Share

BAB 174

Author: sutan sati
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Bagus, sepertinya kamu telah bersedia bertanggung jawab." Ucap Awan dengan ekspresi gembira.

Sebaliknya, Fadly justru ingin menangis saat itu juga, 'Kapan aku mengatakan bersedia?' ratapnya dalam hati. Tapi, ia tidak berani membantah ucapan Awan sedikitpun. Bayangan kematian Arta Boga yang dibakar dengan api birunya Awan, begitu menghantuinya.

Fadly tidak ingin dibunuh dengan cara yang sama.

"Baiklah, mari kita bicara tentang penamparan yang kamu lakukan. Berapa kali dan berapa orang yang telah kamu tampar tadi?"

Glek!

Fadly mengangkat kepalanya sedikit untuk melirik Awan. Ia takut, jika ia bicara jujur, ia akan menanggung siksaan yang berat. Namun, ia juga tidak bisa berbohong, karena di dekat Awan ada Naomi. Kepala pelayan dan orang pertama yang ia tampar saat datang ke Vila ini.

Apalagi, saat ini jejak tamparannya masih tertinggal jelas di wajah Naomi. Tampak, wajah Naoimi masih memerah dan sedikit bengkak. Ia tidak mungkin bisa menghindar, jika seandainya Naomi angkat bicara.

Akh
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 175

    "Kamu dengar sendiri! Mereka tidak mendengar ucapanmu. Bicaralah lebih keras, atau kamu akan mengulanginya terus sampai tengah malam nanti!"Fadly merasa perlu untuk menenggelamkan dirinya ke dalam lantai Vila seketika itu juga. Fadly tidak berdaya menolak perintah Awan, ia kembali mengulangi ucapannya dengan suara lebih lantang, "Aku minta maaf pada kalian semua!""Woi, kalau meminta maaf itu, cobalah bicara dengan nada yang lebih tulus! Apa kamu tidak pernah di ajari cara sesederhana ini dari kecil?" Tegur Awan memarahinya yang membuat posisi Fadly terlihat seperti seorang anak kecil.Fadly terlihat seperti pesakitan, namun dia tidak boleh mengaku sebagai orang sakit di saat bersamaan. Bukankah itu jauh lebih menyakitkan?'Dia sengaja membuatku malu di depan para pelayan ini?' Keluh Fadly di dalam hati.Meski begitu, Fadly berusaha memenuhi perintah Awan dan berharap agar tidak ada yang mengabadikan momen ini dan memviralkannya. Asal ia bisa segera pergi dari sana, "Semuanya, aku m

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 176

    Dua hari berlalu, sejak kedatangan utusan tetua suci klan Sanjaya ke Villa Nirwana. Tidak ada kejadian mengejutkan lain yang terjadi setelahnya. Hanya saja, hari ini Awan sengaja mengudang beberapa kenalannya, ke Villanya. Termasuk Hanna, yang sejak kejadian penculikan anak buah Rocky dan berhasil digagalkan oleh Lana, tidak pernah lagi bertemu dengan Awan.Hanna juga tidak menghubungi Awan melalui telepati, seperti yang biasa mereka lakukan. Hanna sebenarnya sangat merindukan Awan dan ingin bertemu segera dengannya. Dia berharap, Awan yang datang menjenguknya. Hanya saja, kesibukan Awan setelah itu membuat Awan tidak pernah sempat untuk menemuinya dan menjelaskan kejadian yang terjadi. Hari ini, Awan menghubunginya dan tiba-tiba mengundangnya untuk datang ke Villanya.Kebetulan, saat itu, kakaknya juga sudah kembali bersama kedua orang tua mereka. Kedua orang tua Hanna, pindah tugas dan sekarang bekerja di kementerian dalam negeri. Di sisi lain, Rachel juga ditarik kembali oleh RA Gr

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 177

    Awan menangkap ada sesuatu yang serius yang ingin disampaikan oleh keduanya. Karena itu, ia sengaja membawa mereka untuk bertemu teman-temannya terlebih dahulu. Hanna sendiri tidak canggung dengan teman-teman kampus Awan, karena bagaimanapun, mereka juga satu kelas. Dengan sahabat-sahabat Awan lainnya, Hanna dan Rachel, dengan cepat membaur dengan mereka.Lalu, secara khusus Awan meminta ijin pada yang lainnya dan Mivi dan juga Rini untuk bicara di sisi lain taman yang lebih privat."Awan, apa kamu tahu di mana keberadaan Karin?" Tanya Reni begitu hanya ada mereka bertiga."Karin? Bukankah ia di rumah orangtuanya?" Tanya Awan balik, dengan kening berkerut heran. Terakhir kali, Awan meninggalkan Lana untuk menjaga Karin yang terlihat terpuruk setelah Awan menolak cintanya. Hanya saja, saat Lana melaporkan jika Karin sudah berhasil move on, Awan tidak menyelidiki lebih jauh tentang kondisi Karin dan menyuruh Lana untuk kembali.Saat itu, Awan mempertimbangkan privasi Karin. Siapapun, p

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 178

    "Paman Tobias, ini informasi tentang mereka." Awan mengulurkan sebuah dokumen pada Tobias. Adanya dokumen itu sendiri ditangan Awan menunjukkan jika kesepakatannya dengan Klan Rosemary berhasil tercapai. Meski sebagai gantinya, Awan harus menangkap seorang pengkhianat dari klan Rosemary dan itu bukan sembarang orang, melainkan salah satu dari dua belas saint penjaga ketua klan Rosemary. Awan secara pribadi telah menyetujui kesepakatan ini dengan Lilith. Entah karena sudah ditakdirkan, secara kebetulan posisi Karra yang sedang diburu oleh klan Rosemary juga berada di Hongkong. Saat itu, Awan hanya bisa tertawa melihat betapa takdir telah mengatur semuanya untuknya. Karena itu, Awan tanpa berpikir dua kali langsung menyetujui permintaan Lilith. Dengan begitu, Awan bisa menyelesaikan semua urusannya sekaligus. Karena selain menangkap Karra, Awan juga bisa mencari keberadaan Karin. Tobias sendiri, ketika menerima berkas dari Awan dan melihat isi di dalamnya, cukup terkejut. Dokumen y

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 179

    Keesokan paginya, Awan berangkat dengan menggunakan pesawat jet pribadinya. Ini merupakan kali pertama Awan datang ke kediaman utama keluarga ayahnya. Jika biasanya, penerbangan biasa ke Hongkong itu akan menempuh waktu empat hingga lima jam. Dengan pesawat jet pribadinya, Awan bisa menyingkat waktu hingga separuhnya. Selain itu, mereka tidak perlu mendarat di Bandara Hong Kong terlebih dahulu, melainkan memutar dengan mengambil arah tiga puluh derjat ke selatannya. Karena ini adalah pesawat pribadi, di dalam kabin penumpang hanya terdapat Awan sendiri dan sesekali beberapa pramugari datang untuk menanyakan kebutuhannya. Dari penjelasan pramugari itu pula, Awan mengetahui kalau tujuan penerbangan mereka langsung ke pulau Northbay. Pulau ini sendiri, berada diperbatasan terluar Hong Kong dan tidak masuk ke batas wilayah negara manapun. Awan sempat berpikir, 'Apa segini berpengaruhnya, keluarga ayahnya? Sampai-sampai bisa membeli sebuah pulau dan mengklaim kepemilikannya sendiri?'

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 180

    Keesokan paginya, Charlote dengan ditemani oleh seorang wanita berpenampilan begitu anggun dan lembut, berdiri di sebelah bibinya. Di belakang mereka, ada empat orang pasukan bintang ikut datang untuk menjemput Awan."Bagaimana tidurmu semalam?" Tanya Charlote begitu melihat Awan pagi ini. Penampilan Awan terlihat begitu segar dengan setelan ala bangsawan, membuat aura pemimpinnya terasa lebih kuat. Bahkan Charlote melihat Awan, seperti melihat napak tilas dari saudara lelakinya di masa mudanya. Tidak salah lagi, Awan memang terlihat begitu berkharisma. Tidak hanya dari apa yang ia kenakan, namun perawakan dan pembawaannya sudah menunjukkan kualitas seorang raja. Selain itu, adanya iris berwarna kuning keemasan dimatanya, membuat tatapannya menjadi lebih tajam dan auranya semakin kuat."Hari ini aku akan disidang. Bagaimana menurut bibi?" Tanya Awan balik sambil bercanda."Jangan bilang kamu tidak tidur dari semalam?" Tanya Charlote tercengang! Ia khawatir kalau sidang pagi ini akan

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 181

    "Rhaysa, kamu bisa mendampingi Awan ke aula suci." Ujar Charlote seakan sengaja untuk membuat keduanya menjadi lebih dekat. "Baik, bibi Charlote!" Awan belum sempat berkomentar, karena Rhaysa dengan sopannya melingkarkan lengannya ke tangan Awan dan menariknya pergi. "Maaf baru bisa menemui mas sekarang. Kemarin, aku mempersiapkan kamar kita dan juga pakaian untuk mas kenakan hari ini." Jelas Rhaysa saat melihat kebingungan di wajah Awan. Awan mengangguk canggung. Saat itu, Awan teringat sesuatu dan segera menanyakan hal itu pada Rhaysa, "Kamar kita? Tapi, aku tidak melihatmu semalam?" "Iya, kamar kita. Aku selama ini tidur di kamar yang mas tempati saat ini. Hanya saja, karena kita belum sempat berkenalan sebelumnya, aku tidur di kamar lainnya, di sebelah kamar yang mas tempati sekarang." Deg! Astaga! Ujian apalagi ini? Apa itu artinya, ia akan sekamar dengan Rhaysa? Belum apa-apa, Awan merasa jantungnya seakan berdetak dua kali lebih cepat dari harusnya. Apa gak serangan jan

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 182

    Suara bisik seperti lebah mulai tercengar saat itu."Iya, ketua macam apa yang menyerang anggota klannya sendiri? Orang seperti dia, tidak layak menjadi untuk ketua. Dia hanyalah anak haram yang tidak diinginkan. Aku bahkan ragu, apa Kelvin menikahi ibunya atau tidak?" Ujar seorang wanita berbadan gemuk di belakang Rocky.Penampilannya yang seperti sosialita itu, menunjukkan karakternya secara jelas bahwa ia tidak akan sungkan untuk menghina siapapun yang diinginkannya. Wanita seperti ini, selalu berpikir bahwa dunia berada di bawah kendalinya. Sepertinya mereka sudah saling sepakat untuk mempermalukan Awan hari ini, bahkan sebelum acara sidang dimulai.Sebenarnya, Awan tidak berniat mengurusi Rocky saat itu. Baginya, sosok Rocky merupakan karakter tidak penting yang layak untuk mendapat perhatiannya.Namun, ketika mendengar cercaan Rocky dan pendukungnya, sudut bibir Awan melengkung. Ia tersenyum licik dan tiba-tiba mendapatkan ide untuk membuat pertunjukan hari itu menjadi lebih me

Latest chapter

  • GGAP 3 : THE LAST   EPILOG

    Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 638 (TAMAT)

    Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 637

    Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 636

    Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 635

    Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 634

    Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 633

    Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 632

    Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera

  • GGAP 3 : THE LAST   BAB 631

    Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,

DMCA.com Protection Status