Beranda / Romansa / Aku Jadikan Kau Ratu / Penyesalan Abimanyu

Share

Penyesalan Abimanyu

Penulis: Suci Komala
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tiba di rumah, Thalita dipapah menuju kamarnya.

"Di mana yang sakit sayang?" tanya Angelina.

Menggeleng. Itulah jawaban Thalita.

"Ya, sudah, kamu istirahat dulu saja, ya. Mama temani tidur di sini nanti."

Lagi, Thalita hanya mengangguk, lalu merebahkan diri di kasur bergulung selimut tebal kesayangannya.

Angelina meninggalkan kamar putrinya. Ia hendak ke kamarnya untuk mengganti pakaian.

"Bagaimana Thalita?" tanya Abimanyu.

Angelina diam seribu bahasa.

Abimanyu tidak menyerah. Ia mengikuti ke mana istrinya pergi.

"Mama masih marah?"

Angelina lagi-lagi diam. Ia mempercepat kegiatannya mulai berganti pakaian, kemudian menghapus make-up.

"Aku bicara denganmu, Angelina!"

Angelina menatap tajam suaminya, lalu berkata, "Masih mau memaksakan kehendakmu? Masih mau tidak menghargai pendapat istri? Masih mau mempertahankan harta dibanding darah dagingmu sendiri? Kamu itu egois!"

Abimanyu terdiam.

"Sudah aku katakan kemarin, bukan? Lebih baik tidak mempunyai suami sepertimu!"

Angelina p
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Penangkapan Bagas

    Keesokan harinya, Abimanyu melaporkan Bagas ke kantor polisi. Ia akan menggunakan bukti visum untuk memperkuat. "Baik, saya akan memerintahkan tim penyidik untuk meminta pihak rumah sakit melakukan visum terhadap putri Anda.""Terima kasih, Pak," ucap Abimanyu. Ia pun menjelaskan keadaan Thalita semalam dan mengatakan bahwa posisi Thalita sudah berada di rumah sakit karena kondisinya itu. "Oh, di rumah sakit mana?" tanya polisi. Abimanyu mengatakan jika Thalita masuk di salah satu rumah sakit terbesar di ibu kota. "Baik. Tim kami akan secepatnya merapat."Abimanyu pamit undur diri. ***Di rumah sakit, Thalita memaksa untuk pulang karena menurutnya dirinya dalam keadaan baik-baik saja. "Tidak, Nak. Mama ingin kamu melewati serangkaian pemeriksaan," kata Angelina. "Tapi, Ma ...""Tidak ada tapi-tapian!"Thalita tidak bisa berbuat apa-apa. Dirinya pasrah mengikuti kehendak Angelina."Dulu, kamu bilang akan belajar mencintai Bagas. Apa sekarang cinta itu sudah datang kembali?" tan

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Gugatan Cerai

    Di kantor polisi, Sadewo serta Olivia mendampingi Bagas. Pun dengan pengacara Bagas. Status Bagas sudah menjadi tersangka. Dari hasil visum sudah jelas bisa disimpulkan. Kepada pihak berwajib, Bagas menjawab semua pertanyaan tanpa berkelit. Sungguh enggan baginya hidup di balik jeruji. Membayangkannya saja tidak mau. Orang tua Bagas meminta waktu untuk berbicara dengan putranya. "Astaga! Mami tidak peduli kamu gonta-ganti wanita. Tapi, melakukan kekerasan terhadap wanita, jelas Mami mengutuknya! Apa kamu tidak sadar, hah? Kamu punya adik perempuan. Bagaimana jika itu menimpa adikmu?"Bagas mengusap wajahnya kasar. "Ya, gak tau, Mi. Yang jelas ada kepuasan sendiri buat aku ketika Thalita merasa kesakitan."Sadewo menggeleng. "Sakit! Kau itu sakit, anak bodoh!""Tidak bisakah kau membuat bangga Papi, hah?! Kenapa sikapmu berbanding terbalik dengan Papi, Anak siapa kau sebenarnya?" lanjut Sadewo kesal. Olivia terkejut dengan ucapan Sadewo. Ia pun turut angkat bicara. "Papi ini ngomong

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Kepulangan Darren

    Sudah hampir dua bulan Darren berada di ruangan serba putih. Pagi itu, Darren sedang duduk bersandar pada ranjang pesakitan. Ya, satu minggu yang lalu, keajaiban Tuhan memberikan kesempatan kedua kepada pemuda itu. Dimana Darren bisa kembali bernapas untuk menjalani lika-liku hidup. "Sekarang, Ibu boleh bertanya?" tanya Rossi yang sedang mengupas buah apel. "Tanya saja, Bu," jawab Darren yang terdengar masih sedikit lemas."Apa kamu punya musuh?"Diam. Itu yang dilakukan oleh Darren. Matanya tidak berkedip seolah-olah menerawang dan mengingat. "Tidak ada. Tapi ...""Apa?""Mungkin kejadian ini adalah sebuah karma buat Ge."Rossi mengernyit. "Karma? Maksudnya?"Darren mengatakan jika dirinya sudah melanggar janji. Janji kepada Rossi bahwasannya ia tidak akan berhubungan lagi dengan keluarga Sadewo. "Astaga! Apa yang sudah kamu lakukan?"Darren menceritakan semuanya. Tidak ada satu hal pun yang ia tutupi. Rossi terduduk lemas. Dadanya terasa sesak. Sungguh ia kecewa kepada sang pu

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Pesta Sambutan

    Tidak ada sepatah kata yang ke luar dari mulut Darren selama di perjalanan. Akan tetapi, dalam pikiran tiada henti bergelut tentang hidup dan kisah cintanya."Semakin jauh jarak memisahkan kita, Thalita. Ah, tidak! Lupakan Thalita. Kamu berhak bahagia, Darren. Dia pun sudah bahagia dengan Bagas. Ya, semoga." Batin Darren. Di depan, tampak tugu selamat datang menuju sebuah desa di mana Rossi dan Darren tinggal menyambut.Darren mematikan air conditioner, lalu membuka kaca pintu. Embusan angin berhasil menyapu rambut dan wajahnya. Desa yang masih asri jauh dari hiruk-pikuk kendaraan maupun asap pabrik. Desa di mana Darren tinggal di sana sedari kecil. Lagi, batin Darren merangkai kata demi kata. "Di sini, di desa ini kisah sebenarnya yang akan kamu jalani, Darren!"Mobil terparkir tepat di halaman rumah bernuansa putih. Seketika lamunan Darren buyar. "Loh, kenapa parkir di rumah orang," imbuh Darren. "Ini rumah kita, Gerald!" kata Rossi penuh penekanan.Darren mengernyit, lalu perla

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Buka Cabang

    Sudah satu minggu Darren tinggal di desa. Dirinya sudah merasa jauh lebih baik. Ia tidak sabar untuk membangun toko kue. Semua konsep sudah ia tuangkan ke dalam kertas. "Bu, apa sedang menerima pesanan?" tanya Darren di sela sarapan. "Tidak. Memangnya kenapa?""Ge mau survei desa Arini itu, loh."Rossi menghentikan suapannya, lalu berkata, "Pastikan dulu kalo kondisimu itu baik-baik saja. Bulan depan saja setelah cek up.""Kelamaan, Bu. Lagipula Ge sudah merasa sehat.""Memang rencananya kapan mau survei?""Hari ini! Aku meminta Arini mengantar atau mungkin Ibu ikut juga?"Rossi terdiam. Ada baiknya juga Darren survei dalam waktu dekat. Lebih cepat pula putranya itu akrab dengan Arini. "Yakin kamu sehat, Nak?""Sangat yakin!"Melihat keyakinan Darren, Rossi mengizinkan Darren untuk survei hari itu. Darren meminta Rossi untuk menghubungi Arini agar segera bersiap. "Nanti, ketika Ge antar Ibu ke toko, kami langsung berangkat. Gak nunggu Arini bersiap dulu. Menghemat waktu," tutur Da

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Kejutan Dari Rossi

    Tanah sudah dibayar lunas. Nama kepemilikan pun sedang proses balik nama. Darren menyerahkan proyek pembangunan toko kepada ayah Arini, karena yang terpenting baginya adalah sesuai dengan konsep yang ia mau. "Jika uangnya kurang, Bapak hubungi saya saja," kata Darren. "Bapak rasa ini cukup, Den," ucap ayah Arini. "Bapak pastikan semua bahan bangunan menggunakan produk yang berkualitas.""Aden tenang saja. Saya akan mengawasi. Semoga hasilnya memuaskan.""Iya, semoga."Darren berencana jika pembangunan sudah sembilan puluh persen, ia akan membuka lowongan untuk warga sekitar. Konsep yang Darren usung diharapkan bisa menarik pembeli. Tidak hanya orang tua, tetapi kaula muda. Ya, Darren mengusung konsep toko berikut cafe. Dimana semua kalangan bisa menikmati aneka kue dengan harga terjangkau.Darren kembali ke desanya bersama Purwanto. ***Di toko, Rossi tengah disibukkan oleh pengunjung yang menurutnya keras kepala. "Sekali lagi saya mohon maaf, Pak. Selain karyawan saya yang terba

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Tamu Tak Diundang

    Tiga puluh hari sudah masa balik nama diproses. Tepat hari itu, kepemilikan tanah sudah sah menjadi milik Darren. Toko pun sudah sembilan puluh persen rampung. Banyaknya pekerja tentu saja membuat waktu pembangunan sesuai dengan target. Pencarian tenaga kerja sudah ayah Arini buka mulai dari pastry chef sampai tim keamanan. Hasil kesepakatan satu bulan yang lalu, dua hari lagi Darren dan Arini akan melangsungkan pertunangan. Darren mengesampingkan perasaannya. Cinta bisa tumbuh seiring dengan seringnya dua insan saling bertemu, saling bercengkerama, dan membiarkan hati satu sama lain menerima kehadiran masing-masing, bukan? Itu yang ada dalam pikiran Darren.Rossi yang sedari tadi mengintip di celah pintu yang memang tidak tertutup rapat, memerhatikan gerak-gerik Darren. Terdengar jelas olehnya embusan napas kasar yang ke luar dari mulut sang putra. Rossi mengendap masuk. "Ada apa, hem?" tanya Rossi sambil menepuk pundak Darren. Darren yang sedang berdiri menatap jendela pun mera

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Batalnya Pertunangan

    Arini memerhatikan Darren. Dirinya memastikan jika calon tunangannya itu benar-benar tidak peduli perihal Thalita. Pada kenyataannya, Darren lebih memilih membantu Abimanyu berdiri daripada meneruskan acara seperti yang Rossi mau. Pun dengan kedua orang tua Arini. Sedari awal mereka merasa ragu untuk menjadikan Darren sebagai menantunya. Mereka tahu jika Darren tidak memiliki kekasih. Akan tetapi, mereka tahu siapa Thalita karena Arini pernah bercerita. Sempat tersirat keraguan dalam hati ayah Arini mengenai perasaan Darren kepada putrinya. Namun, anak sematawayangnya itu meyakinkan bahwa Darren sudah melupakan Thalita. Melihat reaksi Darren tentang Thalita di depan mata, sudah menjawab keraguan itu. "Jangan seperti ini. Berdirilah, Tuan." Darren membantu Abimanyu berdiri serta memberikan saputangan. "Darren Gerald! Kembali berdiri di posisi semula!" titah Rossi. Darren tidak menggubris. Tergambar jelas raut cemas pada wajah pria itu. "Bisa ceritakan bagaimana kondisi Thalita saat

Bab terbaru

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Keluarga Seutuhnya

    Pagi itu matahari bersinar terik. Saatnya si bayi berjemur setelah mandi. Rossi dengan penuh kehati-hatian menggendong sang cucu sambil menimang agar bayi itu tenang. "Jangan biarkan matanya langsung terkena sinar matahari, ya, Nak," kata Rossi. "Iya, Bu. Nanti Lita beli kain penutup matanya, kok."Dirasa cukup, mereka membawa sang bayi ke kamar. Setelah selesai memakai baju dan disusui, bayi itu pun tertidur. Thalita yang tidak tega meninggalkan bayinya sendiri di kamar selama ia sarapan, akhirnya membawa ayunan rotan. "Pulas sekali tidurnya," ucap Darren sembari melihat bayinya. "Iya, kita berisik juga dia tidak merasa terganggu," kata Sadewo. "Enak mungkin. Udah anget, udah mimik pula," kata Thalita. Darren menarik kursi di samping Thalita. "Papanya juga kalo di kasih mimik tidurnya pulasss."Thalita menyikut lengan Darren. "Apa, sih, Yang?" Darren berlaga polos. Thalita tersenyum diiringi mata yang melotot. Rossi dan Sadewo hanya terkekeh-kekeh. "Bisa habis jatah susu Th

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Pelengkap Kebahagiaan

    Setiap harinya, dengan sabar dan telaten Thalita memompa ASI-nya. Setiap hari pula sang suami akan mengantarkan ASI itu ke rumah sakit. Hampir satu bulan mereka melakukan itu. Seperti pagi itu, Darren siap mengantarkan ASI untuk sang bayi. "Kakak, aku ikut!" teriak Thalita saat Darren baru saja membuka pintu mobil. "Sayang, tunggu saja di rumah," ucap Darren. Darren mengernyit melihat tas bayi yang dibawa oleh Thalita. "Apa itu?""Baju bayi'lah. Kan, hari ini putriku pulang."Darren tersenyum. "Kata siapa, hem?"Thalita menunjuk dadanya dan berkata, "Hati seorang Ibu mengatakan bahwa hari ini juga dia pulang."Tidak ingin merusak suasana hati sang istri, akhirnya Darren memperbolehkan Thalita ikut. Darren tidak memungkiri bahwasanya naluri seorang ibu itu selalu benar. Oleh karena itu Darren memutuskan untuk menggunakan jasa sopir dan mengganti mobil sport miliknya dengan mobil keluarga. Di perjalanan, tak hentinya Thalita mengukir senyum sambil memeluk Darren. "Seneng banget, si

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Thania Geraldine

    Suka dan duka Thalita lewati selama menjalani kehamilan. Pun dengan Darren. Pria itu dibuat pusing bukan kepalang saat memenuhi keinginan istrinya itu. Bagaimana tidak? Terkadang, pada malam hari Thalita meminta Darren untuk memanjat pohon mangga dan memetiknya tanpa sepengatahuan pemiliknya. Menurut Thalita itulah seninya dan menjadi kebanggaan ketika memakannya. Namun, tanpa sepengetahuan Thalita pula, pada siang harinya Darren bicara kepada sang pemilik bahkan membayarnya. Entah mau jadi apa anaknya nanti. Pencuri? Darren selalu membuang jauh-jauh pikiran itu. Belum lagi cerita di siang hari. Tepat matahari sedang terik-teriknya, Thalita meminta Darren ke luar kantor mengenakan mantel tebal. Ditambah harus membeli atau membuat makanan yang menurut Darren tidak masuk akal. Meskipun demikian, Darren tetap merasa bahagia dan tetap mengabulkan permintaan sang istri. Itu cerita Darren lima bulan lalu. Kini, usia kehamilan Thalita menginjak delapan bulan. Hanya saja, Thalita bersikeras

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Ngidam

    Darren duduk tepat di samping Thalita. Ia terlihat cemas. "Bagaimana, Dok?"Dokter itu tersenyum. "Selamat, istri Tuan sedang mengandung."Darren tersenyum. Matanya berkaca, kemudian kembali bertanya, "Benarkah?""Iya. Untuk memastikan berapa usia kandungannya, lebih baik segera lakukan USG."Darren menatap orang tuanya bergantian. "Sebentar lagi Ge jadi seorang ayah."Keduanya mengangguk sambil tersenyum. "Selamat, Nak," ucap Sadewo. Rossi mendekati sang putra. "Selamat, Sayang."Dokter itu pamit. Sadewo pun mengantar. Rossi duduk di tepi ranjang. Matanya tak lepas dari wajah sang menantu. Dulu, wajah itu yang ia benci. Dulu, wajah itu yang ingin Rossi singkirkan dari hadapan Darren. Ternyata Rossi salah, wajah cantik itu yang memberi kebahagiaan kepada putranya. Bukan tak beralasan. Dahulu, Rossi tidak ingin Darren bermasalah dengan keluarga kaya yang tak lain adalah Sadewo dan Abimanyu dan berujung mengenaskan seperti dirinya. Ternyata takdir berkata lain, wanita muda yang lema

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Pingsan

    Hari-hari Darren dan Thalita lalui selalu bersama. Keduanya kompak dalam melakukan segala hal. Di kantor mereka akan bersikap profesional sebagaimana atasan dan bawahan. Tidak terasa satu tahun sudah usia pernikahan Darren dan Thalita.Malam itu, mereka menikmati makan malam nan romantis di sebuah restoran untuk merayakan anniversary. Tukar kado pun terjadi antara mereka. Namun, ada sesuatu yang membuat Thalita murung. "Sayang, ada apa?""Ah, tidak ada apa-apa, Kak."Melihat bulir bening yang menetes membuat Darren dengan sigap berpindah duduk dan memeluk. "Sayang, ada apa? Jangan buat Kakak khawatir."Thalita menarik napasnya dalam. Ia mengatakan jika dirinya ingin segera hamil. Akan tetapi, setelah satu tahun pernikahan dirinya tak kunjung hamil. Padahal, segala obat medis dan tradisional sudah dicobanya. Hasil cek dokter pun menyatakan jika kandungan Thalita baik-baik saja. "Apa dokter itu berbohong?""Hey, Sayang, lihat Kakak." Darren membingkai wajah Thalita. "Sayang, kita h

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Sekretaris Pribadi

    Berkumpul bersama keluarga setelah beraktivitas mampu mengurangi rasa lelah. Berbagi cerita diselingi dengan canda dan tawa rupanya keluarga Sadewo dan keluarga lakukan malam itu. "Bagaimana hasil cek ke dokter?" tanya Rossi. Darren melihat ke arah Thalita. Diraihnya tangan sang istri, menciumnya, lalu menceritakan apa yang dokter anjurkan. "Ikuti saja saran dokter. Buat rileks. Ingat, jangan banyak pikiran karena itu akan mengganggu kesehatan. Kalian nikmati saja waktu berdua," ujar Rossi. "Iya, nikmati saja dulu," timpal Sadewo. "Iya, Yah, Bu. Lita akan turuti semua saran dokter," kata Thalita. Pun Thalita mengutarakan tentang keinginannya untuk menjadi sekretaris Darren. "Ya, bagus itu," kata Sadewo. Rossi mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kalau itu mau Nak Lita, Ibu, sih, tidak keberatan. Bagus malah. Ibu justru akan khawatir kalau sekretaris Ge itu wanita lain."Mendapat dukungan dari mertua membuat Thalita merasa menang. Wanita itu menatap suaminya sambil menaikturunkan al

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Program Hamil

    Pesta mewah itu telah usai. Pesta yang tak hanya memberi kebahagiaan untuk Darren dan Thalita saja, melainkan semua tamu undangan. Rasa kantuk dan lelah sudah pasti menyergap pasangan itu. Bagaimana tidak? Pesta itu berlangsung hingga malam hari. "Tidur, Sayang," kata Darren. Thalita tersenyum. "Aku memang lelah dan ngantuk. Tapi, semua rasa itu kalah dengan rasa bahagia yang aku rasakan saat ini, Kak. Mata ini seolah-olah menolak untuk terpejam. Aku tidak sedang bermimpi, kan?"Darren tersenyum penuh arti. "Coba pejamkan matamu."Thalita menuruti perintah Darren tanpa menaruh curiga. Bibir Darren membekap bibir Thalita, bahkan gigitan kecil pria itu berikan membuat Thalita membuka mulutnya. Tidak membuang kesempatan, dengan leluasa lidah Darren menyusuri setiap rongga mulut Thalita. Ciuman itu kian rakus saat tangan Darren memegang bagian dada Thalita. Darren melepaskan ciuman yang menyisakan napas Thalita yang memburu dan bibir yang basah. "Tidak mimpi, kan?" tanya Darren. Th

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Pesta Kejutan Untuk Darren & Thalita

    Muach ... muach ... muach!"Kecupan bertubi-tubi Darren sematkan di bibir Thalita. "Sayang, bangun!""Heemm ...." Thalita merubah posisi tidurnya tanpa membuka mata. Darren tersenyum sambil membetulkan selimut yang membungkus tubuh istrinya itu. Belaian penuh kasih sayang pun Darren usapkan pada pucuk kepala."Maaf, kamu pasti lelah," gumam Darren. Bagaimana tidak? Permainan yang katanya malam pertama itu berakhir pada dini hari. Darren memutuskan untuk membersihkan diri. Setelah ritual mandi selesai, rupanya Thalita belum juga bangun. Pria itu tidak mempermasalahkan.Setelah berpakaian rapi, Darren pergi ke dapur."Bi, tolong siapkan saja sarapan untuk istriku. Dia tidak masak pagi ini.""Baiklah, Tuan. Saya lebih senang seperti ini. Menyiapkan sarapan untuk majikan, daripada hanya melihat. Malu, Tuan."Darren tersenyum. "Anggap itu bonus untuk Bibi. Pekerjaan Bibi berkurang, walaupun sedikit. Oh, ya, untuk saya tolong siapin sandwich saja."Darren kembali ke kamar dan sang ART pu

  • Aku Jadikan Kau Ratu   Rossi - Luluh

    Kamar bernuansa putih, selang infus dan oksigen menjadi pemandangan Rossi malam itu. Terlebih lagi suara dari mesin pendeteksi jantung membuat suasana bertambah tegang. Ya, tepat di hadapannya Sadewo terbaring tak sadarkan diri. Ia mengalami kecelakaan tunggal. Wanita paruh baya itu hanya mampu menatap wajah Sadewo yang pucat, tetapi masih tampak tampan, menurutnya. Tidak terasa air mata pun menetes. "Sadarlah, Mas. Aku Mohon ...." Rossi berucap tanpa ia sadari. Semula, Rossi akan menghubungi Darren. Akan tetapi, ia urungkan karena tidak mau mengganggu kebahagiaan sang putra. Sudah tiga jam, Sadewo tak kunjung sadar. Ada rasa sakit dalam hati Rossi melihat kemalangan yang menimpa mantan suaminya itu. Malam kian larut. Rasa kantuk menyergap. Rossi memutuskan untuk tidur sembari duduk di kursi dekat dengan Sadewo.Usapan di kepala membuat Rossi perlahan membuka mata. "Mas, Mas sudah sadar?!" serunya sambil menggenggam tangan Sadewo. Sadewo tersenyum. "Terima kasih telah sudi berad

DMCA.com Protection Status