Beranda / Pendekar / Legenda Raja Pendekar / JILID 166 | Ilmu Paling Handal

Share

JILID 166 | Ilmu Paling Handal

Penulis: KSATRIA PENGEMBARA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Akhirnya Jiu Long pasrah. Sikap jiwa saat menggunakan Inti Pamungkas itu Jiu Long memilih sikap Naga melayang di atas air sebagai pernyataan cintanya, "Kalau pun mati tak apalah asal kau tahu betapa cintaku padamu". Dua tangan Jiu Long menyongsong pukulan lawan. Kakinya ditekuk ke bawah sehingga tendangan Zhang Ma yang mengarah ke selangkangan akan mendarat di perut.

Zhang Ma melihat sepasang mata Jiu Long berbinar namun bergoyang. Ia yakin Jiu Long masih dalam pengaruh sihirnya.

Tanpa belas kasihan Zhang Ma menyalurkan seluruh tenaganya kedua tangan. "Mampus kamu!" teriaknya.

Saat berikut Zhang Ma mencelos, tenaganya seperti menerobos ke dalam sumur yang tak berdasar. Ia sangat terkejut, berniat hendak menarik kembali tenaganya, tetapi semua sudah terlambat. Tenaganya seperti ditarik dan disedot masuk dalam sumur. Kemudian dari tangan Jiu Long muncul keluar gelombang tenaga besar yang luar biasa dinginnya.

Tenaga itu menerobos melalui tangan Zhang Ma dan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 167 | Pendekar Nomor Satu

    Jiu Long memberi hormat ke seluruh arena, "Aku yang muda ingin mengumumkan bahwa sejak hari ini Partai Naga Emas tak lagi punya ikatan perguruan dengan Yun Ching. Dia murid busuk yang berkhianat yang menaruh racun pelemas tulang ke sumur perguruan. Akibatnya kami semua keracunan sehingga lawan dengan mudah mengalahkan kami. Perlu diketahui bahwa ia sebenarnya adalah murid keturunan partai Naga Hitam, nama aslinya Jaranan, kini ia menjabat ketua partai itu."Pengumuman itu sangat mengejutkan. Baru sekarang terungkap tabir misteri mengapa perguruan sehebat Partai Naga Emas sampai hancur dan nyaris punah duapuluh lima tahun yang lalu.Quan Bei memecahkan kesunyian "Hayo, siapa lagi yang mau menantang Jiu Long, ketua Partai Naga Emas yang baru ini. Atau mungkin menantang Antahuang ketua perguruan Pedang Tanpa Suara?"Jiu Long beranjak hendak meninggalkan gelanggang tarung, ketika terdengar suara bentakan nyaring, "Tunggu!"Seorang wanita cantik melangka

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 168 | Harus Punya Kehormatan

    "Malini, rupanya kau masih mengenali aku. Itu sebab kamu menyerangku, kamu ingin membunuhku, agar kau bisa memfitnah Jiu Long dengan leluasa, bukan? Aku heran di dunia ini ada perempuan macam kamu yang tak kenal malu.""Kau belum mati rupanya, seharusnya kamu jangan muncul supaya bisa hidup lebih lama lagi.""Maksudmu, kamu mau membunuh aku?""Hari ini aku sungguh akan mencabut nyawamu!" Berkata demikian perempuan dari negeri Himalaya itu menyerbu Gwangsin dengan serangan beruntun. Jiu Long tak tinggal diam, ia tahu Gwangsin tak akan bisa menangkal serangan dahsyat itu. Segera terjadi pertempuran sengit antara Jiu Long dan Malini. Jurus demi jurus berlalu dengan cepat, tanpa terasa pertarungan memasuki jurus yang ketigapuluh.Pada saat itu melayang sesosok bayangan ke arena. Seorang lelaki dengan pakaian aneh masuk arena. Bercelana longgar yang diikat di pergelangan kaki. Bajunya sempit, tanpa lengan dengan dada terbuka, memperlihatkan bulu dadanya yang l

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 169 | Dong Zhuo Datang

    "Aku tak pernah ketemu dengan Sepuh Sun Jian. Aku tak tahu beliau ada di mana. Kalau kau memang punya hutang piutang dengan beliau, kamu alihkan padaku. Aku yang bertanggungjawab atas semua hutang piutang Partai Naga Emas!""Begitu pun bagus. Kamu sebagai ketua Partai Naga Emas, kamu yang bertanggungjawab. Juga kudengar kamu tadi mengatakan kamu sudah menguasai ilmu tingkat tinggi perguruanmu yang bernama jurus Inti Naga Emas Pamungkas. Baiklah kita akan berjumpa satu bulan lagi di tempat pertama kali kita jumpa".Selesai berkata, Kumarawet memegang tangan Malini, keduanya bergandengan meninggalkan gelanggang tarung seperti melayang saja. Ilmu ringan tubuh yang diperlihatkan tidak berada di bawah jago-jago dataran tengah.Jiu Long mengucap terima kasih kepada empat pendekar Wuwei itu. Ia menggenggam tangan Gwangsin dan meninggalkan gelanggang tarung.Wong Anta, yang tertua dari keempat pendekar itu melontarkan pertanyaan ke sekeliling arena

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 170 | Siasat Yun Ching

    "Bohong kamu, anak buahku kamu bunuh, mana bisa ada urusan seperti itu! Ternyata Yun Ching benar, kau memang penjahat yang berpura-pura menjadi pendekar berjiwa ksatria!"Mendengar nama Yun Ching, secara naluriah Jiu Long berpaling memandang kemah di mana ia melihat Sempai Chu menginap bersama Yun Ching kemarin. Sekilas ia melihat bayangan berkelebat dan jerit suara anak kecil memanggil, "Kakek!"Saat itu juga Jiu Long melesat menggunakan jurus Jejak Kilat. Gerakan Jiu Long susah diikuti mata. Dalam keadaan terdesak tenaga Angin Es dan Api memperlihatkan keampuhannya, dorongan tenaga yang begitu besar membuat gerakannya cepat dan pesat seperti kelebatnya kilat.Sesaat kemudian Jiu Long sudah mengancam Yun Ching yang lari sambil memondong seorang gadis kecil. Dalam hal ilmu ringan tubuh Yun Ching berada di bawah kemampuan Jiu Long, apalagi dengan memondong tubuh gadis kecil itu, maka dalam sekejap mata Jiu Long sudah mendekat. Tahu sulit melolos

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 171 | Utusan Himalaya

    Tetapi sebelum kumpulan orang-orang itu bubar turun gunung, lima orang dengan dandanan dan wajah yang asing mendekati gelanggang tarung. Semua orang memandang kelompok orang asing itu dengan heran dan takjub.Seorang di antaranya perempuan. Ia cantik berkulit putih bersih mengenakan celana dan kemeja panjang, warna hitam Ia maju sambil merangkap dua tangan memberi hormat kepada semua orang di situ. "Kami utusan dari Himalaya, kami ingin berjumpa dengan pimpinan persilatan dataran tengah."Suara gadis itu terdengar bening dan empuk, meski logatnya kaku dan patah-patah. Dong Zhuo menjawab spontan, "Di dataran tengah ini belum ada seorang pemimpin persilatan atau yang disebut sebagai orang nomor satu. Kami belum pernah melakukan pemilihan seperti itu. Tapi nona bisa ketemu dengan ketua Wuwei, pendeta Quan Bei yang cukup bijaksana dan berilmu tinggi, ini dia orangnya."Gadis itu membungkuk menghormat. "Nama saya Mei Hwa, saya mengucap selamat panjang umur bagi ketua

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 172 | Kegalauan Jen Ting

    Malam itu rombongan bermalam di sebuah desa. Kebetulan kepala desanya adalah anggota dan anak buah Dong Zhuo sehingga tidak sulit untuk meminjam balairung balai desa yang luas dan terbuka untuk tempat bermalam.Sehabis santap malam, semua orang duduk dalam beberapa kelompok. Semua tampak gembira, cerita tentang pertarungan Wuwei seakan tak pernah habis. Ada seorang yang malam itu justru sangat gundah, dia Jen Ting.Wajahnya murung, seperti halnya mendung yang menutupi kecantikan bulan. Malam sudah agak larut tapi Jen Ting tak bisa memejamkan mata.Pikirannya menerawang ke mana-mana. Ia berpikir macam-macam. Ia melihat bagaimana Gwangsin tadi siang berani menghadapi bahaya maut demi menolong Jiu Long. Kepandaian Gwangsin terlalu rendah, tetapi ia berani menerobos arena menghadapi Malini yang kosen dan berilmu tinggi.Masih banyak gadis-gadis lain yang lebih muda yang mau berkorban jiwa demi Jiu Long. Masih banyak gadis muda lainnya yang mau menyerahkan diri menjadi isteri atau selir da

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 173 | Pemikiran Putri Im ji hye

    "Kakak, kamu memikirkan Jiu Long, dia sekarang ketua Partai Naga Emas yang mungkin akan melupakan kamu, benar kan?"Jen Ting memandang heran pada adik seperguruan ini. "Bagaimana kamu bisa menebak jitu?"Im ji hye menghela nafas, duduk menyandar kepalanya ke pundak Jen Ting. "Kakak, aku juga sering memikirkan nasibku kalau kelak menjadi isteri raja. Yuan Shu suatu hari pasti akan menjadi raja. Seorang raja di dataran tengah harus memiliki banyak selir. Dan aku harus menerima kenyataan ini, rela melihat suamiku membagi cintanya kepada perempuan lain. Bukan itu saja, suamiku juga bukan milikku lagi, dia milik kerajaan, milik rakyat, dia harus menyisihkan banyak waktu untuk kerajaan dan rakyatnya. Aku mungkin hanya kebagian sisa waktunya yang lowong. Keadaanmu dengan Jiu Long masih jauh lebih ringan ketimbang yang kuhadapi, kakak." Jen Ting terkejut, ia menatap Im ji hye dengan nanar. "Tetapi kamu tahu dari mana kalau aku sedang memikirkan Jiu Long?""Aku perempuan, kakak. Aku melihat w

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 174 | Mimpi dan kenyataan

    "Hidup ini cuma mengenal dua sisi. Mimpi dan kenyataan. Kalau sedang memburu sesuatu yang kita inginkan, itu namanya mengejar mimpi. Kalau gagal, kita tidak rugi, sebab kita cuma kehilangan mimpi. Lain hal kalau kehilangan sesuatu yang sudah dalam genggaman, yang sudah kita miliki. Itu namanya rugi. Kata guru, kejarlah mimpi dengan ngotot dan kerja keras, hasilnya bisa gagal, bisa sukses. Kalau gagal jangan putus asa. Di sisi lain kita harus ngotot dan berupaya keras mempertahankan apa yang sudah menjadi milik kita. Dalam hal ini kita tak boleh gagal, kita harus berjuang keras mempertahankannya!"Jen Ting memandang Im ji hye dengan takjub. "Dari mana kau peroleh pelajaran hidup itu?""Siapa lagi kalau bukan guru Liu Xing. Kamu tahu, kakak, guruku itu pernah mencintai seorang gadis pendekar, tetapi dia telah menyia-nyiakan kesempatan mendapatkan gadis itu sebagai isteri. Dia menyesal, itu sebab sampai sekarang dia tak mau terikat oleh seorang wanita pun, padahal di istana banyak gadis

Bab terbaru

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 466

    Perempuan itu tampak cantik luar biasa, mataya berbinar- binar dan mulutnya merah merekah. Jiu Long tiba-tiba saja bergairah, ia memberi isyarat pada isterinya. Mayleen menggeleng. "Tak lama lagi kamu sudah harus bertarung, mana sempat lagi. Jiu Long kamu harus bertarung sungguh-sungguh supaya ibu bisa menetap bersama kita, kamu harus menang.""Kamu membela siapa, ayahmu atau suamimu?""Aku membela kamu suamiku, sebab jika kamu menang, aku tidak perlu pulang ke Himalaya selama-lamanya dan ibu bisa menemani kita sampai aku dan Gwangsin melahirkan. Kamu tahu Jiu Long, terkadang aku takut memikirkan saat melahirkan nanti, pasti sakit. Aku akan bahagia jika ibu ada di sampingku. Makanya kamu harus menang."Tidak lama berselang senja pun tiba. Seluruh anggota keluarga hadir, nonton di tepian danau. Tak seorang pun ketinggalan, termasuk Gan Nung, Gan Ning dan keluarga serta murid Partai Naga Emas.Yudistira melangkah santai di atas permukaan danau. Kakinya mela

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 465

    "Boleh saja. Tetapi ada syaratnya. Kamu harus bisa mengalahkan aku dalam pertarungan seru, bagaimana bagus kan syaratnya?"Jiu Long terkejut, apalagi Mayleen. Keduanya berdiri dan memandang dua orangtua itu. "Ayah, apakah aku tidak salah dengar?"Yudistira menjelaskan pertarungan tersebut merupakan bagian dari janjinya pada ayahnya, pendekar Himalaya, Takadagawe. Bagaimanapun juga janji itu harus disempurnakan."Kamu mewakili kakek gurumu, Sun Jian dan aku mewakili ayahku, Takadagawe. Kita tarung, jika kamu menang maka aku akan menetap di sini bersama istriku sampai Mayleen dan Gwangsin melahirkan. Jika aku menang, aku akan tentukan apa yang kumau dan kamu sekeluarga tak boleh ingkar. Aku pikir ini cukup adil.""Tidak bisa begitu, bagaimana mungkin aku harus tarung melawan ayah mertua sendiri, tidak mungkin.""Kamu tidak bisa menghindar, Jiu Long. Ini bagian dari hidup yang sudah kamu jalani, dan bagian dari hidupku juga. Kita bertarung hanya sebat

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 464

    Mendadak saja muncul Yudistira dan Satyawati "Ada kejadian apa? Siapa dua gadis cantik ini?" tanya Satyawati sambil mengamati Hwang Mi Hee dan Jia Li. "Oh kalau kamu, aku pernah melihatmu di Putuo," sambil ia menunjuk Hwang Mi Hee.Jiu Long diam serba salah. Jia Li yang lugu dan berani, menjawab meski sedikit malu-malu, "Kami adalah selir kak Jiu Long."Satyawati terkejut, menutup mulutnya dengan tangan. Tetapi sebelum ibu dan ayahnya mengucap sepatah kata, Mayleen berkata dalam bahasa Himalaya. "Ayah, ibu, aku setuju suamiku mengambil selir. Aku dan Gwangsin berdua tidak mampu melayaninya. Ayah tahu hampir setiap malam bahkan siang juga, suamiku maunya bercinta. Lagipula Jiu Long, Gwangsin dan aku sudah memberitahu mereka, kami berdua adalah isteri sedang mereka berdua hanya selir atau pembantu. Apalagi sekarang aku dan Gwangsin sedang hamil, sudah tentu kami bagaikan permaisuri yang harus dilayani. Sekarang ibu dan ayah mengerti?"Satyawati mengiyakan. "Kamu c

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 463

    Jiu Long berdiri dan menghampiri. Ia memberi hormat dengan menyentuh ujung kaki ayah mertuanya. Yudistira tertawa. Satyawati berdiri di sampingnya ikut tertawa. "Entah sudah berapa kali ia tertawa hari ini, perubahan yang luar biasa," gumam isterinya dalam hati.Sebelah tangan Yudistira memeluk Mayleen, tangan lainnya merangkul Jiu Long. Suara Mayleen terdengar riang, "Ayah, apakah suamiku sudah boleh Memanggil ayah mertua kepadamu?"Yudistira tertawa. "Jiu Long, pergilah memberi hormat pada ibu mertua dan kakak-kakak iparmu"Setelah memberi hormat dan menyalami keluarga isterinya, Jiu Long menghampiri isterinya. Mayleen melompat dan merangkul suaminya. "Aku bahagia sekarang, semua beres. Tak ada lagi ganjalan dalam hatiku, tak ada gundah, tak ada ketakutan, semua sudah selesai dan sesuai keinginanku." Suara Mayleen mesra. Kemudian dia lari menghambur memeluk Gwangsin. "Terimakasih kakak, kamu sudah banyak membantu aku."Keluarga besar itu berangkat kemba

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 462

    Yudistira berkata dingin, "Kamu pintar bicara, apakah kamu sungguh-sungguh mau berkorban jiwa untuk isterimu?""Aku bersungguh-sungguh, aku tak akan melawan, seharusnya aku bunuh diri tetapi aku enggan melakukan perbuatan kaum pengecut. Aku bukan pengecut, aku laki-laki sejati. Inilah jalan yang kupilih, sebagai tanda cintaku kepada putrimu. Tetapi sebagai permohonan terakhir aku minta isteriku dibebaskan dari hukuman, sayangilah dia, cintailah dia." Jiu Long tersenyum pahit.Satyawati dan seluruh keluarga diam terpaku. Keringat dingin. Yudistira menoleh pada putrinya."Kamu mau bicara, bicaralah."Perempuan itu duduk bersanding suaminya, dia merangkul erat lengan suaminya. "Ayah, ibu dan kakak juga kakak ipar, aku ibarat Xionglue yang mencintai suaminya tanpa pamrih. Dalam hidup ini hanya satu kali aku dipilih dan memilih. Aku sudah tentukan pilihanku, dan aku tidak akan bergeser dari pilihanku. Jadi jika ayah membunuh suamiku, maka harus membunuh aku ju

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 461

    Yudistira mendengar semua perkataan Jiu Long, ia tak begitu heran. Sesungguhnya dia tak pernah mengira Jiu Long bisa mengalahkan Wasudeva. Bukankah tadi, beberapa pukulan Wasudeva telak menerpa tubuhnya. Dia masih terpukau dengan jurus yang dimainkan Jiu Long, jurus yang mampu menciptakan pusaran angin topan dingin dan yang terasa sampai radius beberapa tongkat.Ayah Mayleen ini merasa kagum "Ilmu anak muda ini biasa saja, tetapi tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat kelas utama. Bagaimana mungkin seorang yang masih muda bisa memiliki tenaga dalam setinggi itu. Waktu aku seusia dia, tenaga dalamku tak sehebat dia," katanya dalam hati.Pada waktu itu, sang nakhoda perahu menghampiri Mayleen yang masih duduk di sisi suaminya. Ia membungkuk memberi hormat."Nona yang mulia, kami sudah terdesak waktu, harus berangkai secepatnya demi menghindari angin topan di laut dekat Malaka. Jika tidak berangkat hari ini, kami harus menunda tujuh hari dan semua pedagang ini akan

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 460

    Memang benar adanya, pikiran Jiu Long terganggu. Beberapa jurus berikutnya, dua pukulan menerpa dada dan pundaknya. Wasudeva berteriak, "Mampus kamu" Wasudeva menambah bobot serangan sambil berkata tajam, "Mayleen akan kupaksa melahirkan anak-anakku, ia kuperkosa dengan kasar setiap hari, tak pernah berhenti dan kamu akan menyaksikan itu dari dalam kuburanmu" Teringat akan sifat angin yang bisa melenyapkan suara apa saja, Jiu Long sadar bahwa dia tidak boleh membiarkan tenaga suara lawan mengganggunya. Dia kemudian meredam suara keras di telinganya dengan mendengarkan desir angin sepoi, "dengarlah suara angin, suara keindahan alam, suara dari alam kemerdekaan."Dia berhasil menetralisir tekanan dan magis sihir suara lawannya. Meskipun demikian dia tetap menangkap kata-kata tajam Wasudeva yang menghina isterinya. Ungkapan jorok dan kasar lawannya itu telah mendorong amarahnya melewati puncak kesabaran.Dalam marahnya secara spontan Jiu Long memutar tubuh bagai gasing, g

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 459

    "Terimakasih atas kemurahan hati paduka tuan, hamba yang rendah hanya butuh sedikit waktu untuk menghilangkan capek." Dia kemudian memainkan empat posisi semadi Angin Es dan Api. Dalam sekejap, uap tipis melayang di atas kepalanya. Hanya dalam waktu yang sangat singkat Jiu Long sudah siap. "Pendekar Wasudeva yang terhormat, silahkan tuan memilih tempat pertarungan."Tenaga dalam Jiu Long sudah pulih seperti sediakala. Ia tidak terluka parah. Hanya kena guncangan yang tidak terlalu berbahaya. Ketika pukulan menerpa pundaknya, saat itu juga tenaga Angin Es dan Api yang melapisi tubuh Jiu Long telah memunahkan sebagian besar pukulan lawan. Itu sebab dia hanya butuh sedikit waktu untuk memulihkan diri.Tadi ketika darah menetes dari ujung mulut Jiu Long, tangan Mayleen dingin, basah dan berkeringat. Sekarang wanita cantik itu tampak tenang, dia percaya kekasihnya akan menyelesaikan kemelut persoalan keluarganya.Yudistira merasa heran bercampur kag

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 458

    Jiu Long terkesiap. Jurus lawan itu aneh, pukulan yang mengarah ke kiri mendadak bisa berubah ke kanan, atas menjadi bawah dan sebaliknya. Saat itu Jiu Long masih dalam pemulihan tenaga. Ia bergerak pesat, mengelak jika tahu diri terancam, merunduk dan melompat untuk menghindar, geraknya tidak leluasa karena tenaganya belum pulih. Tendangan Wasudeva menerpa pahanya dan jiwanya kini terancam jurus lawan yang mengarah titik kematian. Dia teringat pesan Sepuh, "jika terdesak, tangkis dan balas menyerang. Jangan bertahan, karena menyerang adalah lebih menguntungkan."Dan Jiu Long tak lagi mengelak, ia balas menyerang. Serangan lawan dibalas serangan. Jiu Long bergerak bagai pusaran, tangan membuat lingkaran, tubuhnya ikut berputar seperti gaya menari.Tujuh kali terdengar bentrokan tangan. Wasudeva merasa pukulannya membentur tembok yang bersifat membal. Dia heran bagaimana mungkin seorang yang sudah terluka tenaga dalamnya masih punya tenaga sehebat itu. Hal ini membuat d

DMCA.com Protection Status