Fadly menjadi gelisah.Barusan ia telah terang-terangan mengancam pria di depannya itu, tanpa tahu bahwa pria yang sedang di ancamnya adalah ketua klannya. Selama ini, Awan belum pernah menjajakan kakinya di kediaman utama keluarga Sanjaya yang terletak di pulau Northbay, Hongkong. Sehingga, banyak da
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1516171819
...
64
DMCA.com Protection Status