Semua Bab Aku Jadikan Kau Ratu: Bab 61 - Bab 70

87 Bab

Hukum Karma

Di IGD sebuah rumah sakit, tampak Bagas tengah mendapatkan pertolongan pertama. Wajah tampannya penuh luka lebam, bahkan terus meringis sambil memegang pergelangan tangan kirinya. Erangan Bagas karena sakit menggema."Aaaah! Pelan-pelan, Dokter!" seru Bagas saat mendapatkan beberapa jahitan di pelipis dan ujung bibir. "Tahan sebentar. Tangan anda juga patah. Untungnya tidak harus operasi, hanya pasang gips saja."Dokter pun membalut tangan yang patah itu. "Darren sialan!" celetuk Bagas. Pletak! Salah seorang pengawal Darren memukul kepala Bagas. "Sembarangan! Masih untung anumu tidak Tuanku patahkan!"Bagas mendengkus. "Sudah selesaikan, Dok? Tidak usah dirawat, kan?" tanya pengawal Darren. "Ti-""Rawat saja, Dok, rawat!" timpal Bagas. "Tidak usah, Tuan," lanjut dokter itu. "Ayok!" Pengawal Darren memasang borgol di tangan kanan Bagas, lalu dikaitkan dengan tangan dirinya. "Dia seorang tahanan?" tanya sang dokter. "Iya. Dia penjahat kelamin!"Dokter itu melongo, kemudian t
Baca selengkapnya

Rencana

Semua menu sarapan akhirnya berhasil terhidang. Olivia bergegas menyendok nasi, serta lauk-pauk untuk Bagas, kemudian ia simpan di atas nampan. "Bagas, buka pintunya!" seru Olivia. Tidak berselang lama, Bagas membuka pintu. "Kenapa gak sama pembantu aja, sih, Mi?"Olivia masuk, kemudian menyimpan nampan itu di atas meja. "Di sini tidak ada pembantu. Kalau pun kamu sehat, tidak akan Mami bawakan meskipun kamu merengek minta diantar ke kamar!""Makanlah," lanjutnya. "Ck! Suapinlah, Mi. Tangan Bagas'kan lagi sakit.""Tangan kananmu, kan, bisa, Gas!""Lagi maen HP!"Olivia melotot. "Simpan dulu! Dan makanlah!"Bagas melempar ponselnya ke atas kasur. Laki-laki itu merasa sikap sang Mami berubah total."Mami kenapa, sih? Gak suka Bagas di sini?""Biasa saja! Habiskan sarapannya dan jangan lupa obatnya diminum. Mami mau siap-siap ke kantor."Olivia meninggalkan kamar Bagas. Akan tetapi, baru saja akan menutup pintu, wanita paruh baya itu berbalik dan kembali menghampiri Bagas. "Mami mau
Baca selengkapnya

Duka di Atas Pesta

Hari yang dinantikan oleh seluruh karyawan PT. Aji Jaya Grup pun tiba. Kedatangan mereka disambut oleh suasana halaman perusahaan yang memang luas disulap menjadi sebuah tempat mewah. Di sana banyak meja dan kursi yang dihias. Semua karyawan dilayani bak seorang raja dan ratu. Masing-masing meja dilayani oleh dua orang pelayan. Makanan serta minuman spesial terhidang. Beberapa tamu undangan pun sudah menempati kursi yang sudah disediakan, termasuk di sana hadir Sadewo serta Rossi. Hanya saja, ada yang berbeda dari sebelumnya, yakni pemilik perusahaan tidak mengundang awak media. "Wah, mewah sekali!""Aku gak nyangka bakal seperti ini.""Pemimpin kali ini memang the best!"Semua karyawan memuji tempat, hidangan, serta konsep acara hari itu. Terdengar seorang host membuka acara. Susunan acara pun dibacakannya. Tiba saatnya sambutan dari pemilik perusahaan. "Selamat pagi," sapa Darren. Semua kompak menjawab sapa sang CEO diiringi dengan riuh tepuk tangan. "Terima kasih atas antusi
Baca selengkapnya

Semakin Tua Semakin Menjadi

Tiba di rumah utama, Darren mengantar Sadewo untuk beristirahat di kamar. Ia sangat mengerti dengan diamnya sang ayah. "Ayahmu bagaimana?" tanya Rossi ketika melihat Darren hendak ke kamarnya. "Tampaknya ayah sedikit syok, Bu."Rossi menganggukkan kepalanya, kemudian berkata. "Ge, Ibu mau kembali ke desa.""Kenapa? Ibu tidak kasihan sama ayah?"Rossi mengernyit. "Kita bukan siapa-siapa lagi, Ge. Dan tidak baik juga kami yang bukan suami istri tinggal dalam satu atap, bukan?"Setelah menimbang, akhirnya Darren menyetujui keputusan Rossi. "Baiklah, mari Ge antar.""Tidak, Ibu diantar Bimo saja.""Biar Ge sa-"Rossi menimpali ucapan Darren dengan menempelkan jari telunjuk di bibirnya pertanda sang putra berhenti bicara. Spontan saja membuat Darren membisu. "Kamu istirahat saja," kata Rossi, kemudian berlaku dari hadapan Darren. Rossi mengambil kopernya di kamar, lalu menghampiri Bimo di garasi. Tanpa canggung wanita paruh baya itu meminta Bimo untuk mengantarnya pulang. Darren hanya
Baca selengkapnya

Izin Abimanyu

Seminggu sudah berlalu. Hampir setiap hari, Sadewo mengunjungi Helena. Tepat hari itu pula Sadewo berniat ingin berkunjung ke pusara Olivia. Tiba di pemakaman, Sadewo disuguhkan dengan pemandangan yang tak biasa. Di sana terlihat seseorang tengah bersimpuh di malam Olivia. Isak tangisnya terdengar jelas di telinga Sadewo. "Maafkan, Bagas, Mi. Bagas gak sengaja," ucap Bagas disela tangisnya. Tangis Bagas makin menjadi. "Bagas janji akan jadi anak penurut, anak yang bisa banggain Mami, seperti pinta Mami waktu lalu," sambungnya dengan napas tersengal. "Tepati permintaan Mamimu," sambar Sadewo sambil berjongkok tepat di samping Bagas. Bagas terhenyak dan hendak berdiri. Namun, Sadewo berhasil menahan Bagas. Pria paruh baya itu membujuk Bagas agar tidak membenci Darren dan menyudahi aksinya yang bisa mencelakai orang lain. Pun Sadewo berjanji tidak akan memenjarakan Bagas. Bagas bergeming. "Darren tidak menyuruh orang-orang itu untuk berbuat bejat terhadap adikmu.""Aku tidak per
Baca selengkapnya

Senandung Cinta

Sepulang dari rumah Abimanyu, Darren berselancar dengan ponselnya. Ia meminta sang asistennya untuk mencarikan toko furnitur berkelas. Darren ingin mengganti semua perabot kamar sesuai yang ia mau serta mengganti cat tembok dengan warna favorit Thalita yakni nuansa putih dan gold. "Ayah perhatikan dari tadi kamu sibuk bulak-balik ke kamar tamu. Ada apa?" tanya Sadewo. "Ge akan bawa Thalita ke sini," jawab Darren santai. Sadewo mengernyit. "Maksudnya Thalita akan tinggal di sini? Sudah sembuh?""Belum. Ge ingin memantau sendiri keadaan Thalita, Yah. Nanti ada dokter dan perawat juga.""Ayah akan carikan gadis cantik untukmu."Darren menatap tajam Sadewo. "Sekali tidak, tetap tidak!"Darren melangkah hendak ke kamarnya, tetapi ia urungkan dan berbalik menatap Sadewo. "Baik, kalau aku tidak diperbolehkan membawa Thalita ke rumahku sendiri, maka Ge akan bawa dia ke apartemen."Sadewo menghela napas. "Baiklah. Mau bawa siapa saja ke mari itu hakmu. Ayah tidak akan ikut campur.""Terima
Baca selengkapnya

Nekat Menikahi

Hari demi hari Darren lewati tanpa berpaling dari Thalita. Wanita itu jadi prioritas utamanya. Setiap hari Darren menyuapi, menghibur bahkan menemani wanita itu terjaga di tengah malam. Namun, satu malam itu Darren dikejutkan dengan reaksi Thalita yang cukup mengenaskan. Tepat bangun tidur, Thalita berteriak, menjambak rambut bahkan menggigit lidahnya sendiri. "Astaga, Sayang, Kakak mohon jangan seperti ini!" seru Darren sambil mencoba membuka mulut Thalita. "Dokter gimana ini, Dok?!" Darren semakin panik. "Maaf, Tuan. Biarkan kami yang menangani." Dokter Lily dan perawat mengambil alih. Darren berdiri mematung. Tak terasa air matanya luruh bahkan terisak. "Tuhan, kasihanilah dia. Jangan biarkan dia tersiksa seperti itu, Tuhan." Batin Darren. Mau tidak mau Dokter Lily menyuntikkan obat penenang. Perlahan, Thalita tertidur kembali. "Kenapa bisa seperti itu, Dok?""Beberapa pasien pernah mengalami hal yang sama. Pengakuan mereka karena kejadian berat yang dialami hadir dalam mimp
Baca selengkapnya

Tanda Cinta dan Sayang

Menyandang status suami membuat Darren senang tak terkira. Tentu saja karena Thalita'lah yang menjadi istrinya. Malam itu adalah malam pertama bagi Darren tidur berteman makhluk berjenis kelamin perempuan. Walaupun keadaan Thalita seperti itu, rasa grogi tetaplah ada. "Sayang, tidurlah. Jangan takut, di sini ada Kakak."Thalita menggeleng. Dokter Lily sempat mengatakan jika Thalita enggan untuk menutup mata karena takut kejadian itu kembali hadir ke dalam mimpi. Darren tetap melakukan berbagai cara agar istrinya itu tertidur. Posisi Thalita yang berbaring tentu saja memudahkan Darren untuk mengelus kening sampai pucuk kepala. Perlahan Thalita terpejam. Akan tetapi, mulutnya tidak bisa diam. "Mama, Papa, Kak Ge!" gumamnya. "Di sini Kakak, Sayang, tidurlah." Darren mencium pipi serta kening Thalita. Terdengar dengkuran halus oleh Darren. Senyum pun tersungging karena merasa sukses sudah membuat Thalita tidur. Tidak berselang lama, kantuk menghampiri. Darren pun tertidur. Pagi men
Baca selengkapnya

Gagal Bercinta

Satu bulan sudah usia pernikahan Darren. Akan tetapi, Darren masih harus bersabar dengan kondisi Thalita. Setiap harinya dengan telaten ia menyuapi, menghibur, dan setiap malam akan menemani sang istri bergadang. Pagi itu ada rapat penting di kantor, tetapi Darren bangun kesiangan. Dari kamar Thalita ia bergegas ke kamarnya untuk membersihkan diri. "Astaga! Kenapa sampai kesiangan begini, sih? Bagaimana kalau para investor itu kabur?" ucap Darren sambil tergesa membasuh badannya dengan sabun. Bisa saja dirinya hanya mencuci muka dan menggosok giginya saja. Akan tetapi, itu bukan tipe Darren. Ia harus tetap tampil bersih dan wangi. Handuk putih sudah ia lilitkan di pinggang. Gegas tangannya membuka pintu kamar mandi. Alangkah kagetnya kala ia mendapati Thalita tengah menatap foto pernikahannya. Foto yang terbingkai indah berukuran besar, tentu saja mencuri perhatian siapa saja yang melihat. "Sayang, kenapa ke sini?"Darren melihat pakaian kerjanya pun sudah tersedia di atas kasur.
Baca selengkapnya

Ingin Bercerai

Setelah cukup lama berendam, akhirnya Darren ke luar. Rupanya Thalita tertidur pulas terbungkus selimut tebal. Darren membawakan baju tidur untuknya dan ia simpan tepat di samping Thalita. Jarum jam sudah menunjuk pada angka tujuh. Waktunya makan malam, tetapi Thalita belum juga terbangun. Tangan Darren mengusap pipi bermaksud untuk membangunkan Thalita. Nihil, dengkuran halus terdengar. Terlihat tidur Thalita sangat tenang. Mungkin matanya lelah karena menangis, pikir Darren."Mana istrimu? Katanya sudah sekamar, benar itu?" tanya Sadewo. "Benar, Yah. Dan sekarang Thalita sudah tidur pulas.""Oh, syukurlah kalau sudah sekamar. Dengan kata lain dia sudah menerima pernikahan kalian, kan? Dan tentunya dia yang akan mengurusmu, bukan sebaliknya."Darren menghela napas. Ingin sekali dirinya membalas ucapan Sadewo. Akan tetapi, semua akan berujung keributan.Perhatian Darren kini teralih kepada Dokter Lily dan kedua perawatnya. "Sepertinya tugas kalian selesai dan tentunya bisa kembali
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status