Tidak ada sepatah kata yang ke luar dari mulut Darren selama di perjalanan. Akan tetapi, dalam pikiran tiada henti bergelut tentang hidup dan kisah cintanya."Semakin jauh jarak memisahkan kita, Thalita. Ah, tidak! Lupakan Thalita. Kamu berhak bahagia, Darren. Dia pun sudah bahagia dengan Bagas. Ya, semoga." Batin Darren. Di depan, tampak tugu selamat datang menuju sebuah desa di mana Rossi dan Darren tinggal menyambut.Darren mematikan air conditioner, lalu membuka kaca pintu. Embusan angin berhasil menyapu rambut dan wajahnya. Desa yang masih asri jauh dari hiruk-pikuk kendaraan maupun asap pabrik. Desa di mana Darren tinggal di sana sedari kecil. Lagi, batin Darren merangkai kata demi kata. "Di sini, di desa ini kisah sebenarnya yang akan kamu jalani, Darren!"Mobil terparkir tepat di halaman rumah bernuansa putih. Seketika lamunan Darren buyar. "Loh, kenapa parkir di rumah orang," imbuh Darren. "Ini rumah kita, Gerald!" kata Rossi penuh penekanan.Darren mengernyit, lalu perla
Read more