Beranda / Pendekar / Legenda Raja Pendekar / JILID 153 | Mencari Ketua Baru

Share

JILID 153 | Mencari Ketua Baru

last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-03 01:02:38

"Sudah suratan Dewa, malam ini kita bertemu di sini. Setelah Kakak Wei Hu dan ketua Sun Zuolin meninggal, kini tinggal aku dan Kakak Liu Xing sebagai yang paling tua di Partai Naga Emas. Muridku cuma seorang yaitu Jiu Long. Kakak pun cuma punya satu murid, yakni Im ji hye. Ada dua murid kak Wei Hu yang masih hidup, Siaochan dan Diaochan. Sedang murid kak Sun Zuolin yang masih hidup, hanya Yun Ching dan Jen Ting. Kalian perlu tahu, Yun Ching itu murid pengkhianat, dia seorang penyusup yang puluhan tahun tidak kita ketahui, malam itu dialah yang meracuni air minum kita dengan racun pelemas tulang, itu sebab kita tak berdaya ketika diserbu pasukan Kaisar Giok Barat dan para begundalnya."

"Kalau tak diracun pelemas tulang itu Kakak Sun Zuolin dan Wei Hu sulit dikalahkan. Jelas kini bahwa Yun Ching bukan lagi orang Partai Naga Emas. Nama aslinya, Jaranan, dia adalah keturunan ketua partai Naga Hitam dan kini ia ketua partai itu. Ilmunya tinggi, karenanya kalian jangan coba membent

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 154 | ketua Partai Naga Emas yang ketujuh

    "Tapi paman, Partai Naga Emas sekarang ini sangat butuh seorang ketua. Kita harus bisa memanfaatkan pertemuan ini yang jarang bisa terselenggara. Ini jelas restu Dewa semata. Bagaimana kalau saat ini kita manfaatkan untuk memilih seorang ketua?"Yu Jin dan Liu Xing saling pandang kemudian menyetujuinya "Kami berdua sudah tua, kami hanya mengarahkan pemilihan ini agar berlaku adil dan bebas tanpa tekanan seseorang. Biarlah waktu saja yang menentukan!"Terdengar kasak-kusuk. Orang membicarakan figur ketua. Tapi tak ada yang lebih cocok dari Jiu Long. Kehebatan ilmunya sudah terbukti. Apalagi ia sudah menguasai Inti Naga Emas Pamungkas pusaka perguruan yang paling tinggi. Sebagai putra dua pendekar Partai Naga Emas tak perlu diragukan, apalagi ia dibesarkan bahkan menjadi murid tunggal Yu Jin.Keberanian Jiu Long pun sukar dicari duanya, seperti saat ia menantang Zhang Ma. Pekertinya patut jadi teladan, ia tidak sombong meski berilmu tinggi. Lima sya

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-03
  • Legenda Raja Pendekar   JILID 155 | Namaku Hwang Mi Hee

    Gadis itu terkejut mendengar sapaan ketuanya. Ia gugup dan tak berani menengadah memandang wajah tampan sang ketua. "Aku, namaku Hwang Mi Hee."Yu Jin tertawa. "Ketua menanyakan siapa kamu, murid siapa?"Saat itulah, Diaochan mendekat. "Dia cucu Kakak Wang Xun, sejak kecil dia tinggal bersama suami isteri Satrung, murid Shao Liuyen. Hei, Mi Hee, beri hormat pada ketua."Di tenda juga berkumpul murid angkatan dua, seperti Lan Yan putri Shao Liuyen, Jen Ting dan Satrung murid pertama dan kedua Shao Liuyen, kemudian Raka chuang dan Marxiang murid Wang Xun. Mereka adalah murid-murid yang kebetulan keracunan sehingga dipaksa Sun Zuolin untuk meninggalkan perguruan. Jiu Long memerhatikan gerakan bokong Hwang Mi Hee ketika gadis itu beringsut mundur kemudian melangkah menjauh keluar tenda. "Gadis itu tak hanya cantik juga montok dan subur," kata Jiu Long dalam hati.Mendadak saja ia teringat Jen Ting dan Gwangsin. Ia ingat Gwangsin sedang pulang ke tenda nenekny

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-03
  • Legenda Raja Pendekar   JILID 156 | Masalalu Jen Ting

    Dan sejak itu Jen Ting hanya tahu ia adalah murid Sun Zuolin dari Partai Naga Emas. Jen Ting tak pernah tahu siapa orangtuanya, dimana ia di lahirkan. Suatu waktu ia bertanya kepada Tian Shan, "Kakak kamu kan kakak-ku, tentu kamu tahu siapa orangtua kita, ayo ceritakan padaku." Tian Shan tidak menjawab, hanya mengatakan, "Belum saatnya kamu tahu!"Kini sudah saatnya, begitu pikir Jen Ting. Namun ia tetap bingung dihadapkan pada cerita baru, cerita yang sebenarnya, tentang orangtuanya. Ia hampir tidak percaya, bahwa ia masih berdarah istana. Ayahnya adalah Xang Xi Ming yang terkenal. Tetapi apa hebatnya, toh tak ada perubahan dalam dirinya. Ia masih saja Jen Ting yang kemarin. "Siapa ibuku, Kakak, oh, aku harus memanggilmu apa?""Apa artinya panggilan, panggil aku sesuka hatimu. Jen Ting, ayahmu adalah sahabatku. Kami bersahabat sejak masih muda. Kamu masih ingat ketika aku dan seorang pendekar datang menjemputmu, kakekmu tampak akrab dengannya tetapi mereka tak mau mem

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • Legenda Raja Pendekar   JILID 157 | Rahasia Jen Ting

    Hari itu Xang Xi Ming ngamuk, hampir seluruh perampok itu tewas ditebas pedang hitamnya yang tajam luar biasa. Perampok yang masih hidup lari serabutan ke hutan. Ia mendengar suara tangis di mana mana. Banyak perempuan menangisi suaminya yang luka sebagian bahkan tewas.Mendadak seorang perempuan tua berlumuran darah menghampiri Xang Xi Ming . "Tuan pendekar, kamu tolong putriku, ia dibawa lari penjahat, ke arah sana."Tidak ayal lagi, Xang Xi Ming berkelebat mengejar ke arah hutan yang ditunjuk perempuan tua itu. Tak berapa lama ia mendengar jeritan perempuan. Ia belum terlambat. Setelah menghajar penjahat itu sampai tewas, ia menghampiri perempuan. Ia terpesona melihat kecantikan gadis itu yang hampir telanjang lantaran pakaiannya sudah dicabik-cabik si penjahat. Xang Xi Ming membuka sarung yang melingkar di pinggangnya, kemudian menutupi tubuh gadis itu. Dua pasang mata saling menatap.Pendekar penolong jatuh cinta pada gadis yang ditolong. Si gadis jatuh cin

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • Legenda Raja Pendekar   JILID 158 | Ilmu Warisan Nagamurkha

    Jen Ting terpesona akan cerita itu. Ia menangis. Tapi ia tak tahu kenapa ia menangis. Ia tak pernah mengenal siapa orangtuanya."Jen Ting, ada titipan penting dari ayahmu untukmu. Ia menitipkan ilmu Nagamurkha ciptaannya sendiri. Ia meramu jurus hebat itu dan seluruh pendalamannya atas semua jurus silat yang ia pelajari selama pengembaraan. Kini hanya kamu pemilik tunggal ilmu dahsyat itu, bersiaplah aku akan mengajarimu"Pada saat itu Jiu Long pamit diri. Dalam adat istiadat kependekaran, tabu bagi Jiu Long ikut mendengar latihan ilmu Nagamurkha."Ayahmu mengajarkannya kepadaku setelah aku membawamu ke Partai Naga Emas. Ia memaksaku berjanji.""Apa janjimu, Kakak?"Tian Shan tersenyum "Iya, kau mau tahu apa janjiku? Aku tak boleh mati dalam perang, aku harus melindungimu sampai kau dewasa dan kawin kelak."Jen Ting berdiam diri. Tian Shan menghela nafas. Tak sanggup membendung kenangan lamanya, ia menceritakan juga tentang cintanya kepada Z

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • Legenda Raja Pendekar   JILID 159 | Jago-jago Lihai

    Matahari pagi masih malu-malu, embun dan kabut belum sepenuhnya pergi. Udara masih sangat dingin, tetapi di sekitar arena tarung tampak kesibukan orang. Murid Wuwei lalu lalang di sana sini, melayani semua tamu. Meskipun di hari kemarin sudah jatuh banyak korban, baik yang mati atau pun yang luka, tetapi tampaknya tamu tidak berkurang.Setelah pertarungan kemarin, hari kedua ini tidak banyak pendekar yang tersisa. Hanya penonton yang banyak. Semua orang tahu, pertarungan hari ini akan melibatkan para pendekar kelas wahid. Akan ada tontonan jurus-jurus dataran tengah yang paling hebat yang selama ini hanya didengar orang tetapi jarang terlihat.Saat pendeta Quan Bei mengucap kata-kata pembukaan dimulainya pertarungan, seorang lelaki melompat masuk arena. Lelaki itu sudah tua, seluruh rambut dan kumisnya putih. Usianya lebih separuh abad. Wajah lelaki itu ada bekas bacokan memanjang dari dahi sampai ke dagu. "Aku jauh-jauh datang dari Jiaozhi. Aku masih punya hutang piut

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • Legenda Raja Pendekar   JILID 160 | Pertarungan Jago-jago Handal

    Tahu-tahu sesosok bayangan melesat ke dalam arena. Gerakannya sulit diikuti mata. Mirip gerakan Tian Shan ketika masuk arena. Bedanya, ketika menginjak tanah Tian Shan masih membuat debu sedikit mengepul. Tetapi kaki orang tua itu sama sekali tidak mengusik debu.Bayangan yang baru masuk itu memandang Chuan Mei dan Grajazhi bergantian. Mendadak ketiganya tertawa keras. "He... he... tak terasa kita sudah sama-sama tua," kata orang itu.Chuan Mei memandang lelaki tua itu dengan mata berbinar. "Kemana kau sembunyi selama duapuluh tahun? Kau sengaja sembunyi dariku, Yue Jin! Aku tidak terima baik!"Kecuali Tian Shan, semua orang di situ terkejut. Ternyata orang tua itu, Yue Jin, yang terkenal dengan julukan pendekar Huangshan. Ditegur Chuan Mei, Yue Jin gugup. "Aku... ketagihan mancing... main dengan ombak. Oh... hebat, mancing di pulau terpencil? Kalian pasti suka di sana.""Hei, Yue Jin, begini saja. Kita bertarung, kalau kau menang kau ajak aku dan Chuan M

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-05
  • Legenda Raja Pendekar   JILID 161 | Jago-jago Handal

    Suatu ketika Grajazhi menampar dada Yue Jin. Tangan yang satu lagi mendorong ke arah pinggang. Pendekar Huangshan ini menangkis dengan jurus Penyu besar dari Big Bang. Dua tangan beradu keras. Yue Jin terlempar dua tongkat ke belakang. Tubuhnya melayang ringan kena dorongan tenaga lawan.Tapi, tubuh itu terhenti di udara, dan anehnya tanpa kakinya memijak tanah, Yue Jin melayang balik ke arah Grajazhi. Sungguh ilmu ringan tubuh yang tak mungkin bisa digelar manusia. Aneh tapi nyata ilmu Jejak Kilat yang tadi diperlihatkan Yue Jin itu tak pernah dilihat orang sebelumnya.Kontan saja Grajazhi berteriak marah, "Bangsat kau Yue Jin, kau menipuku, sampai mampus pun aku tak akan bisa menyamai kepandaianmu."Pada saat itu pendeta Quan Bei melesat masuk arena. "Yue Jin, kau harus ikut bertarung lawan orang-orang negeri Himalaya. Kau tak boleh lari bersembunyi lagi.""Aku tak mau...""Kau harus mau, Yue Jin. Ini menyangkut gengsi dat

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-05

Bab terbaru

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 466

    Perempuan itu tampak cantik luar biasa, mataya berbinar- binar dan mulutnya merah merekah. Jiu Long tiba-tiba saja bergairah, ia memberi isyarat pada isterinya. Mayleen menggeleng. "Tak lama lagi kamu sudah harus bertarung, mana sempat lagi. Jiu Long kamu harus bertarung sungguh-sungguh supaya ibu bisa menetap bersama kita, kamu harus menang.""Kamu membela siapa, ayahmu atau suamimu?""Aku membela kamu suamiku, sebab jika kamu menang, aku tidak perlu pulang ke Himalaya selama-lamanya dan ibu bisa menemani kita sampai aku dan Gwangsin melahirkan. Kamu tahu Jiu Long, terkadang aku takut memikirkan saat melahirkan nanti, pasti sakit. Aku akan bahagia jika ibu ada di sampingku. Makanya kamu harus menang."Tidak lama berselang senja pun tiba. Seluruh anggota keluarga hadir, nonton di tepian danau. Tak seorang pun ketinggalan, termasuk Gan Nung, Gan Ning dan keluarga serta murid Partai Naga Emas.Yudistira melangkah santai di atas permukaan danau. Kakinya mela

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 465

    "Boleh saja. Tetapi ada syaratnya. Kamu harus bisa mengalahkan aku dalam pertarungan seru, bagaimana bagus kan syaratnya?"Jiu Long terkejut, apalagi Mayleen. Keduanya berdiri dan memandang dua orangtua itu. "Ayah, apakah aku tidak salah dengar?"Yudistira menjelaskan pertarungan tersebut merupakan bagian dari janjinya pada ayahnya, pendekar Himalaya, Takadagawe. Bagaimanapun juga janji itu harus disempurnakan."Kamu mewakili kakek gurumu, Sun Jian dan aku mewakili ayahku, Takadagawe. Kita tarung, jika kamu menang maka aku akan menetap di sini bersama istriku sampai Mayleen dan Gwangsin melahirkan. Jika aku menang, aku akan tentukan apa yang kumau dan kamu sekeluarga tak boleh ingkar. Aku pikir ini cukup adil.""Tidak bisa begitu, bagaimana mungkin aku harus tarung melawan ayah mertua sendiri, tidak mungkin.""Kamu tidak bisa menghindar, Jiu Long. Ini bagian dari hidup yang sudah kamu jalani, dan bagian dari hidupku juga. Kita bertarung hanya sebat

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 464

    Mendadak saja muncul Yudistira dan Satyawati "Ada kejadian apa? Siapa dua gadis cantik ini?" tanya Satyawati sambil mengamati Hwang Mi Hee dan Jia Li. "Oh kalau kamu, aku pernah melihatmu di Putuo," sambil ia menunjuk Hwang Mi Hee.Jiu Long diam serba salah. Jia Li yang lugu dan berani, menjawab meski sedikit malu-malu, "Kami adalah selir kak Jiu Long."Satyawati terkejut, menutup mulutnya dengan tangan. Tetapi sebelum ibu dan ayahnya mengucap sepatah kata, Mayleen berkata dalam bahasa Himalaya. "Ayah, ibu, aku setuju suamiku mengambil selir. Aku dan Gwangsin berdua tidak mampu melayaninya. Ayah tahu hampir setiap malam bahkan siang juga, suamiku maunya bercinta. Lagipula Jiu Long, Gwangsin dan aku sudah memberitahu mereka, kami berdua adalah isteri sedang mereka berdua hanya selir atau pembantu. Apalagi sekarang aku dan Gwangsin sedang hamil, sudah tentu kami bagaikan permaisuri yang harus dilayani. Sekarang ibu dan ayah mengerti?"Satyawati mengiyakan. "Kamu c

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 463

    Jiu Long berdiri dan menghampiri. Ia memberi hormat dengan menyentuh ujung kaki ayah mertuanya. Yudistira tertawa. Satyawati berdiri di sampingnya ikut tertawa. "Entah sudah berapa kali ia tertawa hari ini, perubahan yang luar biasa," gumam isterinya dalam hati.Sebelah tangan Yudistira memeluk Mayleen, tangan lainnya merangkul Jiu Long. Suara Mayleen terdengar riang, "Ayah, apakah suamiku sudah boleh Memanggil ayah mertua kepadamu?"Yudistira tertawa. "Jiu Long, pergilah memberi hormat pada ibu mertua dan kakak-kakak iparmu"Setelah memberi hormat dan menyalami keluarga isterinya, Jiu Long menghampiri isterinya. Mayleen melompat dan merangkul suaminya. "Aku bahagia sekarang, semua beres. Tak ada lagi ganjalan dalam hatiku, tak ada gundah, tak ada ketakutan, semua sudah selesai dan sesuai keinginanku." Suara Mayleen mesra. Kemudian dia lari menghambur memeluk Gwangsin. "Terimakasih kakak, kamu sudah banyak membantu aku."Keluarga besar itu berangkat kemba

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 462

    Yudistira berkata dingin, "Kamu pintar bicara, apakah kamu sungguh-sungguh mau berkorban jiwa untuk isterimu?""Aku bersungguh-sungguh, aku tak akan melawan, seharusnya aku bunuh diri tetapi aku enggan melakukan perbuatan kaum pengecut. Aku bukan pengecut, aku laki-laki sejati. Inilah jalan yang kupilih, sebagai tanda cintaku kepada putrimu. Tetapi sebagai permohonan terakhir aku minta isteriku dibebaskan dari hukuman, sayangilah dia, cintailah dia." Jiu Long tersenyum pahit.Satyawati dan seluruh keluarga diam terpaku. Keringat dingin. Yudistira menoleh pada putrinya."Kamu mau bicara, bicaralah."Perempuan itu duduk bersanding suaminya, dia merangkul erat lengan suaminya. "Ayah, ibu dan kakak juga kakak ipar, aku ibarat Xionglue yang mencintai suaminya tanpa pamrih. Dalam hidup ini hanya satu kali aku dipilih dan memilih. Aku sudah tentukan pilihanku, dan aku tidak akan bergeser dari pilihanku. Jadi jika ayah membunuh suamiku, maka harus membunuh aku ju

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 461

    Yudistira mendengar semua perkataan Jiu Long, ia tak begitu heran. Sesungguhnya dia tak pernah mengira Jiu Long bisa mengalahkan Wasudeva. Bukankah tadi, beberapa pukulan Wasudeva telak menerpa tubuhnya. Dia masih terpukau dengan jurus yang dimainkan Jiu Long, jurus yang mampu menciptakan pusaran angin topan dingin dan yang terasa sampai radius beberapa tongkat.Ayah Mayleen ini merasa kagum "Ilmu anak muda ini biasa saja, tetapi tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat kelas utama. Bagaimana mungkin seorang yang masih muda bisa memiliki tenaga dalam setinggi itu. Waktu aku seusia dia, tenaga dalamku tak sehebat dia," katanya dalam hati.Pada waktu itu, sang nakhoda perahu menghampiri Mayleen yang masih duduk di sisi suaminya. Ia membungkuk memberi hormat."Nona yang mulia, kami sudah terdesak waktu, harus berangkai secepatnya demi menghindari angin topan di laut dekat Malaka. Jika tidak berangkat hari ini, kami harus menunda tujuh hari dan semua pedagang ini akan

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 460

    Memang benar adanya, pikiran Jiu Long terganggu. Beberapa jurus berikutnya, dua pukulan menerpa dada dan pundaknya. Wasudeva berteriak, "Mampus kamu" Wasudeva menambah bobot serangan sambil berkata tajam, "Mayleen akan kupaksa melahirkan anak-anakku, ia kuperkosa dengan kasar setiap hari, tak pernah berhenti dan kamu akan menyaksikan itu dari dalam kuburanmu" Teringat akan sifat angin yang bisa melenyapkan suara apa saja, Jiu Long sadar bahwa dia tidak boleh membiarkan tenaga suara lawan mengganggunya. Dia kemudian meredam suara keras di telinganya dengan mendengarkan desir angin sepoi, "dengarlah suara angin, suara keindahan alam, suara dari alam kemerdekaan."Dia berhasil menetralisir tekanan dan magis sihir suara lawannya. Meskipun demikian dia tetap menangkap kata-kata tajam Wasudeva yang menghina isterinya. Ungkapan jorok dan kasar lawannya itu telah mendorong amarahnya melewati puncak kesabaran.Dalam marahnya secara spontan Jiu Long memutar tubuh bagai gasing, g

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 459

    "Terimakasih atas kemurahan hati paduka tuan, hamba yang rendah hanya butuh sedikit waktu untuk menghilangkan capek." Dia kemudian memainkan empat posisi semadi Angin Es dan Api. Dalam sekejap, uap tipis melayang di atas kepalanya. Hanya dalam waktu yang sangat singkat Jiu Long sudah siap. "Pendekar Wasudeva yang terhormat, silahkan tuan memilih tempat pertarungan."Tenaga dalam Jiu Long sudah pulih seperti sediakala. Ia tidak terluka parah. Hanya kena guncangan yang tidak terlalu berbahaya. Ketika pukulan menerpa pundaknya, saat itu juga tenaga Angin Es dan Api yang melapisi tubuh Jiu Long telah memunahkan sebagian besar pukulan lawan. Itu sebab dia hanya butuh sedikit waktu untuk memulihkan diri.Tadi ketika darah menetes dari ujung mulut Jiu Long, tangan Mayleen dingin, basah dan berkeringat. Sekarang wanita cantik itu tampak tenang, dia percaya kekasihnya akan menyelesaikan kemelut persoalan keluarganya.Yudistira merasa heran bercampur kag

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 458

    Jiu Long terkesiap. Jurus lawan itu aneh, pukulan yang mengarah ke kiri mendadak bisa berubah ke kanan, atas menjadi bawah dan sebaliknya. Saat itu Jiu Long masih dalam pemulihan tenaga. Ia bergerak pesat, mengelak jika tahu diri terancam, merunduk dan melompat untuk menghindar, geraknya tidak leluasa karena tenaganya belum pulih. Tendangan Wasudeva menerpa pahanya dan jiwanya kini terancam jurus lawan yang mengarah titik kematian. Dia teringat pesan Sepuh, "jika terdesak, tangkis dan balas menyerang. Jangan bertahan, karena menyerang adalah lebih menguntungkan."Dan Jiu Long tak lagi mengelak, ia balas menyerang. Serangan lawan dibalas serangan. Jiu Long bergerak bagai pusaran, tangan membuat lingkaran, tubuhnya ikut berputar seperti gaya menari.Tujuh kali terdengar bentrokan tangan. Wasudeva merasa pukulannya membentur tembok yang bersifat membal. Dia heran bagaimana mungkin seorang yang sudah terluka tenaga dalamnya masih punya tenaga sehebat itu. Hal ini membuat d

DMCA.com Protection Status