Jen Ting terpesona akan cerita itu. Ia menangis. Tapi ia tak tahu kenapa ia menangis. Ia tak pernah mengenal siapa orangtuanya.
"Jen Ting, ada titipan penting dari ayahmu untukmu. Ia menitipkan ilmu Nagamurkha ciptaannya sendiri. Ia meramu jurus hebat itu dan seluruh pendalamannya atas semua jurus silat yang ia pelajari selama pengembaraan. Kini hanya kamu pemilik tunggal ilmu dahsyat itu, bersiaplah aku akan mengajarimu"
Pada saat itu Jiu Long pamit diri. Dalam adat istiadat kependekaran, tabu bagi Jiu Long ikut mendengar latihan ilmu Nagamurkha.
"Ayahmu mengajarkannya kepadaku setelah aku membawamu ke Partai Naga Emas. Ia memaksaku berjanji."
"Apa janjimu, Kakak?"
Tian Shan tersenyum "Iya, kau mau tahu apa janjiku? Aku tak boleh mati dalam perang, aku harus melindungimu sampai kau dewasa dan kawin kelak."
Jen Ting berdiam diri. Tian Shan menghela nafas. Tak sanggup membendung kenangan lamanya, ia menceritakan juga tentang cintanya kepada Z
Matahari pagi masih malu-malu, embun dan kabut belum sepenuhnya pergi. Udara masih sangat dingin, tetapi di sekitar arena tarung tampak kesibukan orang. Murid Wuwei lalu lalang di sana sini, melayani semua tamu. Meskipun di hari kemarin sudah jatuh banyak korban, baik yang mati atau pun yang luka, tetapi tampaknya tamu tidak berkurang.Setelah pertarungan kemarin, hari kedua ini tidak banyak pendekar yang tersisa. Hanya penonton yang banyak. Semua orang tahu, pertarungan hari ini akan melibatkan para pendekar kelas wahid. Akan ada tontonan jurus-jurus dataran tengah yang paling hebat yang selama ini hanya didengar orang tetapi jarang terlihat.Saat pendeta Quan Bei mengucap kata-kata pembukaan dimulainya pertarungan, seorang lelaki melompat masuk arena. Lelaki itu sudah tua, seluruh rambut dan kumisnya putih. Usianya lebih separuh abad. Wajah lelaki itu ada bekas bacokan memanjang dari dahi sampai ke dagu. "Aku jauh-jauh datang dari Jiaozhi. Aku masih punya hutang piut
Tahu-tahu sesosok bayangan melesat ke dalam arena. Gerakannya sulit diikuti mata. Mirip gerakan Tian Shan ketika masuk arena. Bedanya, ketika menginjak tanah Tian Shan masih membuat debu sedikit mengepul. Tetapi kaki orang tua itu sama sekali tidak mengusik debu.Bayangan yang baru masuk itu memandang Chuan Mei dan Grajazhi bergantian. Mendadak ketiganya tertawa keras. "He... he... tak terasa kita sudah sama-sama tua," kata orang itu.Chuan Mei memandang lelaki tua itu dengan mata berbinar. "Kemana kau sembunyi selama duapuluh tahun? Kau sengaja sembunyi dariku, Yue Jin! Aku tidak terima baik!"Kecuali Tian Shan, semua orang di situ terkejut. Ternyata orang tua itu, Yue Jin, yang terkenal dengan julukan pendekar Huangshan. Ditegur Chuan Mei, Yue Jin gugup. "Aku... ketagihan mancing... main dengan ombak. Oh... hebat, mancing di pulau terpencil? Kalian pasti suka di sana.""Hei, Yue Jin, begini saja. Kita bertarung, kalau kau menang kau ajak aku dan Chuan M
Suatu ketika Grajazhi menampar dada Yue Jin. Tangan yang satu lagi mendorong ke arah pinggang. Pendekar Huangshan ini menangkis dengan jurus Penyu besar dari Big Bang. Dua tangan beradu keras. Yue Jin terlempar dua tongkat ke belakang. Tubuhnya melayang ringan kena dorongan tenaga lawan.Tapi, tubuh itu terhenti di udara, dan anehnya tanpa kakinya memijak tanah, Yue Jin melayang balik ke arah Grajazhi. Sungguh ilmu ringan tubuh yang tak mungkin bisa digelar manusia. Aneh tapi nyata ilmu Jejak Kilat yang tadi diperlihatkan Yue Jin itu tak pernah dilihat orang sebelumnya.Kontan saja Grajazhi berteriak marah, "Bangsat kau Yue Jin, kau menipuku, sampai mampus pun aku tak akan bisa menyamai kepandaianmu."Pada saat itu pendeta Quan Bei melesat masuk arena. "Yue Jin, kau harus ikut bertarung lawan orang-orang negeri Himalaya. Kau tak boleh lari bersembunyi lagi.""Aku tak mau...""Kau harus mau, Yue Jin. Ini menyangkut gengsi dat
Tak ada orang bersuara. Sunyi senyap. Quan Bei kembali mengulang tantangannya. Sesosok bayangan melesat masuk arena. Dialah Liang Zhipu, tokoh sakti yang misterius yang menyertai rombongan Yuan Shu. "Pendeta berbudi luhur, semua orang tahu kehebatanmu. Tapi belum ada yang melihat secara langsung caramu bertarung. Mereka ingin melihat kehebatanmu, tapi tak ada yang berani mencoba. Biar aku, Liang Zhipu, yang menjadi mitra tandingmu, maafkan aku dan tolong berlaku murah padaku!""Kau terlalu merendah, Liang Zhipu. Aku sudah lama mengagumimu!"Dua pendekar ternama langsung saling gebrak membuat semua orang meleletkan lidah. Quan Bei tanpa segan-segan memainkan ilmu Brahmana Suci yang terdiri 21 jurus. Ilmu Wuwei ini mengambil panutan pada sifat Guntur dan Badai. Itu sebabnya terkadang pukulan Quan Bei berbunyi bagai suara guntur dan badai. Tenaga besar dan bunyi yang mengguntur membuat gebrak Quan Bei ini sangat berwibawa.Liang Zhipu, tokoh misterius dari is
Tak seorang pun yang keluar menantang dua tokoh sakti itu. Ilmu dua orang itu sudah terbukti kehebatannya."Baik, kalau demikian, sudah tiga orang yang terpilih dari lima yang kita cari. Aku si pendeta Quan Bei, Liang Zhipu dan Pendekar Huangshan. Siapa yang tidak setuju atau keberatan silahkan angkat suara."Hening, tak ada suara. Kemudian terdengar suara tertawa bagaikan ringkik kuda, panjang, kering dan bergelombang.Begitu suara tawa itu berhenti, dari kemah sebelah timur melayang sesosok bayangan ke arena. Zhang Ma!"Pendeta Quan Bei, tiga orang pilihan itu kurasa tidak ada lagi yang menantang. Itu artinya semua orang setuju. Kini masih tersisa dua lowongan, aku mau satu. Kalau tak ada yang menantangku, berarti aku terpilih. Sebenarnya aku ingin tarung lawan pendekar Partai Naga Emas yang kemarin membunuh muridku dan menantang aku, mana dia, apakah masih berani maju menantang aku?"Suara Zhang Ma menggaung dan mengema ke empat penjuru, itu ilm
Setelah tadi secara tidak langsung memperoleh petunjuk pendekar Yue Jin, kini Jiu Long lebih mulus dalam menggelar Big Bang. Jurus handal dari gunung Huang ini kadang diselingi Naga Emas dengan kegesitan enam jurus gerak Jejak Kilat. Pertarungan berlangsung ketat dan sengit. Sampai seratus jurus, kedudukan masih imbang.Dalam hati Zhang Ma heran, empat bulan lalu ia menghajar Jiu Long hanya dengan sekali pukul. Bagaimana mungkin, sekarang anak muda ini bisa mengimbanginya sampai seratus jurus lebih. Tadinya ia menganggap kematian tiga muridnya sebagai keteledoran dan kesemberonoan muridnya. Tetapi kini ia tahu, memang kepandaian Jiu Long sudah tergolong kelas satu.Dalam ilmu ringan tubuh, Jiu Long lebih unggul. Tenaga dalam sama imbang. Zhang Ma unggul dalam pengalaman. Itu sebab pertarungan berlangsung imbang. Memasuki jurus seratus limapuluh Jiu Long sedikit demi sedikit mulai meningkatkan kadar tenaga dan kecepatan dalam tiap geraknya. Zhang Ma mu
Penonton menjerit. Jiu Long melempar diri empat langkah ke belakang. Ia muntah darah. Untung baginya tenaga Angin Es dan Api telah melapis dirinya sehingga pukulan tidak sampai telak dan merusak. Sedang Zhang Ma melihat pukulannya berhasil mengena lawan, kontan menyerbu dengan geram. Ia ingin membunuh dan melumat Jiu Long.Mengetahui kondisi kritis Jiu Long melejit dengan jurus melenyapkan diri dari Jejak Kilat. Zhang Ma memburu, Jiu Long melejit dengan Jejak Kilat. Jiu Long merasa dadanya masih sakit. Beberapa saat kemudian rasa sakit itu lenyap. Ia tahu tenaga Angin Es dan Api telah menyembuhkan lukanya,Jiu Long kembali bertarung rapat, kali ini ia mengeluarkan jurus Naga melayang di atas air dari ilmu Naga Emas Pamungkas. Jurus ini dilukiskan sebagai luapan rasa cinta sang naga kepada kekasihnya hingga menari-nari diatas air. Tanpa sadar Jiu Long memilih jurus ini karena melihat Zhang Ma berubah menjadi Jen Ting di hadap
Akhirnya Jiu Long pasrah. Sikap jiwa saat menggunakan Inti Pamungkas itu Jiu Long memilih sikap Naga melayang di atas air sebagai pernyataan cintanya, "Kalau pun mati tak apalah asal kau tahu betapa cintaku padamu". Dua tangan Jiu Long menyongsong pukulan lawan. Kakinya ditekuk ke bawah sehingga tendangan Zhang Ma yang mengarah ke selangkangan akan mendarat di perut.Zhang Ma melihat sepasang mata Jiu Long berbinar namun bergoyang. Ia yakin Jiu Long masih dalam pengaruh sihirnya.Tanpa belas kasihan Zhang Ma menyalurkan seluruh tenaganya kedua tangan. "Mampus kamu!" teriaknya.Saat berikut Zhang Ma mencelos, tenaganya seperti menerobos ke dalam sumur yang tak berdasar. Ia sangat terkejut, berniat hendak menarik kembali tenaganya, tetapi semua sudah terlambat. Tenaganya seperti ditarik dan disedot masuk dalam sumur. Kemudian dari tangan Jiu Long muncul keluar gelombang tenaga besar yang luar biasa dinginnya.Tenaga itu menerobos melalui tangan Zhang Ma dan
Perempuan itu tampak cantik luar biasa, mataya berbinar- binar dan mulutnya merah merekah. Jiu Long tiba-tiba saja bergairah, ia memberi isyarat pada isterinya. Mayleen menggeleng. "Tak lama lagi kamu sudah harus bertarung, mana sempat lagi. Jiu Long kamu harus bertarung sungguh-sungguh supaya ibu bisa menetap bersama kita, kamu harus menang.""Kamu membela siapa, ayahmu atau suamimu?""Aku membela kamu suamiku, sebab jika kamu menang, aku tidak perlu pulang ke Himalaya selama-lamanya dan ibu bisa menemani kita sampai aku dan Gwangsin melahirkan. Kamu tahu Jiu Long, terkadang aku takut memikirkan saat melahirkan nanti, pasti sakit. Aku akan bahagia jika ibu ada di sampingku. Makanya kamu harus menang."Tidak lama berselang senja pun tiba. Seluruh anggota keluarga hadir, nonton di tepian danau. Tak seorang pun ketinggalan, termasuk Gan Nung, Gan Ning dan keluarga serta murid Partai Naga Emas.Yudistira melangkah santai di atas permukaan danau. Kakinya mela
"Boleh saja. Tetapi ada syaratnya. Kamu harus bisa mengalahkan aku dalam pertarungan seru, bagaimana bagus kan syaratnya?"Jiu Long terkejut, apalagi Mayleen. Keduanya berdiri dan memandang dua orangtua itu. "Ayah, apakah aku tidak salah dengar?"Yudistira menjelaskan pertarungan tersebut merupakan bagian dari janjinya pada ayahnya, pendekar Himalaya, Takadagawe. Bagaimanapun juga janji itu harus disempurnakan."Kamu mewakili kakek gurumu, Sun Jian dan aku mewakili ayahku, Takadagawe. Kita tarung, jika kamu menang maka aku akan menetap di sini bersama istriku sampai Mayleen dan Gwangsin melahirkan. Jika aku menang, aku akan tentukan apa yang kumau dan kamu sekeluarga tak boleh ingkar. Aku pikir ini cukup adil.""Tidak bisa begitu, bagaimana mungkin aku harus tarung melawan ayah mertua sendiri, tidak mungkin.""Kamu tidak bisa menghindar, Jiu Long. Ini bagian dari hidup yang sudah kamu jalani, dan bagian dari hidupku juga. Kita bertarung hanya sebat
Mendadak saja muncul Yudistira dan Satyawati "Ada kejadian apa? Siapa dua gadis cantik ini?" tanya Satyawati sambil mengamati Hwang Mi Hee dan Jia Li. "Oh kalau kamu, aku pernah melihatmu di Putuo," sambil ia menunjuk Hwang Mi Hee.Jiu Long diam serba salah. Jia Li yang lugu dan berani, menjawab meski sedikit malu-malu, "Kami adalah selir kak Jiu Long."Satyawati terkejut, menutup mulutnya dengan tangan. Tetapi sebelum ibu dan ayahnya mengucap sepatah kata, Mayleen berkata dalam bahasa Himalaya. "Ayah, ibu, aku setuju suamiku mengambil selir. Aku dan Gwangsin berdua tidak mampu melayaninya. Ayah tahu hampir setiap malam bahkan siang juga, suamiku maunya bercinta. Lagipula Jiu Long, Gwangsin dan aku sudah memberitahu mereka, kami berdua adalah isteri sedang mereka berdua hanya selir atau pembantu. Apalagi sekarang aku dan Gwangsin sedang hamil, sudah tentu kami bagaikan permaisuri yang harus dilayani. Sekarang ibu dan ayah mengerti?"Satyawati mengiyakan. "Kamu c
Jiu Long berdiri dan menghampiri. Ia memberi hormat dengan menyentuh ujung kaki ayah mertuanya. Yudistira tertawa. Satyawati berdiri di sampingnya ikut tertawa. "Entah sudah berapa kali ia tertawa hari ini, perubahan yang luar biasa," gumam isterinya dalam hati.Sebelah tangan Yudistira memeluk Mayleen, tangan lainnya merangkul Jiu Long. Suara Mayleen terdengar riang, "Ayah, apakah suamiku sudah boleh Memanggil ayah mertua kepadamu?"Yudistira tertawa. "Jiu Long, pergilah memberi hormat pada ibu mertua dan kakak-kakak iparmu"Setelah memberi hormat dan menyalami keluarga isterinya, Jiu Long menghampiri isterinya. Mayleen melompat dan merangkul suaminya. "Aku bahagia sekarang, semua beres. Tak ada lagi ganjalan dalam hatiku, tak ada gundah, tak ada ketakutan, semua sudah selesai dan sesuai keinginanku." Suara Mayleen mesra. Kemudian dia lari menghambur memeluk Gwangsin. "Terimakasih kakak, kamu sudah banyak membantu aku."Keluarga besar itu berangkat kemba
Yudistira berkata dingin, "Kamu pintar bicara, apakah kamu sungguh-sungguh mau berkorban jiwa untuk isterimu?""Aku bersungguh-sungguh, aku tak akan melawan, seharusnya aku bunuh diri tetapi aku enggan melakukan perbuatan kaum pengecut. Aku bukan pengecut, aku laki-laki sejati. Inilah jalan yang kupilih, sebagai tanda cintaku kepada putrimu. Tetapi sebagai permohonan terakhir aku minta isteriku dibebaskan dari hukuman, sayangilah dia, cintailah dia." Jiu Long tersenyum pahit.Satyawati dan seluruh keluarga diam terpaku. Keringat dingin. Yudistira menoleh pada putrinya."Kamu mau bicara, bicaralah."Perempuan itu duduk bersanding suaminya, dia merangkul erat lengan suaminya. "Ayah, ibu dan kakak juga kakak ipar, aku ibarat Xionglue yang mencintai suaminya tanpa pamrih. Dalam hidup ini hanya satu kali aku dipilih dan memilih. Aku sudah tentukan pilihanku, dan aku tidak akan bergeser dari pilihanku. Jadi jika ayah membunuh suamiku, maka harus membunuh aku ju
Yudistira mendengar semua perkataan Jiu Long, ia tak begitu heran. Sesungguhnya dia tak pernah mengira Jiu Long bisa mengalahkan Wasudeva. Bukankah tadi, beberapa pukulan Wasudeva telak menerpa tubuhnya. Dia masih terpukau dengan jurus yang dimainkan Jiu Long, jurus yang mampu menciptakan pusaran angin topan dingin dan yang terasa sampai radius beberapa tongkat.Ayah Mayleen ini merasa kagum "Ilmu anak muda ini biasa saja, tetapi tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat kelas utama. Bagaimana mungkin seorang yang masih muda bisa memiliki tenaga dalam setinggi itu. Waktu aku seusia dia, tenaga dalamku tak sehebat dia," katanya dalam hati.Pada waktu itu, sang nakhoda perahu menghampiri Mayleen yang masih duduk di sisi suaminya. Ia membungkuk memberi hormat."Nona yang mulia, kami sudah terdesak waktu, harus berangkai secepatnya demi menghindari angin topan di laut dekat Malaka. Jika tidak berangkat hari ini, kami harus menunda tujuh hari dan semua pedagang ini akan
Memang benar adanya, pikiran Jiu Long terganggu. Beberapa jurus berikutnya, dua pukulan menerpa dada dan pundaknya. Wasudeva berteriak, "Mampus kamu" Wasudeva menambah bobot serangan sambil berkata tajam, "Mayleen akan kupaksa melahirkan anak-anakku, ia kuperkosa dengan kasar setiap hari, tak pernah berhenti dan kamu akan menyaksikan itu dari dalam kuburanmu" Teringat akan sifat angin yang bisa melenyapkan suara apa saja, Jiu Long sadar bahwa dia tidak boleh membiarkan tenaga suara lawan mengganggunya. Dia kemudian meredam suara keras di telinganya dengan mendengarkan desir angin sepoi, "dengarlah suara angin, suara keindahan alam, suara dari alam kemerdekaan."Dia berhasil menetralisir tekanan dan magis sihir suara lawannya. Meskipun demikian dia tetap menangkap kata-kata tajam Wasudeva yang menghina isterinya. Ungkapan jorok dan kasar lawannya itu telah mendorong amarahnya melewati puncak kesabaran.Dalam marahnya secara spontan Jiu Long memutar tubuh bagai gasing, g
"Terimakasih atas kemurahan hati paduka tuan, hamba yang rendah hanya butuh sedikit waktu untuk menghilangkan capek." Dia kemudian memainkan empat posisi semadi Angin Es dan Api. Dalam sekejap, uap tipis melayang di atas kepalanya. Hanya dalam waktu yang sangat singkat Jiu Long sudah siap. "Pendekar Wasudeva yang terhormat, silahkan tuan memilih tempat pertarungan."Tenaga dalam Jiu Long sudah pulih seperti sediakala. Ia tidak terluka parah. Hanya kena guncangan yang tidak terlalu berbahaya. Ketika pukulan menerpa pundaknya, saat itu juga tenaga Angin Es dan Api yang melapisi tubuh Jiu Long telah memunahkan sebagian besar pukulan lawan. Itu sebab dia hanya butuh sedikit waktu untuk memulihkan diri.Tadi ketika darah menetes dari ujung mulut Jiu Long, tangan Mayleen dingin, basah dan berkeringat. Sekarang wanita cantik itu tampak tenang, dia percaya kekasihnya akan menyelesaikan kemelut persoalan keluarganya.Yudistira merasa heran bercampur kag
Jiu Long terkesiap. Jurus lawan itu aneh, pukulan yang mengarah ke kiri mendadak bisa berubah ke kanan, atas menjadi bawah dan sebaliknya. Saat itu Jiu Long masih dalam pemulihan tenaga. Ia bergerak pesat, mengelak jika tahu diri terancam, merunduk dan melompat untuk menghindar, geraknya tidak leluasa karena tenaganya belum pulih. Tendangan Wasudeva menerpa pahanya dan jiwanya kini terancam jurus lawan yang mengarah titik kematian. Dia teringat pesan Sepuh, "jika terdesak, tangkis dan balas menyerang. Jangan bertahan, karena menyerang adalah lebih menguntungkan."Dan Jiu Long tak lagi mengelak, ia balas menyerang. Serangan lawan dibalas serangan. Jiu Long bergerak bagai pusaran, tangan membuat lingkaran, tubuhnya ikut berputar seperti gaya menari.Tujuh kali terdengar bentrokan tangan. Wasudeva merasa pukulannya membentur tembok yang bersifat membal. Dia heran bagaimana mungkin seorang yang sudah terluka tenaga dalamnya masih punya tenaga sehebat itu. Hal ini membuat d