All Chapters of Legenda Raja Pendekar: Chapter 151 - Chapter 160

463 Chapters

JILID 151 | Reuni murid Partai Naga Emas

Mereka benar-benar murid Partai Naga Emas. Empat di antaranya adalah murid Wang Xun, murid tertua Sun Zuolin yang mati di medan perang Luoyang. Tiga orang murid Shao Liuyen, murid kedua Sun Zuolin yang gugur di Partai Naga Emas. Dua orang murid Jiu Biao, murid ketiga Sun Zuolin yang mati di Luoyang. Murid keempat Sun Zuolin yang gugur di Luoyang.Tiga murid Sun Zuolin lainnya, Yun Ching, Zsu Tsu dan Jen Ting tidak punya murid karena waktu itu masih terlalu muda. Dua murid Jiu Biao memeluk hangat Jiu Long. Keduanya sudah berusia lebih dari empatpuluhan dengan perawakan sedang. Yang bercambang lebat, orangnya agak hitam, Gan Ning. Yang seorang lagi, rambutnya jarang, bernama Gan Nung. Keduanya gembira bahwa putra guru mereka, sudah berangkat dewasa dengan ilmu yang begitu menakjubkan. Jiu Long pun sangat senang menjumpai Gan Ning dan Gan Nung yang bagaikan keluarga mendiang orangtuanya.Ia memaksa Gan Ning dan Gan Nung bercerita perihal orangtu
Read more

JILID 153 | Mencari Ketua Baru

"Sudah suratan Dewa, malam ini kita bertemu di sini. Setelah Kakak Wei Hu dan ketua Sun Zuolin meninggal, kini tinggal aku dan Kakak Liu Xing sebagai yang paling tua di Partai Naga Emas. Muridku cuma seorang yaitu Jiu Long. Kakak pun cuma punya satu murid, yakni Im ji hye. Ada dua murid kak Wei Hu yang masih hidup, Siaochan dan Diaochan. Sedang murid kak Sun Zuolin yang masih hidup, hanya Yun Ching dan Jen Ting. Kalian perlu tahu, Yun Ching itu murid pengkhianat, dia seorang penyusup yang puluhan tahun tidak kita ketahui, malam itu dialah yang meracuni air minum kita dengan racun pelemas tulang, itu sebab kita tak berdaya ketika diserbu pasukan Kaisar Giok Barat dan para begundalnya.""Kalau tak diracun pelemas tulang itu Kakak Sun Zuolin dan Wei Hu sulit dikalahkan. Jelas kini bahwa Yun Ching bukan lagi orang Partai Naga Emas. Nama aslinya, Jaranan, dia adalah keturunan ketua partai Naga Hitam dan kini ia ketua partai itu. Ilmunya tinggi, karenanya kalian jangan coba membent
Read more

JILID 154 | ketua Partai Naga Emas yang ketujuh

"Tapi paman, Partai Naga Emas sekarang ini sangat butuh seorang ketua. Kita harus bisa memanfaatkan pertemuan ini yang jarang bisa terselenggara. Ini jelas restu Dewa semata. Bagaimana kalau saat ini kita manfaatkan untuk memilih seorang ketua?" Yu Jin dan Liu Xing saling pandang kemudian menyetujuinya "Kami berdua sudah tua, kami hanya mengarahkan pemilihan ini agar berlaku adil dan bebas tanpa tekanan seseorang. Biarlah waktu saja yang menentukan!"Terdengar kasak-kusuk. Orang membicarakan figur ketua. Tapi tak ada yang lebih cocok dari Jiu Long. Kehebatan ilmunya sudah terbukti. Apalagi ia sudah menguasai Inti Naga Emas Pamungkas pusaka perguruan yang paling tinggi. Sebagai putra dua pendekar Partai Naga Emas tak perlu diragukan, apalagi ia dibesarkan bahkan menjadi murid tunggal Yu Jin.Keberanian Jiu Long pun sukar dicari duanya, seperti saat ia menantang Zhang Ma. Pekertinya patut jadi teladan, ia tidak sombong meski berilmu tinggi. Lima sya
Read more

JILID 155 | Namaku Hwang Mi Hee

Gadis itu terkejut mendengar sapaan ketuanya. Ia gugup dan tak berani menengadah memandang wajah tampan sang ketua. "Aku, namaku Hwang Mi Hee."Yu Jin tertawa. "Ketua menanyakan siapa kamu, murid siapa?"Saat itulah, Diaochan mendekat. "Dia cucu Kakak Wang Xun, sejak kecil dia tinggal bersama suami isteri Satrung, murid Shao Liuyen. Hei, Mi Hee, beri hormat pada ketua."Di tenda juga berkumpul murid angkatan dua, seperti Lan Yan putri Shao Liuyen, Jen Ting dan Satrung murid pertama dan kedua Shao Liuyen, kemudian Raka chuang dan Marxiang murid Wang Xun. Mereka adalah murid-murid yang kebetulan keracunan sehingga dipaksa Sun Zuolin untuk meninggalkan perguruan. Jiu Long memerhatikan gerakan bokong Hwang Mi Hee ketika gadis itu beringsut mundur kemudian melangkah menjauh keluar tenda. "Gadis itu tak hanya cantik juga montok dan subur," kata Jiu Long dalam hati.Mendadak saja ia teringat Jen Ting dan Gwangsin. Ia ingat Gwangsin sedang pulang ke tenda nenekny
Read more

JILID 156 | Masalalu Jen Ting

Dan sejak itu Jen Ting hanya tahu ia adalah murid Sun Zuolin dari Partai Naga Emas. Jen Ting tak pernah tahu siapa orangtuanya, dimana ia di lahirkan. Suatu waktu ia bertanya kepada Tian Shan, "Kakak kamu kan kakak-ku, tentu kamu tahu siapa orangtua kita, ayo ceritakan padaku." Tian Shan tidak menjawab, hanya mengatakan, "Belum saatnya kamu tahu!"Kini sudah saatnya, begitu pikir Jen Ting. Namun ia tetap bingung dihadapkan pada cerita baru, cerita yang sebenarnya, tentang orangtuanya. Ia hampir tidak percaya, bahwa ia masih berdarah istana. Ayahnya adalah Xang Xi Ming yang terkenal. Tetapi apa hebatnya, toh tak ada perubahan dalam dirinya. Ia masih saja Jen Ting yang kemarin. "Siapa ibuku, Kakak, oh, aku harus memanggilmu apa?""Apa artinya panggilan, panggil aku sesuka hatimu. Jen Ting, ayahmu adalah sahabatku. Kami bersahabat sejak masih muda. Kamu masih ingat ketika aku dan seorang pendekar datang menjemputmu, kakekmu tampak akrab dengannya tetapi mereka tak mau mem
Read more

JILID 157 | Rahasia Jen Ting

Hari itu Xang Xi Ming ngamuk, hampir seluruh perampok itu tewas ditebas pedang hitamnya yang tajam luar biasa. Perampok yang masih hidup lari serabutan ke hutan. Ia mendengar suara tangis di mana mana. Banyak perempuan menangisi suaminya yang luka sebagian bahkan tewas.Mendadak seorang perempuan tua berlumuran darah menghampiri Xang Xi Ming . "Tuan pendekar, kamu tolong putriku, ia dibawa lari penjahat, ke arah sana."Tidak ayal lagi, Xang Xi Ming berkelebat mengejar ke arah hutan yang ditunjuk perempuan tua itu. Tak berapa lama ia mendengar jeritan perempuan. Ia belum terlambat. Setelah menghajar penjahat itu sampai tewas, ia menghampiri perempuan. Ia terpesona melihat kecantikan gadis itu yang hampir telanjang lantaran pakaiannya sudah dicabik-cabik si penjahat. Xang Xi Ming membuka sarung yang melingkar di pinggangnya, kemudian menutupi tubuh gadis itu. Dua pasang mata saling menatap.Pendekar penolong jatuh cinta pada gadis yang ditolong. Si gadis jatuh cin
Read more

JILID 158 | Ilmu Warisan Nagamurkha

Jen Ting terpesona akan cerita itu. Ia menangis. Tapi ia tak tahu kenapa ia menangis. Ia tak pernah mengenal siapa orangtuanya."Jen Ting, ada titipan penting dari ayahmu untukmu. Ia menitipkan ilmu Nagamurkha ciptaannya sendiri. Ia meramu jurus hebat itu dan seluruh pendalamannya atas semua jurus silat yang ia pelajari selama pengembaraan. Kini hanya kamu pemilik tunggal ilmu dahsyat itu, bersiaplah aku akan mengajarimu"Pada saat itu Jiu Long pamit diri. Dalam adat istiadat kependekaran, tabu bagi Jiu Long ikut mendengar latihan ilmu Nagamurkha."Ayahmu mengajarkannya kepadaku setelah aku membawamu ke Partai Naga Emas. Ia memaksaku berjanji.""Apa janjimu, Kakak?"Tian Shan tersenyum "Iya, kau mau tahu apa janjiku? Aku tak boleh mati dalam perang, aku harus melindungimu sampai kau dewasa dan kawin kelak."Jen Ting berdiam diri. Tian Shan menghela nafas. Tak sanggup membendung kenangan lamanya, ia menceritakan juga tentang cintanya kepada Z
Read more

JILID 159 | Jago-jago Lihai

Matahari pagi masih malu-malu, embun dan kabut belum sepenuhnya pergi. Udara masih sangat dingin, tetapi di sekitar arena tarung tampak kesibukan orang. Murid Wuwei lalu lalang di sana sini, melayani semua tamu. Meskipun di hari kemarin sudah jatuh banyak korban, baik yang mati atau pun yang luka, tetapi tampaknya tamu tidak berkurang.Setelah pertarungan kemarin, hari kedua ini tidak banyak pendekar yang tersisa. Hanya penonton yang banyak. Semua orang tahu, pertarungan hari ini akan melibatkan para pendekar kelas wahid. Akan ada tontonan jurus-jurus dataran tengah yang paling hebat yang selama ini hanya didengar orang tetapi jarang terlihat.Saat pendeta Quan Bei mengucap kata-kata pembukaan dimulainya pertarungan, seorang lelaki melompat masuk arena. Lelaki itu sudah tua, seluruh rambut dan kumisnya putih. Usianya lebih separuh abad. Wajah lelaki itu ada bekas bacokan memanjang dari dahi sampai ke dagu. "Aku jauh-jauh datang dari Jiaozhi. Aku masih punya hutang piut
Read more

JILID 160 | Pertarungan Jago-jago Handal

Tahu-tahu sesosok bayangan melesat ke dalam arena. Gerakannya sulit diikuti mata. Mirip gerakan Tian Shan ketika masuk arena. Bedanya, ketika menginjak tanah Tian Shan masih membuat debu sedikit mengepul. Tetapi kaki orang tua itu sama sekali tidak mengusik debu.Bayangan yang baru masuk itu memandang Chuan Mei dan Grajazhi bergantian. Mendadak ketiganya tertawa keras. "He... he... tak terasa kita sudah sama-sama tua," kata orang itu.Chuan Mei memandang lelaki tua itu dengan mata berbinar. "Kemana kau sembunyi selama duapuluh tahun? Kau sengaja sembunyi dariku, Yue Jin! Aku tidak terima baik!"Kecuali Tian Shan, semua orang di situ terkejut. Ternyata orang tua itu, Yue Jin, yang terkenal dengan julukan pendekar Huangshan. Ditegur Chuan Mei, Yue Jin gugup. "Aku... ketagihan mancing... main dengan ombak. Oh... hebat, mancing di pulau terpencil? Kalian pasti suka di sana.""Hei, Yue Jin, begini saja. Kita bertarung, kalau kau menang kau ajak aku dan Chuan M
Read more

JILID 161 | Jago-jago Handal

Suatu ketika Grajazhi menampar dada Yue Jin. Tangan yang satu lagi mendorong ke arah pinggang. Pendekar Huangshan ini menangkis dengan jurus Penyu besar dari Big Bang. Dua tangan beradu keras. Yue Jin terlempar dua tongkat ke belakang. Tubuhnya melayang ringan kena dorongan tenaga lawan.Tapi, tubuh itu terhenti di udara, dan anehnya tanpa kakinya memijak tanah, Yue Jin melayang balik ke arah Grajazhi. Sungguh ilmu ringan tubuh yang tak mungkin bisa digelar manusia. Aneh tapi nyata ilmu Jejak Kilat yang tadi diperlihatkan Yue Jin itu tak pernah dilihat orang sebelumnya. Kontan saja Grajazhi berteriak marah, "Bangsat kau Yue Jin, kau menipuku, sampai mampus pun aku tak akan bisa menyamai kepandaianmu."Pada saat itu pendeta Quan Bei melesat masuk arena. "Yue Jin, kau harus ikut bertarung lawan orang-orang negeri Himalaya. Kau tak boleh lari bersembunyi lagi.""Aku tak mau...""Kau harus mau, Yue Jin. Ini menyangkut gengsi dat
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
47
DMCA.com Protection Status