Share

Buka Cabang

Author: Suci Komala
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sudah satu minggu Darren tinggal di desa. Dirinya sudah merasa jauh lebih baik. Ia tidak sabar untuk membangun toko kue. Semua konsep sudah ia tuangkan ke dalam kertas.

"Bu, apa sedang menerima pesanan?" tanya Darren di sela sarapan.

"Tidak. Memangnya kenapa?"

"Ge mau survei desa Arini itu, loh."

Rossi menghentikan suapannya, lalu berkata, "Pastikan dulu kalo kondisimu itu baik-baik saja. Bulan depan saja setelah cek up."

"Kelamaan, Bu. Lagipula Ge sudah merasa sehat."

"Memang rencananya kapan mau survei?"

"Hari ini! Aku meminta Arini mengantar atau mungkin Ibu ikut juga?"

Rossi terdiam. Ada baiknya juga Darren survei dalam waktu dekat. Lebih cepat pula putranya itu akrab dengan Arini.

"Yakin kamu sehat, Nak?"

"Sangat yakin!"

Melihat keyakinan Darren, Rossi mengizinkan Darren untuk survei hari itu. Darren meminta Rossi untuk menghubungi Arini agar segera bersiap.

"Nanti, ketika Ge antar Ibu ke toko, kami langsung berangkat. Gak nunggu Arini bersiap dulu. Menghemat waktu," tutur Da
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
D. Naveen Kenan
Lanjod, Thor! Semangat!!!
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Kejutan Dari Rossi

    Tanah sudah dibayar lunas. Nama kepemilikan pun sedang proses balik nama. Darren menyerahkan proyek pembangunan toko kepada ayah Arini, karena yang terpenting baginya adalah sesuai dengan konsep yang ia mau. "Jika uangnya kurang, Bapak hubungi saya saja," kata Darren. "Bapak rasa ini cukup, Den," ucap ayah Arini. "Bapak pastikan semua bahan bangunan menggunakan produk yang berkualitas.""Aden tenang saja. Saya akan mengawasi. Semoga hasilnya memuaskan.""Iya, semoga."Darren berencana jika pembangunan sudah sembilan puluh persen, ia akan membuka lowongan untuk warga sekitar. Konsep yang Darren usung diharapkan bisa menarik pembeli. Tidak hanya orang tua, tetapi kaula muda. Ya, Darren mengusung konsep toko berikut cafe. Dimana semua kalangan bisa menikmati aneka kue dengan harga terjangkau.Darren kembali ke desanya bersama Purwanto. ***Di toko, Rossi tengah disibukkan oleh pengunjung yang menurutnya keras kepala. "Sekali lagi saya mohon maaf, Pak. Selain karyawan saya yang terba

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Tamu Tak Diundang

    Tiga puluh hari sudah masa balik nama diproses. Tepat hari itu, kepemilikan tanah sudah sah menjadi milik Darren. Toko pun sudah sembilan puluh persen rampung. Banyaknya pekerja tentu saja membuat waktu pembangunan sesuai dengan target. Pencarian tenaga kerja sudah ayah Arini buka mulai dari pastry chef sampai tim keamanan. Hasil kesepakatan satu bulan yang lalu, dua hari lagi Darren dan Arini akan melangsungkan pertunangan. Darren mengesampingkan perasaannya. Cinta bisa tumbuh seiring dengan seringnya dua insan saling bertemu, saling bercengkerama, dan membiarkan hati satu sama lain menerima kehadiran masing-masing, bukan? Itu yang ada dalam pikiran Darren.Rossi yang sedari tadi mengintip di celah pintu yang memang tidak tertutup rapat, memerhatikan gerak-gerik Darren. Terdengar jelas olehnya embusan napas kasar yang ke luar dari mulut sang putra. Rossi mengendap masuk. "Ada apa, hem?" tanya Rossi sambil menepuk pundak Darren. Darren yang sedang berdiri menatap jendela pun mera

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Batalnya Pertunangan

    Arini memerhatikan Darren. Dirinya memastikan jika calon tunangannya itu benar-benar tidak peduli perihal Thalita. Pada kenyataannya, Darren lebih memilih membantu Abimanyu berdiri daripada meneruskan acara seperti yang Rossi mau. Pun dengan kedua orang tua Arini. Sedari awal mereka merasa ragu untuk menjadikan Darren sebagai menantunya. Mereka tahu jika Darren tidak memiliki kekasih. Akan tetapi, mereka tahu siapa Thalita karena Arini pernah bercerita. Sempat tersirat keraguan dalam hati ayah Arini mengenai perasaan Darren kepada putrinya. Namun, anak sematawayangnya itu meyakinkan bahwa Darren sudah melupakan Thalita. Melihat reaksi Darren tentang Thalita di depan mata, sudah menjawab keraguan itu. "Jangan seperti ini. Berdirilah, Tuan." Darren membantu Abimanyu berdiri serta memberikan saputangan. "Darren Gerald! Kembali berdiri di posisi semula!" titah Rossi. Darren tidak menggubris. Tergambar jelas raut cemas pada wajah pria itu. "Bisa ceritakan bagaimana kondisi Thalita saat

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Bertemunya Darren Dengan Thalita

    Rasa malu dan amarah menyergap diri Rossi. Tak segan ia meminta maaf kepada Arini dan keluarga besarnya. Menerima takdir dan memaafkan Darren, itu yang Rossi dapatkan dari keluarga besar Arini. Rossi merasa beruntung dipertemukan dengan keluarga yang sangat baik. "Bisa Ibu dan Tuan jelaskan, apa kalian saling mengenal? Dan kenapa Ibu dipanggil Nindy?" tanya Darren, sambil menatap mereka bergantian. "Ibumu yang berhak menjelaskan semuanya," kata Abimanyu. "Bu ..."Tidak ada sepatah kata yang keluar dari mulut Rossi. Ia bergegas menuju mobilnya diikuti oleh para karyawannya. Rossi mengacuhkan Darren. "Sebagian ikut bersama saya. Penuhi dulu mobil ini!" titah Rossi. Para karyawan itu saling menunjuk. Mereka berbalik segan kepada Rossi. Tin tin! Rossi membunyikan klakson pertanda mereka harus segera masuk.Lima orang karyawan memenuhi mobil Rossi. Wanita paruh baya itu segera tancap gas meninggalkan Darren. "Tuan ikut dengan saya saja," ajak Darren kepada Abimanyu. Abimanyu menga

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Keputusan Darren

    Thalita mulai tenang. Angelina mengajaknya berbicara. Ia mengatakan jika Darren datang berkunjung. Nihil, Thalita tidak merespon dengan baik. Ia hanya menatap Angelina lalu menitikkan air mata. Angelina bergegas memanggil Darren. "Maaf, Nak Darren ... bisa temui Thalita sebentar?""Iya, bisa."Darren ke kamar. Ia berjalan perlahan. Menyadari penampilannya lain dari biasanya, Darren membuka jas, lalu menggulung kemeja sebatas sikut. Merasa tidak ada respon negatif, Darren meneruskan langkah sampai akhirnya duduk di kursi samping Thalita. "Halo, Sayang. Apa kabar?" sapa Darren. "Kakak datang untuk menjengukmu," sambungnya. Lagi, tidak ada respon dari Thalita. Wanita itu hanya menunduk dengan air mata yang terus menetes bahkan napasnya tersengal. "Sayang, sudah, jangan menangis lagi." Darren menggenggam satu tangan Thalita. Thalita merespon. Ia menatap tangannya yang Darren genggam. Sangat lama. Genggaman itu sungguh tidak asing bagi Thalita. "Ka-Kak Ge," ucap Thalita pelan. Dar

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Permintaan Rossi

    Sudah satu minggu Darren tinggal di Jakarta. Rossi sama sekali tidak bertanya kabar dan sebagainya. Pun sebaliknya. Wanita paruh baya itu justru tampil beda dari biasanya. Ia mengenakan pakaian lebih rapi dan merias diri. Lebih tepatnya, ia berpenampilan seperti dahulu, berkelas. "Pagi, Bu," sapa seseorang kepada Rossi. "Iya, pagi," balas Rossi tanpa menoleh. Ia fokus dengan buku yang sedang ia periksa."Ibu tampak cantik sekali."Rossi terdiam. Suara itu sangat tidak asing baginya. Ia pun mendongak. "Astaga, Arini! Apa kabar, Nak?" Rossi berdiri dan mendekati Arini. "Baik, Bu. Sangat baik."Keduanya berpelukan sambil bertanya kabar. Dua wanita berbeda generasi itu memilih berbincang di sofa yang ada pojok ruangan. "Rini masih jadi karyawan toko ini, kan?"Rossi tersenyum. "Tentu, tapi ... apa orang tuamu mengizinkan?"Orang Tua Arini justru meminta sang putri untuk bertanggungjawab terhadap pekerjaannya karena memang tidak ada ucapan dari Arini untuk mengundurkan diri kepada Ros

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Terkuaknya Rahasia

    Tiba di rumah, Darren merebahkan diri sejenak. Ia akan kembali ke Jakarta untuk menemui Abimanyu perihal pertemuannya dengan keluarga Bagas. Ponsel Darren berbunyi pertanda satu panggilan masuk. Darren mengernyit karena nomor yang tidak ia kenali menghubungi. Maklum, ia hanya menyimpan nomor Rossi dan Thalita saja. Tidak ada yang tahu dengan nomor ponselnya selain mereka. Jarinya hendak menggeser gambar ponsel berwarna merah. Namun, ia urungkan. Digesernya gambar warnah hijau dan menjawab panggilan. "Halo," sapanya. "Akhirnya diangkat juga," kata seorang perempuan. "Maaf, ini siapa?"Rupanya Angelina. Ia tahu nomor Darren dari ponsel Thalita. Wanita paruh baya itu menghubunginya karena Thalita terus memanggil nama Darren. "Maaf, merepotkan. Bisakah bicara kepada Thalita? Apa saja. Yang penting Thalita bisa tenang.""Bisa, Tante. Dekatkan saja ponselnya."Darren meminta Thalita untuk beristirahat. Meskipun dirinya jauh, tetapi dekat di hati. Jika merasa sepi, lihatlah foto dirin

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Kehancuran Sadewo

    Mendengar cerita ibunya, membuat Darren merasa senang sekaligus kecewa. Senang karena sebenarnya masih memiliki ayah. Kecewa karena ternyata sang ayah lebih memilih wanita lain. Darren memaklumi saat dahulu ibunya mengatakan jika ia tidak memiliki ayah kalaulah itu alasannya. "Jadi, nama Ibu adalah Nindy?" tanya Darren. "Iya, nama Ibu Nindy. Tapi, Ibu lebih senang dengan nama Ibu yang sekarang. Karena selama menjadi Rossi hidup Ibu sangat bahagia. Hanya hidup berdua denganmu tanpa ada yang mengganggu. Ibu selalu bersama berharap kamu tidak dipertemukan dengan keluarga ini. Tapi, Tuhan berkata lain."Darren menatap Sadewo. "Jadi, Tuan ini adalah ayahku?""Tidak! Nindy sudah berbohong!" seru Olivia. "Benar!" timpal Abimanyu. Olivia menatap tajam Abimanyu, tetapi Abimanyu tidak peduli. Tidak ingin dipersalahkan, akhirnya Abimanyu membongkar kebusukan Olivia. "Foto dan video itu adalah editan. Olivia meminta seseorang untuk melakukan itu demi memilikimu, Dewo. Semula aku tidak tau. T

Latest chapter

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Keluarga Seutuhnya

    Pagi itu matahari bersinar terik. Saatnya si bayi berjemur setelah mandi. Rossi dengan penuh kehati-hatian menggendong sang cucu sambil menimang agar bayi itu tenang. "Jangan biarkan matanya langsung terkena sinar matahari, ya, Nak," kata Rossi. "Iya, Bu. Nanti Lita beli kain penutup matanya, kok."Dirasa cukup, mereka membawa sang bayi ke kamar. Setelah selesai memakai baju dan disusui, bayi itu pun tertidur. Thalita yang tidak tega meninggalkan bayinya sendiri di kamar selama ia sarapan, akhirnya membawa ayunan rotan. "Pulas sekali tidurnya," ucap Darren sembari melihat bayinya. "Iya, kita berisik juga dia tidak merasa terganggu," kata Sadewo. "Enak mungkin. Udah anget, udah mimik pula," kata Thalita. Darren menarik kursi di samping Thalita. "Papanya juga kalo di kasih mimik tidurnya pulasss."Thalita menyikut lengan Darren. "Apa, sih, Yang?" Darren berlaga polos. Thalita tersenyum diiringi mata yang melotot. Rossi dan Sadewo hanya terkekeh-kekeh. "Bisa habis jatah susu Th

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Pelengkap Kebahagiaan

    Setiap harinya, dengan sabar dan telaten Thalita memompa ASI-nya. Setiap hari pula sang suami akan mengantarkan ASI itu ke rumah sakit. Hampir satu bulan mereka melakukan itu. Seperti pagi itu, Darren siap mengantarkan ASI untuk sang bayi. "Kakak, aku ikut!" teriak Thalita saat Darren baru saja membuka pintu mobil. "Sayang, tunggu saja di rumah," ucap Darren. Darren mengernyit melihat tas bayi yang dibawa oleh Thalita. "Apa itu?""Baju bayi'lah. Kan, hari ini putriku pulang."Darren tersenyum. "Kata siapa, hem?"Thalita menunjuk dadanya dan berkata, "Hati seorang Ibu mengatakan bahwa hari ini juga dia pulang."Tidak ingin merusak suasana hati sang istri, akhirnya Darren memperbolehkan Thalita ikut. Darren tidak memungkiri bahwasanya naluri seorang ibu itu selalu benar. Oleh karena itu Darren memutuskan untuk menggunakan jasa sopir dan mengganti mobil sport miliknya dengan mobil keluarga. Di perjalanan, tak hentinya Thalita mengukir senyum sambil memeluk Darren. "Seneng banget, si

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Thania Geraldine

    Suka dan duka Thalita lewati selama menjalani kehamilan. Pun dengan Darren. Pria itu dibuat pusing bukan kepalang saat memenuhi keinginan istrinya itu. Bagaimana tidak? Terkadang, pada malam hari Thalita meminta Darren untuk memanjat pohon mangga dan memetiknya tanpa sepengatahuan pemiliknya. Menurut Thalita itulah seninya dan menjadi kebanggaan ketika memakannya. Namun, tanpa sepengetahuan Thalita pula, pada siang harinya Darren bicara kepada sang pemilik bahkan membayarnya. Entah mau jadi apa anaknya nanti. Pencuri? Darren selalu membuang jauh-jauh pikiran itu. Belum lagi cerita di siang hari. Tepat matahari sedang terik-teriknya, Thalita meminta Darren ke luar kantor mengenakan mantel tebal. Ditambah harus membeli atau membuat makanan yang menurut Darren tidak masuk akal. Meskipun demikian, Darren tetap merasa bahagia dan tetap mengabulkan permintaan sang istri. Itu cerita Darren lima bulan lalu. Kini, usia kehamilan Thalita menginjak delapan bulan. Hanya saja, Thalita bersikeras

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Ngidam

    Darren duduk tepat di samping Thalita. Ia terlihat cemas. "Bagaimana, Dok?"Dokter itu tersenyum. "Selamat, istri Tuan sedang mengandung."Darren tersenyum. Matanya berkaca, kemudian kembali bertanya, "Benarkah?""Iya. Untuk memastikan berapa usia kandungannya, lebih baik segera lakukan USG."Darren menatap orang tuanya bergantian. "Sebentar lagi Ge jadi seorang ayah."Keduanya mengangguk sambil tersenyum. "Selamat, Nak," ucap Sadewo. Rossi mendekati sang putra. "Selamat, Sayang."Dokter itu pamit. Sadewo pun mengantar. Rossi duduk di tepi ranjang. Matanya tak lepas dari wajah sang menantu. Dulu, wajah itu yang ia benci. Dulu, wajah itu yang ingin Rossi singkirkan dari hadapan Darren. Ternyata Rossi salah, wajah cantik itu yang memberi kebahagiaan kepada putranya. Bukan tak beralasan. Dahulu, Rossi tidak ingin Darren bermasalah dengan keluarga kaya yang tak lain adalah Sadewo dan Abimanyu dan berujung mengenaskan seperti dirinya. Ternyata takdir berkata lain, wanita muda yang lema

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Pingsan

    Hari-hari Darren dan Thalita lalui selalu bersama. Keduanya kompak dalam melakukan segala hal. Di kantor mereka akan bersikap profesional sebagaimana atasan dan bawahan. Tidak terasa satu tahun sudah usia pernikahan Darren dan Thalita.Malam itu, mereka menikmati makan malam nan romantis di sebuah restoran untuk merayakan anniversary. Tukar kado pun terjadi antara mereka. Namun, ada sesuatu yang membuat Thalita murung. "Sayang, ada apa?""Ah, tidak ada apa-apa, Kak."Melihat bulir bening yang menetes membuat Darren dengan sigap berpindah duduk dan memeluk. "Sayang, ada apa? Jangan buat Kakak khawatir."Thalita menarik napasnya dalam. Ia mengatakan jika dirinya ingin segera hamil. Akan tetapi, setelah satu tahun pernikahan dirinya tak kunjung hamil. Padahal, segala obat medis dan tradisional sudah dicobanya. Hasil cek dokter pun menyatakan jika kandungan Thalita baik-baik saja. "Apa dokter itu berbohong?""Hey, Sayang, lihat Kakak." Darren membingkai wajah Thalita. "Sayang, kita h

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Sekretaris Pribadi

    Berkumpul bersama keluarga setelah beraktivitas mampu mengurangi rasa lelah. Berbagi cerita diselingi dengan canda dan tawa rupanya keluarga Sadewo dan keluarga lakukan malam itu. "Bagaimana hasil cek ke dokter?" tanya Rossi. Darren melihat ke arah Thalita. Diraihnya tangan sang istri, menciumnya, lalu menceritakan apa yang dokter anjurkan. "Ikuti saja saran dokter. Buat rileks. Ingat, jangan banyak pikiran karena itu akan mengganggu kesehatan. Kalian nikmati saja waktu berdua," ujar Rossi. "Iya, nikmati saja dulu," timpal Sadewo. "Iya, Yah, Bu. Lita akan turuti semua saran dokter," kata Thalita. Pun Thalita mengutarakan tentang keinginannya untuk menjadi sekretaris Darren. "Ya, bagus itu," kata Sadewo. Rossi mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kalau itu mau Nak Lita, Ibu, sih, tidak keberatan. Bagus malah. Ibu justru akan khawatir kalau sekretaris Ge itu wanita lain."Mendapat dukungan dari mertua membuat Thalita merasa menang. Wanita itu menatap suaminya sambil menaikturunkan al

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Program Hamil

    Pesta mewah itu telah usai. Pesta yang tak hanya memberi kebahagiaan untuk Darren dan Thalita saja, melainkan semua tamu undangan. Rasa kantuk dan lelah sudah pasti menyergap pasangan itu. Bagaimana tidak? Pesta itu berlangsung hingga malam hari. "Tidur, Sayang," kata Darren. Thalita tersenyum. "Aku memang lelah dan ngantuk. Tapi, semua rasa itu kalah dengan rasa bahagia yang aku rasakan saat ini, Kak. Mata ini seolah-olah menolak untuk terpejam. Aku tidak sedang bermimpi, kan?"Darren tersenyum penuh arti. "Coba pejamkan matamu."Thalita menuruti perintah Darren tanpa menaruh curiga. Bibir Darren membekap bibir Thalita, bahkan gigitan kecil pria itu berikan membuat Thalita membuka mulutnya. Tidak membuang kesempatan, dengan leluasa lidah Darren menyusuri setiap rongga mulut Thalita. Ciuman itu kian rakus saat tangan Darren memegang bagian dada Thalita. Darren melepaskan ciuman yang menyisakan napas Thalita yang memburu dan bibir yang basah. "Tidak mimpi, kan?" tanya Darren. Th

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Pesta Kejutan Untuk Darren & Thalita

    Muach ... muach ... muach!"Kecupan bertubi-tubi Darren sematkan di bibir Thalita. "Sayang, bangun!""Heemm ...." Thalita merubah posisi tidurnya tanpa membuka mata. Darren tersenyum sambil membetulkan selimut yang membungkus tubuh istrinya itu. Belaian penuh kasih sayang pun Darren usapkan pada pucuk kepala."Maaf, kamu pasti lelah," gumam Darren. Bagaimana tidak? Permainan yang katanya malam pertama itu berakhir pada dini hari. Darren memutuskan untuk membersihkan diri. Setelah ritual mandi selesai, rupanya Thalita belum juga bangun. Pria itu tidak mempermasalahkan.Setelah berpakaian rapi, Darren pergi ke dapur."Bi, tolong siapkan saja sarapan untuk istriku. Dia tidak masak pagi ini.""Baiklah, Tuan. Saya lebih senang seperti ini. Menyiapkan sarapan untuk majikan, daripada hanya melihat. Malu, Tuan."Darren tersenyum. "Anggap itu bonus untuk Bibi. Pekerjaan Bibi berkurang, walaupun sedikit. Oh, ya, untuk saya tolong siapin sandwich saja."Darren kembali ke kamar dan sang ART pu

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Rossi - Luluh

    Kamar bernuansa putih, selang infus dan oksigen menjadi pemandangan Rossi malam itu. Terlebih lagi suara dari mesin pendeteksi jantung membuat suasana bertambah tegang. Ya, tepat di hadapannya Sadewo terbaring tak sadarkan diri. Ia mengalami kecelakaan tunggal. Wanita paruh baya itu hanya mampu menatap wajah Sadewo yang pucat, tetapi masih tampak tampan, menurutnya. Tidak terasa air mata pun menetes. "Sadarlah, Mas. Aku Mohon ...." Rossi berucap tanpa ia sadari. Semula, Rossi akan menghubungi Darren. Akan tetapi, ia urungkan karena tidak mau mengganggu kebahagiaan sang putra. Sudah tiga jam, Sadewo tak kunjung sadar. Ada rasa sakit dalam hati Rossi melihat kemalangan yang menimpa mantan suaminya itu. Malam kian larut. Rasa kantuk menyergap. Rossi memutuskan untuk tidur sembari duduk di kursi dekat dengan Sadewo.Usapan di kepala membuat Rossi perlahan membuka mata. "Mas, Mas sudah sadar?!" serunya sambil menggenggam tangan Sadewo. Sadewo tersenyum. "Terima kasih telah sudi berad

DMCA.com Protection Status