"Bagus, sepertinya kamu telah bersedia bertanggung jawab." Ucap Awan dengan ekspresi gembira.Sebaliknya, Fadly justru ingin menangis saat itu juga, 'Kapan aku mengatakan bersedia?' ratapnya dalam hati. Tapi, ia tidak berani membantah ucapan Awan sedikitpun. Bayangan kematian Arta Boga yang dibakar dengan api birunya Awan, begitu menghantuinya.Fadly tidak ingin dibunuh dengan cara yang sama."Baiklah, mari kita bicara tentang penamparan yang kamu lakukan. Berapa kali dan berapa orang yang telah kamu tampar tadi?"Glek!Fadly mengangkat kepalanya sedikit untuk melirik Awan. Ia takut, jika ia bicara jujur, ia akan menanggung siksaan yang berat. Namun, ia juga tidak bisa berbohong, karena di dekat Awan ada Naomi. Kepala pelayan dan orang pertama yang ia tampar saat datang ke Vila ini.Apalagi, saat ini jejak tamparannya masih tertinggal jelas di wajah Naomi. Tampak, wajah Naoimi masih memerah dan sedikit bengkak. Ia tidak mungkin bisa menghindar, jika seandainya Naomi angkat bicara.Akh
"Kamu dengar sendiri! Mereka tidak mendengar ucapanmu. Bicaralah lebih keras, atau kamu akan mengulanginya terus sampai tengah malam nanti!"Fadly merasa perlu untuk menenggelamkan dirinya ke dalam lantai Vila seketika itu juga. Fadly tidak berdaya menolak perintah Awan, ia kembali mengulangi ucapannya dengan suara lebih lantang, "Aku minta maaf pada kalian semua!""Woi, kalau meminta maaf itu, cobalah bicara dengan nada yang lebih tulus! Apa kamu tidak pernah di ajari cara sesederhana ini dari kecil?" Tegur Awan memarahinya yang membuat posisi Fadly terlihat seperti seorang anak kecil.Fadly terlihat seperti pesakitan, namun dia tidak boleh mengaku sebagai orang sakit di saat bersamaan. Bukankah itu jauh lebih menyakitkan?'Dia sengaja membuatku malu di depan para pelayan ini?' Keluh Fadly di dalam hati.Meski begitu, Fadly berusaha memenuhi perintah Awan dan berharap agar tidak ada yang mengabadikan momen ini dan memviralkannya. Asal ia bisa segera pergi dari sana, "Semuanya, aku m
Dua hari berlalu, sejak kedatangan utusan tetua suci klan Sanjaya ke Villa Nirwana. Tidak ada kejadian mengejutkan lain yang terjadi setelahnya. Hanya saja, hari ini Awan sengaja mengudang beberapa kenalannya, ke Villanya. Termasuk Hanna, yang sejak kejadian penculikan anak buah Rocky dan berhasil digagalkan oleh Lana, tidak pernah lagi bertemu dengan Awan.Hanna juga tidak menghubungi Awan melalui telepati, seperti yang biasa mereka lakukan. Hanna sebenarnya sangat merindukan Awan dan ingin bertemu segera dengannya. Dia berharap, Awan yang datang menjenguknya. Hanya saja, kesibukan Awan setelah itu membuat Awan tidak pernah sempat untuk menemuinya dan menjelaskan kejadian yang terjadi. Hari ini, Awan menghubunginya dan tiba-tiba mengundangnya untuk datang ke Villanya.Kebetulan, saat itu, kakaknya juga sudah kembali bersama kedua orang tua mereka. Kedua orang tua Hanna, pindah tugas dan sekarang bekerja di kementerian dalam negeri. Di sisi lain, Rachel juga ditarik kembali oleh RA Gr
Awan menangkap ada sesuatu yang serius yang ingin disampaikan oleh keduanya. Karena itu, ia sengaja membawa mereka untuk bertemu teman-temannya terlebih dahulu. Hanna sendiri tidak canggung dengan teman-teman kampus Awan, karena bagaimanapun, mereka juga satu kelas. Dengan sahabat-sahabat Awan lainnya, Hanna dan Rachel, dengan cepat membaur dengan mereka.Lalu, secara khusus Awan meminta ijin pada yang lainnya dan Mivi dan juga Rini untuk bicara di sisi lain taman yang lebih privat."Awan, apa kamu tahu di mana keberadaan Karin?" Tanya Reni begitu hanya ada mereka bertiga."Karin? Bukankah ia di rumah orangtuanya?" Tanya Awan balik, dengan kening berkerut heran. Terakhir kali, Awan meninggalkan Lana untuk menjaga Karin yang terlihat terpuruk setelah Awan menolak cintanya. Hanya saja, saat Lana melaporkan jika Karin sudah berhasil move on, Awan tidak menyelidiki lebih jauh tentang kondisi Karin dan menyuruh Lana untuk kembali.Saat itu, Awan mempertimbangkan privasi Karin. Siapapun, p
"Paman Tobias, ini informasi tentang mereka." Awan mengulurkan sebuah dokumen pada Tobias. Adanya dokumen itu sendiri ditangan Awan menunjukkan jika kesepakatannya dengan Klan Rosemary berhasil tercapai. Meski sebagai gantinya, Awan harus menangkap seorang pengkhianat dari klan Rosemary dan itu bukan sembarang orang, melainkan salah satu dari dua belas saint penjaga ketua klan Rosemary. Awan secara pribadi telah menyetujui kesepakatan ini dengan Lilith. Entah karena sudah ditakdirkan, secara kebetulan posisi Karra yang sedang diburu oleh klan Rosemary juga berada di Hongkong. Saat itu, Awan hanya bisa tertawa melihat betapa takdir telah mengatur semuanya untuknya. Karena itu, Awan tanpa berpikir dua kali langsung menyetujui permintaan Lilith. Dengan begitu, Awan bisa menyelesaikan semua urusannya sekaligus. Karena selain menangkap Karra, Awan juga bisa mencari keberadaan Karin. Tobias sendiri, ketika menerima berkas dari Awan dan melihat isi di dalamnya, cukup terkejut. Dokumen y
Keesokan paginya, Awan berangkat dengan menggunakan pesawat jet pribadinya. Ini merupakan kali pertama Awan datang ke kediaman utama keluarga ayahnya. Jika biasanya, penerbangan biasa ke Hongkong itu akan menempuh waktu empat hingga lima jam. Dengan pesawat jet pribadinya, Awan bisa menyingkat waktu hingga separuhnya. Selain itu, mereka tidak perlu mendarat di Bandara Hong Kong terlebih dahulu, melainkan memutar dengan mengambil arah tiga puluh derjat ke selatannya. Karena ini adalah pesawat pribadi, di dalam kabin penumpang hanya terdapat Awan sendiri dan sesekali beberapa pramugari datang untuk menanyakan kebutuhannya. Dari penjelasan pramugari itu pula, Awan mengetahui kalau tujuan penerbangan mereka langsung ke pulau Northbay. Pulau ini sendiri, berada diperbatasan terluar Hong Kong dan tidak masuk ke batas wilayah negara manapun. Awan sempat berpikir, 'Apa segini berpengaruhnya, keluarga ayahnya? Sampai-sampai bisa membeli sebuah pulau dan mengklaim kepemilikannya sendiri?'
Keesokan paginya, Charlote dengan ditemani oleh seorang wanita berpenampilan begitu anggun dan lembut, berdiri di sebelah bibinya. Di belakang mereka, ada empat orang pasukan bintang ikut datang untuk menjemput Awan."Bagaimana tidurmu semalam?" Tanya Charlote begitu melihat Awan pagi ini. Penampilan Awan terlihat begitu segar dengan setelan ala bangsawan, membuat aura pemimpinnya terasa lebih kuat. Bahkan Charlote melihat Awan, seperti melihat napak tilas dari saudara lelakinya di masa mudanya. Tidak salah lagi, Awan memang terlihat begitu berkharisma. Tidak hanya dari apa yang ia kenakan, namun perawakan dan pembawaannya sudah menunjukkan kualitas seorang raja. Selain itu, adanya iris berwarna kuning keemasan dimatanya, membuat tatapannya menjadi lebih tajam dan auranya semakin kuat."Hari ini aku akan disidang. Bagaimana menurut bibi?" Tanya Awan balik sambil bercanda."Jangan bilang kamu tidak tidur dari semalam?" Tanya Charlote tercengang! Ia khawatir kalau sidang pagi ini akan
"Rhaysa, kamu bisa mendampingi Awan ke aula suci." Ujar Charlote seakan sengaja untuk membuat keduanya menjadi lebih dekat. "Baik, bibi Charlote!" Awan belum sempat berkomentar, karena Rhaysa dengan sopannya melingkarkan lengannya ke tangan Awan dan menariknya pergi. "Maaf baru bisa menemui mas sekarang. Kemarin, aku mempersiapkan kamar kita dan juga pakaian untuk mas kenakan hari ini." Jelas Rhaysa saat melihat kebingungan di wajah Awan. Awan mengangguk canggung. Saat itu, Awan teringat sesuatu dan segera menanyakan hal itu pada Rhaysa, "Kamar kita? Tapi, aku tidak melihatmu semalam?" "Iya, kamar kita. Aku selama ini tidur di kamar yang mas tempati saat ini. Hanya saja, karena kita belum sempat berkenalan sebelumnya, aku tidur di kamar lainnya, di sebelah kamar yang mas tempati sekarang." Deg! Astaga! Ujian apalagi ini? Apa itu artinya, ia akan sekamar dengan Rhaysa? Belum apa-apa, Awan merasa jantungnya seakan berdetak dua kali lebih cepat dari harusnya. Apa gak serangan jan