"Malini, rupanya kau masih mengenali aku. Itu sebab kamu menyerangku, kamu ingin membunuhku, agar kau bisa memfitnah Jiu Long dengan leluasa, bukan? Aku heran di dunia ini ada perempuan macam kamu yang tak kenal malu."
"Kau belum mati rupanya, seharusnya kamu jangan muncul supaya bisa hidup lebih lama lagi."
"Maksudmu, kamu mau membunuh aku?"
"Hari ini aku sungguh akan mencabut nyawamu!" Berkata demikian perempuan dari negeri Himalaya itu menyerbu Gwangsin dengan serangan beruntun. Jiu Long tak tinggal diam, ia tahu Gwangsin tak akan bisa menangkal serangan dahsyat itu. Segera terjadi pertempuran sengit antara Jiu Long dan Malini. Jurus demi jurus berlalu dengan cepat, tanpa terasa pertarungan memasuki jurus yang ketigapuluh.
Pada saat itu melayang sesosok bayangan ke arena. Seorang lelaki dengan pakaian aneh masuk arena. Bercelana longgar yang diikat di pergelangan kaki. Bajunya sempit, tanpa lengan dengan dada terbuka, memperlihatkan bulu dadanya yang l
"Aku tak pernah ketemu dengan Sepuh Sun Jian. Aku tak tahu beliau ada di mana. Kalau kau memang punya hutang piutang dengan beliau, kamu alihkan padaku. Aku yang bertanggungjawab atas semua hutang piutang Partai Naga Emas!""Begitu pun bagus. Kamu sebagai ketua Partai Naga Emas, kamu yang bertanggungjawab. Juga kudengar kamu tadi mengatakan kamu sudah menguasai ilmu tingkat tinggi perguruanmu yang bernama jurus Inti Naga Emas Pamungkas. Baiklah kita akan berjumpa satu bulan lagi di tempat pertama kali kita jumpa".Selesai berkata, Kumarawet memegang tangan Malini, keduanya bergandengan meninggalkan gelanggang tarung seperti melayang saja. Ilmu ringan tubuh yang diperlihatkan tidak berada di bawah jago-jago dataran tengah.Jiu Long mengucap terima kasih kepada empat pendekar Wuwei itu. Ia menggenggam tangan Gwangsin dan meninggalkan gelanggang tarung.Wong Anta, yang tertua dari keempat pendekar itu melontarkan pertanyaan ke sekeliling arena
"Bohong kamu, anak buahku kamu bunuh, mana bisa ada urusan seperti itu! Ternyata Yun Ching benar, kau memang penjahat yang berpura-pura menjadi pendekar berjiwa ksatria!"Mendengar nama Yun Ching, secara naluriah Jiu Long berpaling memandang kemah di mana ia melihat Sempai Chu menginap bersama Yun Ching kemarin. Sekilas ia melihat bayangan berkelebat dan jerit suara anak kecil memanggil, "Kakek!"Saat itu juga Jiu Long melesat menggunakan jurus Jejak Kilat. Gerakan Jiu Long susah diikuti mata. Dalam keadaan terdesak tenaga Angin Es dan Api memperlihatkan keampuhannya, dorongan tenaga yang begitu besar membuat gerakannya cepat dan pesat seperti kelebatnya kilat.Sesaat kemudian Jiu Long sudah mengancam Yun Ching yang lari sambil memondong seorang gadis kecil. Dalam hal ilmu ringan tubuh Yun Ching berada di bawah kemampuan Jiu Long, apalagi dengan memondong tubuh gadis kecil itu, maka dalam sekejap mata Jiu Long sudah mendekat. Tahu sulit melolos
Tetapi sebelum kumpulan orang-orang itu bubar turun gunung, lima orang dengan dandanan dan wajah yang asing mendekati gelanggang tarung. Semua orang memandang kelompok orang asing itu dengan heran dan takjub.Seorang di antaranya perempuan. Ia cantik berkulit putih bersih mengenakan celana dan kemeja panjang, warna hitam Ia maju sambil merangkap dua tangan memberi hormat kepada semua orang di situ. "Kami utusan dari Himalaya, kami ingin berjumpa dengan pimpinan persilatan dataran tengah."Suara gadis itu terdengar bening dan empuk, meski logatnya kaku dan patah-patah. Dong Zhuo menjawab spontan, "Di dataran tengah ini belum ada seorang pemimpin persilatan atau yang disebut sebagai orang nomor satu. Kami belum pernah melakukan pemilihan seperti itu. Tapi nona bisa ketemu dengan ketua Wuwei, pendeta Quan Bei yang cukup bijaksana dan berilmu tinggi, ini dia orangnya."Gadis itu membungkuk menghormat. "Nama saya Mei Hwa, saya mengucap selamat panjang umur bagi ketua
Malam itu rombongan bermalam di sebuah desa. Kebetulan kepala desanya adalah anggota dan anak buah Dong Zhuo sehingga tidak sulit untuk meminjam balairung balai desa yang luas dan terbuka untuk tempat bermalam.Sehabis santap malam, semua orang duduk dalam beberapa kelompok. Semua tampak gembira, cerita tentang pertarungan Wuwei seakan tak pernah habis. Ada seorang yang malam itu justru sangat gundah, dia Jen Ting.Wajahnya murung, seperti halnya mendung yang menutupi kecantikan bulan. Malam sudah agak larut tapi Jen Ting tak bisa memejamkan mata.Pikirannya menerawang ke mana-mana. Ia berpikir macam-macam. Ia melihat bagaimana Gwangsin tadi siang berani menghadapi bahaya maut demi menolong Jiu Long. Kepandaian Gwangsin terlalu rendah, tetapi ia berani menerobos arena menghadapi Malini yang kosen dan berilmu tinggi.Masih banyak gadis-gadis lain yang lebih muda yang mau berkorban jiwa demi Jiu Long. Masih banyak gadis muda lainnya yang mau menyerahkan diri menjadi isteri atau selir da
"Kakak, kamu memikirkan Jiu Long, dia sekarang ketua Partai Naga Emas yang mungkin akan melupakan kamu, benar kan?"Jen Ting memandang heran pada adik seperguruan ini. "Bagaimana kamu bisa menebak jitu?"Im ji hye menghela nafas, duduk menyandar kepalanya ke pundak Jen Ting. "Kakak, aku juga sering memikirkan nasibku kalau kelak menjadi isteri raja. Yuan Shu suatu hari pasti akan menjadi raja. Seorang raja di dataran tengah harus memiliki banyak selir. Dan aku harus menerima kenyataan ini, rela melihat suamiku membagi cintanya kepada perempuan lain. Bukan itu saja, suamiku juga bukan milikku lagi, dia milik kerajaan, milik rakyat, dia harus menyisihkan banyak waktu untuk kerajaan dan rakyatnya. Aku mungkin hanya kebagian sisa waktunya yang lowong. Keadaanmu dengan Jiu Long masih jauh lebih ringan ketimbang yang kuhadapi, kakak." Jen Ting terkejut, ia menatap Im ji hye dengan nanar. "Tetapi kamu tahu dari mana kalau aku sedang memikirkan Jiu Long?""Aku perempuan, kakak. Aku melihat w
"Hidup ini cuma mengenal dua sisi. Mimpi dan kenyataan. Kalau sedang memburu sesuatu yang kita inginkan, itu namanya mengejar mimpi. Kalau gagal, kita tidak rugi, sebab kita cuma kehilangan mimpi. Lain hal kalau kehilangan sesuatu yang sudah dalam genggaman, yang sudah kita miliki. Itu namanya rugi. Kata guru, kejarlah mimpi dengan ngotot dan kerja keras, hasilnya bisa gagal, bisa sukses. Kalau gagal jangan putus asa. Di sisi lain kita harus ngotot dan berupaya keras mempertahankan apa yang sudah menjadi milik kita. Dalam hal ini kita tak boleh gagal, kita harus berjuang keras mempertahankannya!"Jen Ting memandang Im ji hye dengan takjub. "Dari mana kau peroleh pelajaran hidup itu?""Siapa lagi kalau bukan guru Liu Xing. Kamu tahu, kakak, guruku itu pernah mencintai seorang gadis pendekar, tetapi dia telah menyia-nyiakan kesempatan mendapatkan gadis itu sebagai isteri. Dia menyesal, itu sebab sampai sekarang dia tak mau terikat oleh seorang wanita pun, padahal di istana banyak gadis
Jen Ting berseru perlahan, "Itu syair Maut!" "Tiga kali syair dinyanyikan Berarti malam ini sebelum fajar menyingsing, ada tiga orang yang jiwanya bakal melayang di rumah ini. Sungguh temberang si syair Maut, tidak tahukah dia bahwa di rumah ini berkumpul banyak jago dari kalangan kelas atas?" Kata-kata Jen Ting itu semakin membuat Mei Hwa bingung.Tetapi gadis Himalaya itu tak sempat bertanya lebih lanjut. Terdengar suara Dong Zhuo membelah kesunyian malam yang sudah mulai hangat suasananya. "Harap semua orang berkumpul di ruang tengah! Kita bentuk lingkaran dengan setiap orang menghadap keluar."Ruangan itu memang besar dan luas. Semua orang sudah berkumpul di ruang tengah. Seluruhnya terhitung tigapuluh tujuh orang, termasuk tuan rumah dan keluarganya, Dong Zhuo mendudukkan cucunya di dekatnya. "Nona, kau tak boleh berpisah dengan kakek, biar sesaat pun! Ingat itu, Nona”Dong Zhuo memandang semua orang. Di situ ada Yu Jin, Liu Xing, Liang Zhipu, Tian Sh
Tian Shan memandang Jiu Long yang kebetulan sedang menatapnya. Hampir tujuh purnama silam dia bertiga Yu Jin dan Jiu Long menghadapi situasi sama. Waktu itu si syair Maut berhasil memenuhi kebiasaannya, membunuh orang sesuai jumlah syair yang dia tembangkan. Apakah kali ini ia juga akan berhasil lagi membunuh orang sesuai keinginannya?Tian Shan berjalan hilir mudik, tampaknya ia sedang memikirkan sesuatu. Tiba-tiba ia bertanya kepada muridnya, "Ketika tadi bertempur dengan perempuan Himalaya itu, apakah kau temukan sesuatu yang aneh, Jiu Long?”"Tidak, tak ada yang aneh guru!" Mata Jiu Long melihat Gwangsin dan Jen Ting yang duduk jauh dari tempatnya. Ia menggapai dua gadis itu agar duduk di dekatnya. Dua perempuan itu beranjak mendekati tempat Jiu Long.Tian Shan melanjutkan pembahasannya, hanya berdua Jiu Long, tak ada orang yang mendengarnya karena pembicaraan dilakukan dengan ilmu pendam suara. "Maksudku begini, setahun lalu kita bertiga bersama Kak Y