Semua Bab Aku Jadikan Kau Ratu: Bab 71 - Bab 80

87 Bab

Dipulangkan Bukan Berarti Bercerai

Siang itu Darren menemui rekan bisnisnya di sebuah restoran. Walaupun pikirannya kacau, tetapi dirinya harus bersikap profesional. Lagi-lagi pertemuan bisnis itu tidak membuahkan hasil. Bagaimana tidak? Ternyata pria yang ditemuinya itu adalah ayah dari Amanda. "Katanya Anda menolak kerjasamanya, ya?" Darren tersenyum samar. "Iya. Maaf, karena putri Anda sudah lancang menghina istri saya."Pria paruh baya itu terkejut karena tidak menyangka Darren sudah menikah. "Wah, apa saya yang ketinggalan berita?""Kami belum melaksanakan pesta karena kesibukan masing-masing."Pria paruh baya itu kembali berkata, bahwasanya semula dirinya memang ingin menjodohkan sang putri dengan Darren. Akan tetapi, harapannya itu kini pupus sudah. "Tapi, semoga saja dengan kita bekerja sama, Anda bisa dekat dengan putriku. Jadi istri kedua pun tak masalah sepertinya."Pria itu terus saja memuji kecantikan, kepintaran, dan keahlian putrinya. Darren mengernyit. Ucapan pria itu sungguh membuatnya merasa muak
Baca selengkapnya

Saling Menyalahkan

Setelah tiba di rumah sakit yang dituju, Dokter segera mengecek kondisi Darren. Hasilnya adalah Darren dianjurkan untuk dirawat."Papa pulang saja. Jangan khawatirkan Ge. Ge baik-baik saja, kok.""Kamu ini, kalau baik-baik saja tidak mungkin dirawat!"Darren tersenyum. "Papa beri kabar ayahmu dulu."Tangan Abimanyu hendak merogoh ponsel, tetapi Darren mencegahnya. "Jangan!""Kenapa? Kalau sesuatu terjadi denganmu, Papa yang akan disalahkan nanti.""Dan Thalita juga akan ayah salahkan, Pa. Itu masalahnya.""Tidak masalah. Memang istrimu itu pemicu semua ini, bukan?"Abimanyu menghubungi Sadewo. Darren hanya pasrah dengan apa yang mertuanya itu lakukan. "Ayahmu akan ke sini. Dan Papa akan pulang saat beliau tiba."Darren mengangguk. Tidak berselang lama, Sadewo tiba. Wajah panik sangat terlihat jelas dari pria paruh baya itu. Apalagi melihat selang infus dan oksigen terpasang. "Bagaimana kondisinya?" tanya Sadewo. "Dokter menyarankan rawat inap," jawab Abimanyu. "Kau yang mengant
Baca selengkapnya

Restu Sadewo

Setelah tiga hari dirawat, akhirnya Darren diperbolehkan pulang. Hasil tes menyatakan bahwa kondisi Darren tidak terlalu parah, dengan kata lain masih bisa ditanggulangi dengan obat, serta menjaga pola hidup sehat. Pagi itu, Darren kembali melakukan aktivitasnya. "Ibumu sudah pulang?""Sudah," jawab Darren santai sambil menyendok nasi. "Makan yang banyak, jangan lupa minum obat.""Hemm, terima kasih atas perhatiannya."Sadewo melihat koper di dekat tangga, lalu bertanya, "Koper siapa?""Aku!""Mau ke mana?""Bali!"Sadewo harus menerima sikap Darren pagi itu, dimana pertanyaannya hanya dijawab seperlunya saja dan terkesan dingin. Darren menikmati sarapannya tanpa memedulikan Sadewo. Namun, rasa tidak peduli itu berubah menjadi rasa penasaran saat tidak terdengar dentingan sendok yang lain, akhirnya ia pun melirik ke arah sang ayah. "Melihatku saja tidak akan kenyang," imbuh Darren, kemudian menyuap lagi. Sadewo tersenyum. "Ayah akan mengembalikan perusahaan milik Abimanyu."Darr
Baca selengkapnya

Thalita - Meminta Restu

Setiap hari selama di Bali, Darren menerima rekaman sang istri. Tentu saja itu menjadi obat pelipur lara. Setiap hari juga Darren meminta sang asisten untuk mengirimkan hadiah berupa gaun, bunga, bahkan tas mewah. Seperti sekarang, Darren sudah menerima informasi bahwa sang asisten sudah mengirim kado lagi untuk Thalita."Sayang, apa hadiah hari ini sudah datang?" Pesan pun dikirim. "Sudah, Kak, terima kasih. Kak, tidak usah memberiku hadiah lagi." Balasan Thalita. "Tidak ada penolakan, Sayang. Jangan lupa, barang yang Kakak kasih sering-seringlah dipakai."Darren mengakhiri pesan itu dengan mengirimkan kalimat penutup yang berisi bahwa dirinya sedang di bandara Ngurah Rai. Hari itu dirinya pulang dan bertanya apakah Thalita akan menjemput di bandara atau tidak? Sayang, Thalita menjawab, jika dirinya belum siap untuk bertemu dengan Darren. Pria itu hanya pasrah. Ia akan sabar menunggu sampai Thalita siap. Kapanpun Thalita ingin bertemu, sesibuk apapun, Darren akan meluangkan waktu.
Baca selengkapnya

Kado Spesial Untuk Darren

Berkat sebuah laman internet, akhirnya Darren tiba di sebuah toko perhiasan. Ia memilih dua kalung berlian dengan harga yang sangat fantastis. Kedua berlian berwarna merah itu akan ia berikan kepada dua wanita kesayangannya.Setelah melakukan transaksi, Darren pun meninggalkan toko itu tepat saat hari mulai senja. Di perjalanan, Darren menghubungi asistennya. Ia menanyakan perihal sekretaris itu. "Sudah kau pecat!""Sudah, Tuan. Dan lebih baik tanpa sekretaris saja, saya tidak masalah.""Oke!"Darren mematikan sambungan telepon. Tiba di rumah, Darren merasa aneh karena garasi mobil tidak bisa ia buka. "Pak, kenapa dengan garasinya? Apa Ayah sengaja menguncinya?" tanya Darren kepada sekuriti. "Kuncinya patah, Ge," sambar Sadewo. Darren mengernyit. "Kenapa bisa?"Sadewo mengangkat kedua pundaknya. "Boleh Ayah pinjam mobilmu sebentar? Ada perlu.""Pake saja, Yah." Darren memberikan kunci mobilnya. Sambil menenteng tas kecil berisikan kalung, Darren melangkah dengan pasti menaiki a
Baca selengkapnya

Berlibur

Pagi-pagi sekali para wanita sudah terbangun. Naluri mereka sebagai seorang istri membuat mereka berada di dapur. Pekerjaan ART pagi itu pun diambil alih. "Bu, masakan kesukaan Kak Ge apa? Lita mau masak, ah."Rossi tersenyum. "Apa saja, Nak. Dia tidak rewel. Hanya tidak minum kopi, alkohol sama merokok saja.""Tidak ada yang Kak Ge favoritin, gitu?"Rossi menggeleng. "Apa pun itu, asal enak, dia favoritin."Thalita tersenyum. "Oh, baiklah."Rossi membantu Angelina. Ia membuat beberapa telor mata sapi. Tidak mungkin juga baginya menyiapkan menu sarapan untuk mantan suaminya. Tepat pukul enam, semua menu sudah terhidang. Rossi memilih untuk menyiapkan semuanya di meja makan, sedangkan Thalita dan Angelina membangunkan suaminya masing-masing. "Eh, Kakak udah bangun rupanya. Sudah mandi pula," ucap Thalita. Darren tersenyum. "Iya, Kakak biasa bangun pagi, Sayang.""Hari ini mau ngantor?""Emm ... sepertinya ngantor," jawab Darren sambil berkaca. Tanpa Thalita sadari Darren memperhati
Baca selengkapnya

Malam Pertama

Darren dan Thalita kembali ke penginapan. "Ibu sama Ayah sudah kembali, kah?" tanya Thalita. "Pasti," jawab Darren. "Kita bersiap untuk makan malam," lanjut Darren. "Sama Ayah Ibu juga, kan?"Darren mengangguk. Thalita memutuskan untuk memberitahu Rossi dan Sadewo, sedangkan Darren masuk ke kamar terlebih dahulu untuk membersihkan diri. Thalita menekan bel kamar Rossi. Sejenak Thalita menunggu sang empu membuka. Nihil, pintu tak kunjung terbuka. Lagi, Thalita menekan dan menunggu. "Ibu ke mana?" gumamnya, sambil beranjak ke pintu sebelah, yakni kamar Sadewo. Thalita melakukan hal yang sama dengan hasil yang sama pula. Sadewo tak kunjung membuka pintu. "Pun dengan Ayah. Ke mana mereka, ya?" gumamnya, kemudian berbalik hendak pergi. "Ah, itu mereka?" Thalita melihat mertuanya baru ke luar dari lift. Rossi tersenyum ke arahnya. "Nunggu Ibu?" tanya Rossi saat ia berada di hadapan Thalita. "Iya, Lita nunggu Ibu sama Ayah. Kak Ge mau ajak kita makan malam."Rossi menatap Sade
Baca selengkapnya

Sadewo - Cari Perhatian

"Kak, bangun!" Thalita mengusap pipi Darren. Rasa dingin di pipi, serta wangi aroma lavender menyeruak di hidung Darren. Perlahan ia membuka mata. Tampaklah Thalita berbalut handuk kimono dan gulungan handuk kecil di kepala. Darren menunjuk pipinya sendiri. Thalita yang mengerti pun langsung melancarkan aksinya. Cup! Thalita mencium pipi Darren."Kena!" Darren membawa tubuh Thalita ke dalam pelukan. Kini, tubuh wanita itu tepat berada di atasnya."Ih, Kakak! Ayok, bangun, mandi!"Darren menggeleng sembari tersenyum. "Tubuhmu wangi. Kakak suka."Tangan pria itu membuka handuk yang menggulung rambut Thalita. "Seperti ini penampilanmu kian seksi."Thalita mencolek hidung mancung suaminya seraya berkata, "Ish! Mesum!""Mesum sama istri sendiri gak pa-pa, kan, Yang?" Darren menaikturunkan kedua alisnya.Thalita menyadari ada sesuatu yang bergerak dan keras di bawah sana. "Lalu?" Jemari Thalita merangkai sebuah kata di dada Darren, membuat sang pemilik dada terpejam. Tanpa basa-basi,
Baca selengkapnya

Rossi - Luluh

Kamar bernuansa putih, selang infus dan oksigen menjadi pemandangan Rossi malam itu. Terlebih lagi suara dari mesin pendeteksi jantung membuat suasana bertambah tegang. Ya, tepat di hadapannya Sadewo terbaring tak sadarkan diri. Ia mengalami kecelakaan tunggal. Wanita paruh baya itu hanya mampu menatap wajah Sadewo yang pucat, tetapi masih tampak tampan, menurutnya. Tidak terasa air mata pun menetes. "Sadarlah, Mas. Aku Mohon ...." Rossi berucap tanpa ia sadari. Semula, Rossi akan menghubungi Darren. Akan tetapi, ia urungkan karena tidak mau mengganggu kebahagiaan sang putra. Sudah tiga jam, Sadewo tak kunjung sadar. Ada rasa sakit dalam hati Rossi melihat kemalangan yang menimpa mantan suaminya itu. Malam kian larut. Rasa kantuk menyergap. Rossi memutuskan untuk tidur sembari duduk di kursi dekat dengan Sadewo.Usapan di kepala membuat Rossi perlahan membuka mata. "Mas, Mas sudah sadar?!" serunya sambil menggenggam tangan Sadewo. Sadewo tersenyum. "Terima kasih telah sudi berad
Baca selengkapnya

Pesta Kejutan Untuk Darren & Thalita

Muach ... muach ... muach!"Kecupan bertubi-tubi Darren sematkan di bibir Thalita. "Sayang, bangun!""Heemm ...." Thalita merubah posisi tidurnya tanpa membuka mata. Darren tersenyum sambil membetulkan selimut yang membungkus tubuh istrinya itu. Belaian penuh kasih sayang pun Darren usapkan pada pucuk kepala."Maaf, kamu pasti lelah," gumam Darren. Bagaimana tidak? Permainan yang katanya malam pertama itu berakhir pada dini hari. Darren memutuskan untuk membersihkan diri. Setelah ritual mandi selesai, rupanya Thalita belum juga bangun. Pria itu tidak mempermasalahkan.Setelah berpakaian rapi, Darren pergi ke dapur."Bi, tolong siapkan saja sarapan untuk istriku. Dia tidak masak pagi ini.""Baiklah, Tuan. Saya lebih senang seperti ini. Menyiapkan sarapan untuk majikan, daripada hanya melihat. Malu, Tuan."Darren tersenyum. "Anggap itu bonus untuk Bibi. Pekerjaan Bibi berkurang, walaupun sedikit. Oh, ya, untuk saya tolong siapin sandwich saja."Darren kembali ke kamar dan sang ART pu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status