Hari itu Xang Xi Ming ngamuk, hampir seluruh perampok itu tewas ditebas pedang hitamnya yang tajam luar biasa. Perampok yang masih hidup lari serabutan ke hutan. Ia mendengar suara tangis di mana mana. Banyak perempuan menangisi suaminya yang luka sebagian bahkan tewas.
Mendadak seorang perempuan tua berlumuran darah menghampiri Xang Xi Ming . "Tuan pendekar, kamu tolong putriku, ia dibawa lari penjahat, ke arah sana."
Tidak ayal lagi, Xang Xi Ming berkelebat mengejar ke arah hutan yang ditunjuk perempuan tua itu. Tak berapa lama ia mendengar jeritan perempuan. Ia belum terlambat. Setelah menghajar penjahat itu sampai tewas, ia menghampiri perempuan. Ia terpesona melihat kecantikan gadis itu yang hampir telanjang lantaran pakaiannya sudah dicabik-cabik si penjahat. Xang Xi Ming membuka sarung yang melingkar di pinggangnya, kemudian menutupi tubuh gadis itu. Dua pasang mata saling menatap.
Pendekar penolong jatuh cinta pada gadis yang ditolong. Si gadis jatuh cin
Jen Ting terpesona akan cerita itu. Ia menangis. Tapi ia tak tahu kenapa ia menangis. Ia tak pernah mengenal siapa orangtuanya."Jen Ting, ada titipan penting dari ayahmu untukmu. Ia menitipkan ilmu Nagamurkha ciptaannya sendiri. Ia meramu jurus hebat itu dan seluruh pendalamannya atas semua jurus silat yang ia pelajari selama pengembaraan. Kini hanya kamu pemilik tunggal ilmu dahsyat itu, bersiaplah aku akan mengajarimu"Pada saat itu Jiu Long pamit diri. Dalam adat istiadat kependekaran, tabu bagi Jiu Long ikut mendengar latihan ilmu Nagamurkha."Ayahmu mengajarkannya kepadaku setelah aku membawamu ke Partai Naga Emas. Ia memaksaku berjanji.""Apa janjimu, Kakak?"Tian Shan tersenyum "Iya, kau mau tahu apa janjiku? Aku tak boleh mati dalam perang, aku harus melindungimu sampai kau dewasa dan kawin kelak."Jen Ting berdiam diri. Tian Shan menghela nafas. Tak sanggup membendung kenangan lamanya, ia menceritakan juga tentang cintanya kepada Z
Matahari pagi masih malu-malu, embun dan kabut belum sepenuhnya pergi. Udara masih sangat dingin, tetapi di sekitar arena tarung tampak kesibukan orang. Murid Wuwei lalu lalang di sana sini, melayani semua tamu. Meskipun di hari kemarin sudah jatuh banyak korban, baik yang mati atau pun yang luka, tetapi tampaknya tamu tidak berkurang.Setelah pertarungan kemarin, hari kedua ini tidak banyak pendekar yang tersisa. Hanya penonton yang banyak. Semua orang tahu, pertarungan hari ini akan melibatkan para pendekar kelas wahid. Akan ada tontonan jurus-jurus dataran tengah yang paling hebat yang selama ini hanya didengar orang tetapi jarang terlihat.Saat pendeta Quan Bei mengucap kata-kata pembukaan dimulainya pertarungan, seorang lelaki melompat masuk arena. Lelaki itu sudah tua, seluruh rambut dan kumisnya putih. Usianya lebih separuh abad. Wajah lelaki itu ada bekas bacokan memanjang dari dahi sampai ke dagu. "Aku jauh-jauh datang dari Jiaozhi. Aku masih punya hutang piut
Tahu-tahu sesosok bayangan melesat ke dalam arena. Gerakannya sulit diikuti mata. Mirip gerakan Tian Shan ketika masuk arena. Bedanya, ketika menginjak tanah Tian Shan masih membuat debu sedikit mengepul. Tetapi kaki orang tua itu sama sekali tidak mengusik debu.Bayangan yang baru masuk itu memandang Chuan Mei dan Grajazhi bergantian. Mendadak ketiganya tertawa keras. "He... he... tak terasa kita sudah sama-sama tua," kata orang itu.Chuan Mei memandang lelaki tua itu dengan mata berbinar. "Kemana kau sembunyi selama duapuluh tahun? Kau sengaja sembunyi dariku, Yue Jin! Aku tidak terima baik!"Kecuali Tian Shan, semua orang di situ terkejut. Ternyata orang tua itu, Yue Jin, yang terkenal dengan julukan pendekar Huangshan. Ditegur Chuan Mei, Yue Jin gugup. "Aku... ketagihan mancing... main dengan ombak. Oh... hebat, mancing di pulau terpencil? Kalian pasti suka di sana.""Hei, Yue Jin, begini saja. Kita bertarung, kalau kau menang kau ajak aku dan Chuan M
Suatu ketika Grajazhi menampar dada Yue Jin. Tangan yang satu lagi mendorong ke arah pinggang. Pendekar Huangshan ini menangkis dengan jurus Penyu besar dari Big Bang. Dua tangan beradu keras. Yue Jin terlempar dua tongkat ke belakang. Tubuhnya melayang ringan kena dorongan tenaga lawan.Tapi, tubuh itu terhenti di udara, dan anehnya tanpa kakinya memijak tanah, Yue Jin melayang balik ke arah Grajazhi. Sungguh ilmu ringan tubuh yang tak mungkin bisa digelar manusia. Aneh tapi nyata ilmu Jejak Kilat yang tadi diperlihatkan Yue Jin itu tak pernah dilihat orang sebelumnya.Kontan saja Grajazhi berteriak marah, "Bangsat kau Yue Jin, kau menipuku, sampai mampus pun aku tak akan bisa menyamai kepandaianmu."Pada saat itu pendeta Quan Bei melesat masuk arena. "Yue Jin, kau harus ikut bertarung lawan orang-orang negeri Himalaya. Kau tak boleh lari bersembunyi lagi.""Aku tak mau...""Kau harus mau, Yue Jin. Ini menyangkut gengsi dat
Tak ada orang bersuara. Sunyi senyap. Quan Bei kembali mengulang tantangannya. Sesosok bayangan melesat masuk arena. Dialah Liang Zhipu, tokoh sakti yang misterius yang menyertai rombongan Yuan Shu. "Pendeta berbudi luhur, semua orang tahu kehebatanmu. Tapi belum ada yang melihat secara langsung caramu bertarung. Mereka ingin melihat kehebatanmu, tapi tak ada yang berani mencoba. Biar aku, Liang Zhipu, yang menjadi mitra tandingmu, maafkan aku dan tolong berlaku murah padaku!""Kau terlalu merendah, Liang Zhipu. Aku sudah lama mengagumimu!"Dua pendekar ternama langsung saling gebrak membuat semua orang meleletkan lidah. Quan Bei tanpa segan-segan memainkan ilmu Brahmana Suci yang terdiri 21 jurus. Ilmu Wuwei ini mengambil panutan pada sifat Guntur dan Badai. Itu sebabnya terkadang pukulan Quan Bei berbunyi bagai suara guntur dan badai. Tenaga besar dan bunyi yang mengguntur membuat gebrak Quan Bei ini sangat berwibawa.Liang Zhipu, tokoh misterius dari is
Tak seorang pun yang keluar menantang dua tokoh sakti itu. Ilmu dua orang itu sudah terbukti kehebatannya."Baik, kalau demikian, sudah tiga orang yang terpilih dari lima yang kita cari. Aku si pendeta Quan Bei, Liang Zhipu dan Pendekar Huangshan. Siapa yang tidak setuju atau keberatan silahkan angkat suara."Hening, tak ada suara. Kemudian terdengar suara tertawa bagaikan ringkik kuda, panjang, kering dan bergelombang.Begitu suara tawa itu berhenti, dari kemah sebelah timur melayang sesosok bayangan ke arena. Zhang Ma!"Pendeta Quan Bei, tiga orang pilihan itu kurasa tidak ada lagi yang menantang. Itu artinya semua orang setuju. Kini masih tersisa dua lowongan, aku mau satu. Kalau tak ada yang menantangku, berarti aku terpilih. Sebenarnya aku ingin tarung lawan pendekar Partai Naga Emas yang kemarin membunuh muridku dan menantang aku, mana dia, apakah masih berani maju menantang aku?"Suara Zhang Ma menggaung dan mengema ke empat penjuru, itu ilm
Setelah tadi secara tidak langsung memperoleh petunjuk pendekar Yue Jin, kini Jiu Long lebih mulus dalam menggelar Big Bang. Jurus handal dari gunung Huang ini kadang diselingi Naga Emas dengan kegesitan enam jurus gerak Jejak Kilat. Pertarungan berlangsung ketat dan sengit. Sampai seratus jurus, kedudukan masih imbang.Dalam hati Zhang Ma heran, empat bulan lalu ia menghajar Jiu Long hanya dengan sekali pukul. Bagaimana mungkin, sekarang anak muda ini bisa mengimbanginya sampai seratus jurus lebih. Tadinya ia menganggap kematian tiga muridnya sebagai keteledoran dan kesemberonoan muridnya. Tetapi kini ia tahu, memang kepandaian Jiu Long sudah tergolong kelas satu.Dalam ilmu ringan tubuh, Jiu Long lebih unggul. Tenaga dalam sama imbang. Zhang Ma unggul dalam pengalaman. Itu sebab pertarungan berlangsung imbang. Memasuki jurus seratus limapuluh Jiu Long sedikit demi sedikit mulai meningkatkan kadar tenaga dan kecepatan dalam tiap geraknya. Zhang Ma mu
Penonton menjerit. Jiu Long melempar diri empat langkah ke belakang. Ia muntah darah. Untung baginya tenaga Angin Es dan Api telah melapis dirinya sehingga pukulan tidak sampai telak dan merusak. Sedang Zhang Ma melihat pukulannya berhasil mengena lawan, kontan menyerbu dengan geram. Ia ingin membunuh dan melumat Jiu Long.Mengetahui kondisi kritis Jiu Long melejit dengan jurus melenyapkan diri dari Jejak Kilat. Zhang Ma memburu, Jiu Long melejit dengan Jejak Kilat. Jiu Long merasa dadanya masih sakit. Beberapa saat kemudian rasa sakit itu lenyap. Ia tahu tenaga Angin Es dan Api telah menyembuhkan lukanya,Jiu Long kembali bertarung rapat, kali ini ia mengeluarkan jurus Naga melayang di atas air dari ilmu Naga Emas Pamungkas. Jurus ini dilukiskan sebagai luapan rasa cinta sang naga kepada kekasihnya hingga menari-nari diatas air. Tanpa sadar Jiu Long memilih jurus ini karena melihat Zhang Ma berubah menjadi Jen Ting di hadap