Pengawal Fadly dengan kejam bersiap menyarangkan jurus tapak budhanya ke arah Rose dan Gina. Jika mereka terkena serangan seperti itu, keduanya bisa dipastikan akan tamat seketika itu juga.Rupanya, Fadly tidak berniat melepaskan kedua wanita ini karena dianggap tidak menghormati dirinya. Menurut Fadly, tidak ada hukuman yang lebih pantas atas ketidaktahuan mereka, selain dari kematian.Tapak pria botak tersebut hanya berjarak beberapa senti lagi dari Rose dan Gina, sebelum sebuah cahaya berwarna kebiruan secara tiba-tiba memblokir serangannya.Benturan itu sendiri menghadirkan suara ledakan yang cukup keras, sampai-sampai sofa ruang tamu yang berada paling dekat dari mereka langsung terbalik terkena imbasnya.Pria botak tersebut terkejut, namun cukup terlambat untuk menarik kembali serangannya. Satu hal yang membuatnya menyesal dengan serangannya adalah karena ia hanya menempatkan 30 persen kekuatannya dan akibatnya, sosok yang baru saja memblokir serangannya, berhasil memukul mundur
Charlote juga terbelalak ngeri dengan tindakan Awan barusan. Ini akan semakin memperburuk posisi Awan dihadapan para tetua. Tapi sepertinya, Awan terlihat tidak peduli sama sekali dengan semua itu. Charlote bisa merasakan hawa panas di sebelahnya, karena ia berdiri tepat di sebelah Awan. Hawa panas tersebut berasal dari kemarahan Awan."Utusan Fadly, tolong jangan mempersulit ini. Saat ini, anda sedang bicara dengan ketua klan kita." Ucap Charlote coba menengahi situasi panas yang sedang terjadi.Glek!Fadly tercengang! Saat itu, ia hampir mengira jika Charlote salah bicara. Namun, setelah beberapa detik berlalu, ia menyadari itu adalah kenyataan yang sebenarnya. Hal itu, membuat berdiri Fadly menjadi gelisah.Barusan ia telah terang-terangan mengancam pria di depannya itu, tanpa tahu bahwa pria yang sedang di ancamnya adalah ketua klannya. Selama ini, Awan belum pernah menjajakan kakinya di kediaman utama keluarga Sanjaya yang terletak di pulau Northbay, Hongkong. Sehingga, banyak da
Apalagi saat ini, dari informasi yang ia dapatkan, ketua klan tidak lagi memiliki zhansen di dalam dirinya. Itu artinya, ketua klan berada dalam posisi yang sangat lemah.Seringai Fadly segera mengembang. Ia merada tidak perlu lagi takut terhadap Awan. Sebaliknya, ia kembali terlihat percaya diri, keangkuhannya telah kembali."Arta, kamu benar. Saya adalah utusan suci tetua klan. Meski dia adalah ketua klan, posisiku saat ini masih lebih mulia dibanding ketua klan. Aku mengijinkanmu untuk menghukum ketua klan yang tidak tahu diri ini atas nama para tetua." Ujar Fadly dengan mata menyala-nyala."Baik, tuan!"Arta Boga melemaskan jari-jarinya. Ia masih penasaran, karena Awan telah mempermalukannya dengan menganggalkan serangannya. Begitu mendapat perintah dari Fadly, Arta tidak akan ragu untuk mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk menyerang Awan. Sebagai seorang petarung, menemukan musuh yang dapat mengimbangi mereka, merupakan suatu kenikmatan yang tiada duanya.Tidak terkecuali, Art
Arta bahkan belum sempat menghimpun kekuatan puncaknya dan ternyata Awan sudah lebih dulu menyerangnya. Arta bertanya-tanya, 'Bagaimana Awan bisa menghimpun kekuatan serangan sekuat ini tanpa membuat kuda-kuda sama sekali?'Ekspresinya penuh tanda tanya, namun Awan mengabaikannya."Maaf mengecewakanmu, tapi aku tidak bisa membiarkanmu menghimpun kekuatan puncakmu atau tidak, Villaku ini akan hancur karena seranganmu. Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi!" Ucap Awan dengan senyum main-main.Lebih lanjut, Awan berkata, "Seperti ucapanku sebelumnya. Kamu telah menolak perintahku! Jadi, aku akan memberikan kematian yang menyakitkan untukmu."Arta Boga masih belum paham dengan maksud dibalik kalimat Awan, karena masih tidak percaya dengan kekalahannya. Namun, sebuah rasa sakit dilengan kirinya langsung menyentak kesadarannya. Tangan kiri Arta sudah patah dengan sebuah lobang memutus pertengahan sikunya."Argghh.." Tangan kiri Arta Boga tiba-tiba saja sudah patah dan terkulai lemah.Meliha
Fadly merasakan seluruh tubuhnya membeku, dia bahkan tidak berani menggerakkan satu jari pun tanpa ijin dari Awan. Sosok Awan dalam benaknya, seperti malaikat pencabut nyawa. Awan telah menanamkan rasa takut yang luar biasa sampai ke dasar hatinya.Semua kesombongan yang sempat ia tunjukkan di awal kedatangannya, kini seakan hilang tidak berbekas dan berganti dengan ketakutan yang luar biasa. Hidupnya tergantung keputusan Awan, apa ia masih mengijinkannya untuk hidup atau justru Fadly akan bernasib sama dengan pengawalnya.Saat itu, Awan duduk di sofa bagian tengah layaknya seorang raja dengan Fadly berlutut tidak jauh di depannya. Fadly bukannya tidak diijinkan berdiri saat itu. Hanya saja, kakinya terasa lemah seperti agar-agar, karena pertunjukan mengerikan yang diperagakan Awan, telah meruntuhkan nyalinya.Tanpa mempedulikan status Fadly, Awan berkata, "Bagus, seharusnya kamu bersikap seperti ini dari awal. Jadi aku tidak perlu membunuh orang hari ini.""Seorang utusan, tetaplah u
"Bagus, sepertinya kamu telah bersedia bertanggung jawab." Ucap Awan dengan ekspresi gembira.Sebaliknya, Fadly justru ingin menangis saat itu juga, 'Kapan aku mengatakan bersedia?' ratapnya dalam hati. Tapi, ia tidak berani membantah ucapan Awan sedikitpun. Bayangan kematian Arta Boga yang dibakar dengan api birunya Awan, begitu menghantuinya.Fadly tidak ingin dibunuh dengan cara yang sama."Baiklah, mari kita bicara tentang penamparan yang kamu lakukan. Berapa kali dan berapa orang yang telah kamu tampar tadi?"Glek!Fadly mengangkat kepalanya sedikit untuk melirik Awan. Ia takut, jika ia bicara jujur, ia akan menanggung siksaan yang berat. Namun, ia juga tidak bisa berbohong, karena di dekat Awan ada Naomi. Kepala pelayan dan orang pertama yang ia tampar saat datang ke Vila ini.Apalagi, saat ini jejak tamparannya masih tertinggal jelas di wajah Naomi. Tampak, wajah Naoimi masih memerah dan sedikit bengkak. Ia tidak mungkin bisa menghindar, jika seandainya Naomi angkat bicara.Akh
"Kamu dengar sendiri! Mereka tidak mendengar ucapanmu. Bicaralah lebih keras, atau kamu akan mengulanginya terus sampai tengah malam nanti!"Fadly merasa perlu untuk menenggelamkan dirinya ke dalam lantai Vila seketika itu juga. Fadly tidak berdaya menolak perintah Awan, ia kembali mengulangi ucapannya dengan suara lebih lantang, "Aku minta maaf pada kalian semua!""Woi, kalau meminta maaf itu, cobalah bicara dengan nada yang lebih tulus! Apa kamu tidak pernah di ajari cara sesederhana ini dari kecil?" Tegur Awan memarahinya yang membuat posisi Fadly terlihat seperti seorang anak kecil.Fadly terlihat seperti pesakitan, namun dia tidak boleh mengaku sebagai orang sakit di saat bersamaan. Bukankah itu jauh lebih menyakitkan?'Dia sengaja membuatku malu di depan para pelayan ini?' Keluh Fadly di dalam hati.Meski begitu, Fadly berusaha memenuhi perintah Awan dan berharap agar tidak ada yang mengabadikan momen ini dan memviralkannya. Asal ia bisa segera pergi dari sana, "Semuanya, aku m
Dua hari berlalu, sejak kedatangan utusan tetua suci klan Sanjaya ke Villa Nirwana. Tidak ada kejadian mengejutkan lain yang terjadi setelahnya. Hanya saja, hari ini Awan sengaja mengudang beberapa kenalannya, ke Villanya. Termasuk Hanna, yang sejak kejadian penculikan anak buah Rocky dan berhasil digagalkan oleh Lana, tidak pernah lagi bertemu dengan Awan.Hanna juga tidak menghubungi Awan melalui telepati, seperti yang biasa mereka lakukan. Hanna sebenarnya sangat merindukan Awan dan ingin bertemu segera dengannya. Dia berharap, Awan yang datang menjenguknya. Hanya saja, kesibukan Awan setelah itu membuat Awan tidak pernah sempat untuk menemuinya dan menjelaskan kejadian yang terjadi. Hari ini, Awan menghubunginya dan tiba-tiba mengundangnya untuk datang ke Villanya.Kebetulan, saat itu, kakaknya juga sudah kembali bersama kedua orang tua mereka. Kedua orang tua Hanna, pindah tugas dan sekarang bekerja di kementerian dalam negeri. Di sisi lain, Rachel juga ditarik kembali oleh RA Gr
Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl
Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H
Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha
Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih
Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me
Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me
Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.
Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera
Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,