Semua Bab Aku Jadikan Kau Ratu: Bab 11 - Bab 20

87 Bab

Berhasilnya Rencana Bagas

Tiba saatnya Darren pergi ke Surabaya. Dua koper besar sudah siap ia bawa. Satu yang membuatnya bernapas lega, yakni seminggu lalu Rossi sudah menempati kios yang sudah lengkap dengan peralatan dan perlengkapan kiriman darinya berikut lima orang karyawan. Koper sudah masuk bagasi mobil. Ya, Sadewo memberinya fasilitas berupa satu unit mobil sebagai inventaris untuk Darren pakai selama di Surabaya. Darren menarik napas dalam dan mengembuskan perlahan. Kedua tangannya menggenggam stir. "Semoga perjalanannya lancar."Ponsel berdering. Gegas ia meraih benda pipih itu yang disimpan di dasbor.Bibirnya menyunggingkan senyum saat melihat nama yang tampak di layar. "Halo, Sayang, ada apa?""Sudah mau berangkat?""Iya, ini tinggal jalan.""Hati-hati di jalan. Kalau sudah sampe, kasih kabar.""Siap, Tuan Putri.""Satu lagi, emm ...,""Apa?""Di sana, Kakak harus jaga mata, jaga hati."Darren kembali meyakinkan bahwa cintanya hanya untuk Thalita setelah Rossi.Percakapan usai. Saatnya Darren
Baca selengkapnya

Masuk Penjara

Tiga hari setelah kejadian, Sadewo meminta Darren serta Bagas untuk kembali ke Jakarta. Pagi itu Sadewo mengadakan rapat dengan semua pemilik saham, kontraktor, serta pihak berwajib yang menangani penyelidikan, pun dengan Darren dan Bagas turut hadir. Sadewo membahas perihal penyebab robohnya bangunan. "Hasil penyelidikan pihak berwajib adalah adanya kegagalan konstruksi," imbuh Sadewo. "Saya tidak mengerti kenapa ini bisa terjadi. Kita sudah menjalin kerjasama bukan satu atau dua tahun. Tapi, puluhan tahun. Kenapa pengerjaan hotel ini tidak sesuai dengan spesifikasi sebagimana disepakati dalam kontrak kerja?"lanjutnya kepada kepala kontraktor."Maaf, Tuan. Kami bekerja selalu memegang teguh pada prinsip. Anda tahu sendiri dimana pekerjaan kami dibatasi oleh waktu penyelesaian, biaya, dan hal-hal yang harus diselesaikan sesuai kontrak."Sang kepala kontraktor terus menjelaskan perihal isi dari surat kontrak. Dimana awal biaya yang digelontorkan oleh PT. Aji Jaya Grup sebesar serat
Baca selengkapnya

Pernikahan Thalita dan Bagas

Satu minggu telah berlalu. Setelah Sadewo menjebloskan Darren ke dalam penjara, justru tidak membuatnya tenang. Hampir setiap malam ia tidur dalam gelisah. Tidak hanya Darren yang masuk bui, tetapi beberapa orang dari pihak kontraktor pun berstatus tersangka karena dianggap lalai. "Papi kenapa, sih? Mami perhatiin seperti ada beban. Seperti ada masalah. Coba cerita sama Mami," kata Olivia.Wanita paruh baya itu beranjak untuk mengambil minuman dingin di kulkas yang ada di kamar. Sadewo bangun dan duduk bersandar. "Entahlah, aku merasa bersalah kepada Darren."Olivia terbelalak. "Sejak kapan Papi peduli dengan nasib orang yang memang bermasalah?""Sejak aku bertemu dengannya. Kau tau ... dia mirip sekali denganku. Kata orang lain pun begitu. Bahkan ada yang bilang dia lebih pantas menjadi putraku daripada Bagas."Uhuk! Olivia tersedak. Dalam hatinya bermonolog, "Apakah dia putra dari ... ah, tidak mungkin!? ""Ck! Hati-hati kalau minum."Sadewo mengembuskan napas kasar, lalu berkata
Baca selengkapnya

Bukan Malam Pertama Impian

Sadewo dan Olivia menyambut menantunya dengan suka cita. Pesta kecil mereka persembahkan. Sadewo berjanji akan mengadakan pesta yang mewah jika masalah proyek selesai. Kini, dua keluarga tengah menikmati jamuan makan malam. "Kalian akan tinggal di sini, kan?" tanya Sadewo. "Tidak, Pi. Kami akan tinggal di rumah yang dulu Papi kasih," jawab Bagas. "Gak pa-pa, kan?" lanjut Bagas bertanya kepada Thalita. "Tidak masalah," jawab Thalita malas. Bagas meminta Helena untuk tinggal bersamanya. Selain jarak yang dekat ke kampus, pun bisa menemani Thalita di rumah. Helena menyanggupi, begitu juga dengan Thalita yang tidak merasa keberatan. "Tapi, aku ke sana sekitar dua minggu lagi, ya?" kata Helena. "Oke, tidak masalah."Sedari tadi Angelina tidak mengeluarkan sepatah kata. Ia hanya mengangguk dan tersenyum menanggapi. "Sudah larut, lebih baik kita pulang," ujarnya kepada Abimanyu. "Lita ikut!" seru Thalita. "Loh, kamu, kan, baru saja menikah. Ini rumahmu," kata Abimanyu. Thalita men
Baca selengkapnya

Tinggal Kenangan

Jarum jam masih menunjuk pada angka lima. Bagas sudah terbangun. Gegas ia membersihkan diri. Di bawah kucuran shower, Bagas tersenyum puas mengingat kejadian semalam. Entah mengapa, ia merasa puas jika menyiksa Thalita terlebih dahulu. Dirinya merasakan sensasi lain. Tiga puluh menit berselang, ritual mandi selesai.Bagas membuka lemari miliknya. Sedikit tercengang, karena beberapa pakaian Marisa masih berada di sana. Gegas tangannya meraih dan membawanya ke luar. "Bi, tolong buang pakaian ini! titah Bagas kepada Inah --asisten rumah tangga. "Baik, Tuan." Inah pun berlalu. "Tunggu!" cegah Bagas, membuat Inah kembali menghadap. "Di kamar ada istri saya. Tolong layani dia dengan baik. Dan yang terpenting adalah jangan biarkan dia ke luar rumah!"Mendengar kata istri membuat Inah bengong. Bagas mengerti dengan sikap Inah. Pun Bagas mengatakan jika nanti akan ada paket yang ditujukan untuknya. "Berikan kepada istri saya!""Iya, siap, Tuan."Bagas pergi meninggalkan rumah. Tepat pu
Baca selengkapnya

Permainan Sang Penguasa

Helena dan Sadewo baru saja tiba di sebuah kafe. Mereka menempati ruang VIP. Dua cangkir minuman menemani obrolan mereka. "Cepat ceritakan!" desak Sadewo. "Tapi, Papi janji dulu. Jangan sampe bilang tau dari Lena, ya?""Iya, kamu tenang saja.""Jadi, gini, loh, Pi. Dari mulai kasus foto mesum di kantor sampai terjadinya kecelakaan proyek hotel, itu adalah ulah Kak Bagas," ungkap Helena. "Tidak mungkin! Lagipula, apa tujuannya?"Helena mengatakan, itu semua karena rasa benci Bagas kepada Darren. Darren yang memang sudah merebut Thalita, pun disebut ikut campur urusan pribadi Bagas. "Tapi, sebagai perempuan, Lena juga pasti akan melakukan hal yang sama dengan Thalita, Pi. Cari pacar baru."Sadewo bergeming. Inilah jawaban atas kegelisahannya. Ia memenjarakan orang yang tidak bersalah. "Papi ke kantor polisi dulu," kata Sadewo. "Loh, Pi, pesanannya gimana?!"Sadewo tidak memedulikan teriakan Helena. Pria paruh baya yang masih terlihat gagah itu bergegas menuju parkiran. ***Tiba d
Baca selengkapnya

Pertemuan Darren Dengan Thalita

Tiga bulan sudah berlalu.Hari demi hari Darren lalui dengan hampa. Janji Sadewo waktu lalu ternyata tidak terjadi. Padahal, ia sungguh berharap karena teringat akan Rossi. Jangan tanyakan urusan cinta, karena Darren sulit melupakan Thalita. Apalagi, hampir setiap malam ia memimpikan Thalita yang seakan-akan meminta pertolongannya. Untung saja kesibukan di lapas membuat Darren melupakan sejenak masalah yang tengah ia hadapi. "Darren, ada tamu untukmu!"Darren menghela napas, kemudian ke luar dari sel. Mata Darren membulat sempurna melihat siapa yang berkunjung. "Tha-Thalita," sapanya. Thalita berdiri menyambut kedatangan Darren. Matanya berkaca, lalu berkata, "Kakak apa kabar?""Baik," sahut Darren. Keduanya duduk saling berhadapan. Pandangan mereka tidak lepas satu sama lain. Ada rasa rindu yang tidak dapat dibantahkan. Thalita memalingkan muka. "Maafkan aku, Kak," ucap Thalita, dengan bulir bening yang berhasil menetes. Darren tersenyum. "Tidak ada yang salah. Kenapa harus me
Baca selengkapnya

Sandiwara Cinta, Dimulai!

Pagi pun tiba. Sinar mentari hangat mampu menusuk kulit Darren yang saat itu sedang membersihkan rumput. Matanya merasakan perih karena semalam tidak tidur. Pun sakit di tangan mulai ia rasakan. Plak! Tepukan di pundak membuat Darren menoleh. "Istirahat saja. Ini biar Kakek yang bereskan."Darren tersenyum tipis. "Kakek saja yang istirahat. "Kau meragukan tenagaku, Anak Muda?!"Keduanya saling melempar senyum dan membersihkan rumput bersama. Di tengah kegiatan, Darren bercerita perihal dirinya meninju tembok. "Aku berharap orang kaya itu menepati janjinya, Kek," kata Darren. "Berdo'a saja. Kalaupun bukan orang kaya itu, siapa tau Tuhan menggerakkan hati orang lain untuk membantumu. Tidak ada yang tidak mungkin."Darren merasa tenang setelah mendengar ucapan sang kakek. Setelah kegiatan selesai, semua narapidana kembali ke sel untuk beristirahat sejenak sebelum mengikuti bimbingan selanjutnya. "Darren, kau dibebaskan!" seru seorang sipir sambil membuka kunci gembok. Darren, kak
Baca selengkapnya

Ancaman Rossi

Tiba di gang menuju kosan, Darren turun terlebih dahulu sedangkan Helena memarkirkan mobilnya di PT. Aji Jaya grup. Setelah lima belas menit Darren menunggu, Helena datang. Keduanya menapaki gang sempit di bawah terik matahari.Helena meraih kedua tangan Darren. "Gini, dong, Sayang. Aku, kan, kepanasan," kata Helena manja, sambil meletakkan tangan Darren di atas kepalanya. "Astaga!" gumam Darren. Mau tidak mau, Darren menuruti keinginan Helena. Tiba di kosan, Darren dan Helena disuguhi dengan tebalnya debu yang menempel di kursi bahkan lantai. "Uhuk! Uhuk!" Helena terbatuk. "Ya, ampun. Kita bersihkan sama-sama. Gimana?" tawar Helena. Tentu saja Darren tidak menolak ajakan itu. Keduanya membagi tugas dimana Helena menyapu dan Darren mengepel. Namun, ada sesuatu hal yang tidak Darren sukai, yakni Helena melepas foto Thalita yang terbingkai cantik di dinding. "Ingat! Sekarang aku pacarmu!" Helena membuang foto Thalita ke dalam tempat sampah. Darren hanya mengangguk dan lagi-la
Baca selengkapnya

Modus - Modal Dusta Darren

Sudah satu minggu Darren berdiam diri di kosan. Rasa bosan dan kesal berhasil menyelimuti. Ingin mencari pekerjaan, tetapi harus yang berhubungan dengan Thalita, pikirnya. Tok tok tok! "Sayang, kau ada di dalam?!" "Astaga! Wanita itu tidak juga menyerah," ucap Darren, saat tahu siapa yang datang. Ya, dialah Helena. Itu adalah hari ke tujuh Helena mencari Darren. Darren yang memang sengaja tidak ingin diganggu sama sekali tidak membukakan pintu untuk wanita itu. Darren bermonolog, "Apa aku meminta pekerjaan saja kepadanya, ya? Tapi, apa?" Helena mengetuk kaca jendela, lalu berteriak, "Sayaaang!"Darren tersenyum licik. Terbersit dalam otaknya tentang apa yang akan ia lakukan. Berdiri di depan cermin, mengacak rambutnya sedikit, memasang wajah memelas dan lekas membuka pintu. "Say-"Helena tidak melanjutkan ucapannya ketika melihat mimik Darren. "Astaga, Sayang. Kau sakit?" tanya Helena panik sambil mengecek suhu tubuh Darren dengan menempelkan punggung tangannya pada kening si
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status