Semua Bab Legenda Raja Pendekar: Bab 141 - Bab 150

463 Bab

JILID 141 | Jiu Long Maju

Tian Shan menoleh pada Sempai Chu. "Maaf Quan Bei, sudah bertahun-tahun aku mencari orang ini yang namanya Sempai Chu, ia tak boleh tarung dengan siapa pun, ia harus membayar hutang darah padaku!"Berkata demikian Tian Shan langsung menyerbu Sempai Chu dibuat kalang kabut menangkis. Dalam gelanggang tarung terjadi perkelahian sengit. Quan Bei berteriak keras. "Tian Shan kuharap dengan segala hormat, pandanglah mukaku, jangan merusak jamuanku, semua pertarungan harus ada tata kramanya. Hentikan dulu amarahmu."Bersamaan dengan itu empat pendekar yang dari tadi berdiri di belakang Quan Bei melesat ke dalam gelanggang. "Tahan!"Tian Shan menghentikan serangannya. Tadi orang hanya melihat bayangan berkelebat mengurung Sempai Chu. Tahu-tahu bayangan itu hilang dan Tian Shan terlihat berdiri tenang, lima tongkat dari Sempai Chu yang masih kalang kabut menangkis. Hebat gerakan Tian Shan. Sebagian orang meleletkan lidah, kagum, melihat ilmu ringan tubuh yang begitu ting
Baca selengkapnya

JILID 142 | Hutang Nyawa, Bayar Nyawa

Tertawa Sempai Chu terhenti. Ia mendelong menatap Jiu Long. Ia cukup terkejut mendengar pameran tawa Jiu Long yang begitu menakjubkan. Bahkan hampir semua orang di situ tercengang akan tenaga dalam Jiu Long. Hampir tak masuk akal ada seorang muda yang memiliki tenaga dalam setinggi itu. Kalau muridnya saja sudah begitu jago, bagaimana lagi dengan Yu Jin gurunya, gumam sebagian orang.Sempai Chu menatap wajah anak muda di depannya. Ia melihat sinar mata yang tenang, bening dan sangat dalam. Tiba-tiba ia sadar, anak muda ini memiliki kepandaian yang sulit diukur tingginya. Melihat dari sinar matanya maka pameran tenaga dalam lewat tertawa tadi itu bukan isapan jempol belaka. Ada rasa enggan menyeruak dalam sanubarinya, ia merasa gentar. Sempai Chu cepat mengusir dan mengubur perasaan enggan dan takut itu. "Aku harus waspada, tak boleh main-main, kalau perlu satu serangan, ia modar, itu lebih baik!"Berpikir demikian, ia merogoh senjata dari balik jubahnya yang longgar. S
Baca selengkapnya

JILID 143 | Sempai Chu

Perasaan takut itu kembali menghantuinya, untuk mengatasinya Sempai Chu berteriak keras. "Bukan aku yang mati, tetapi kau yang akan kukirim ke neraka, anak bangsat!"Jiu Long menyerbu dengan jurus Balaraksha. Hawa panas keluar dari sepasang tangannya. Sempai Chu terkejut, mundur dengan menggelinding ke belakang. Orang-orang terkejut melihat Sempai Chu begitu terdesak. Hebat anak muda ini, begitu gumam penonton.Pukulan Jiu Long tegas mengarah kepala Sempai Chu yang mau tidak mau harus menangkis dengan tongkat. Sempai Chu mengeluh, karena kalah tenaga. Sedang Jiu Long merasa senang dan yakin akan segera menghabisi lawannya. Ia tak tahu bahwa Sempai Chu sedang memasang perangkap. Ketika terjadi benturan tangan dengan tongkat, Sempai Chu naik ke atas. Ia bukan menendang, tetapi menyaruk tanah dengan kaki dan menghantamkannya ke wajah Jiu Long. Sementara tangan yang memegang tongkat mengemplang kepala Jiu Long.Dalam sekejap saja, dari posisi terdesak, Sempai Chu berubah menjadi unggul mu
Baca selengkapnya

JILID 144 | Aku sudah melunasi hutang nyawa orangtuaku

Setelah meniup satu kali, Jiu Long masih menambah lagi tiupan susulan yang lebih bertenaga. Asap racun bergerak dengan tenaga besar ke wajah lawan. Sempai Chu bukannya takut akan asap racun itu, karena ia tadi sudah menelan pemunahnya.Tetapi ia terkejut karena tak menyangka Jiu Long dalam keadaan tarung, masih bisa meniup dengan tenaga besar. Hampir tak masuk akal.Bagi lain orang mungkin tak masuk akal dan mustahil, tetapi bagi Jiu Long yang telah menguasai Angin Es dan Api hal itu tak terlalu sulit. Semua berlangsung ringkas dan cepat. Tiga gerakan Jiu Long itu bukan cuma meloloskan diri dari ancaman bahaya, malahan berbaik mencelakakan Sempai Chu.Terdengar teriakan Sempai Chu. Tangannya seperti masuk ke dalam pusaran berkekuatan tenaga dahsyat. Ia tak berdaya mengatasinya. Tulang tangannya patah di beberapa bagian.Tetapi itu belum semua! Tangan Jiu Long yang berputar mendadak diluruskan ke depan. Sekali lagi Sempai Chu berteriak. Beberapa tulang dadanya remuk.Sempai Chu terlemp
Baca selengkapnya

JILID 145 | 3 Murid Zhang Ma

Semua mata memandang Jiu Long dengan kagum Orang tak pernah menyangka ia bisa menang. Pertarungan berlangsung singkat tapi begitu mencekam dan dipenuhi saat-saat berbahaya. Bahkan disebut yang paling seru dan bahaya sejak tadi pagi.Jiu Long memandang ke tenda Zhang Ma. Dilihatnya lelaki itu, kurus kering bertelanjang dada dan bercelana hitam sebatas lutut. Zhang Ma duduk dengan pongah. Tiga muridnya berdiri di dekatnya. Amarah Jiu Long meluap."Zhang Ma, keluar kau, hayo kita jajal siapa lebih jago!" Tantangan Jiu Long itu menggema ke mana-mana. Semua mata memandang bergantian, dari Jiu Long ke arah Zhang Ma.Tapi Zhang Ma duduk tenang, ia meludah ke tanah. "Puuii! Kau pikir dengan mengalahkan Sempai Chu pendekar goblok itu, kau sudah bisa melawanku? Aku malas meladenimu!"Murid Zhang Ma yang paling tua, Kalabe Cuan, berseru lantang. "Hei, dulu aku tendang pantatmu, kau lari terkencing-kencing. Sekarang tak tahu diri menantang guruku."Murid yang kedua, Kalabe Chin ikut nimbrung. "Ka
Baca selengkapnya

JILID 146 | Ilmu Roh kuburan hitam

Jen Ting melihat-lihat ke sekeliling. Matanya menetap di tenda Zhang Ma. Ia melihat iblis tua itu sedang memejamkan mata dengan duduk bersila. Jen Ting berbisik pada Tian Shan yang duduk di sampingnya. "Kakak, kau lihat Zhang Ma! Aku yakin ia sedang mengirim ilmu jarak jauh untuk mengacau pikiran Jiu Long. Seperti kecurangan yang ia lakukan kepada Sindu Wang pendekar Ujung Jainye itu."Bukan saja Jen Ting dan Tian Shan, tetapi Yu Jin, Liu Xing dan rombongan Yuan Shu juga bisa membaca ketidakberesan yang sedang mengganggu Jiu Long. Tiba-tiba Im ji hye berkata kepada tokoh separuh baya yang dari tadi berdiam diri. "Paman Liang Zhipu, berbuatlah sesuatu, tarung itu tidak adil!"Liang Zhipu, tokoh misterius itu menjawab dengan menggumam. "Tak usah khawatir, aku pikir tak lama lagi Jiu Long akan tertawa keras yang pasti akan melenyapkan pengaruh sihir kuburan Chengdu."Suara yang seperti bergumam itu hanya didengar oleh Jen Ting dan orang sekitarnya. Orang lain tidak mendengar karena suara
Baca selengkapnya

JILID 147 | Jiu Long pasrah

Mendadak, cahaya itu datang kembali. Pikirannya menjadi terang. Kalimat itu cuma menjelaskan bagaimana sikap jiwa yang pasrah pada saat kematian akan datang. Kalimat itu terpecahkan sudah! Terpecahkan justru pada saat Jiu Long dalam keadaan kritis! "Hendaknya aku menjadi perahumu untuk menyeberangi lautan kesusahan". Kalimat itu artinya sederhana sekali. Jiu Long sadar, "menyeberangi kesusahan' artinya Menyeberangi dunia Menjalani Kematian. Dan ’Aku menjadi perahumu’ artinya sesuatu yang kosong. Sesuatu yang hampa! Ternyata kalimat itu hanya satu sikap jiwa, kunci lain yang tak kalah penting adalah gerak yang diperlihatkan penari Naga.Tadi malam, penari itu menuturkan bahwa ia bergerak ke kanan karena ia sepertinya menerima tenaga dorong dari kiri. Ia bergerak ke depan juga lantaran karena adanya tenaga dorong dari belakang atau dari arah berlawanan.Jiu Long berlaku nekad. Ia yakin ampuhnya tenaga Angin Es dan Api. Ia pernah merasakan bobot pukul
Baca selengkapnya

JILID 148 | Kebangkitan Inti Naga Emas Pamungkas

Mata Jen Ting membelalak. Ia melihat kekasihnya menggelar ilmu Inti Naga Emas Pamungkas dan ia tahu persis Jiu Long belum mampu memainkan ilmu itu. Jiu Long bunuh diri! Tubuh Jen Ting kejang, dia tahu dia tak lagi akan melihat Jiu Long. Jen Ting menutup mata dan menghela napas. Habis sudah segala-galanya. Tamat!Tian Shan, Liu Xing, Im ji hye, dan semua orang di kubu Jiu Long menghela napas membayangkan matinya seorang murid Partai Naga Emas yang begitu penuh bakat. Tubuh mereka membeku! Perasaan mereka semua mati!Hanya dua orang di situ yang menatap dengan harap-harap cemas, Yu Jin dan Liang Zhipu!Terdengar pekik mengerikan dari gelanggang tarung. Tangchi terlempar dua tongkat. Darah menyembur dari mulutnya. Ia mati sebelum tubuhnya menyentuh tanah. Apa yang terjadi?Itulah saat di mana Misteri Inti Naga Emas Pamungkas terkuak oleh Jiu Long. Pada akhirnya terlihatlah betapa sederhananya ilmu Inti Naga Emas Pamungkas itu. Inti
Baca selengkapnya

JILID 149 | Zhang Ma Mengamuk

Kalabe Cuan dan Kalabe Chin memekik dahsyat. Zhang Ma yang sedang memusatkan perhatian terkejut setengah mampus. Mana mungkin di dalam keadaan di atas angin, mendadak saja Tangchi bisa mati?Kejadian itu begitu cepat. Semua orang terkejut. Lagi-lagi Jiu Long memperlihatkan hasil di luar dugaan. Dalam keadaan terdesak hebat dan terancam jiwanya, bukannya dia yang mati malahan lawan yang mati. Mati secara mengerikan!Ketika mendengar jeritan mengerikan, tanpa kontrol lagi Jen Ting membuka matanya. Ia tahu, itu bukan suara Jiu Long. Tapi toh matanya membelalak melihat Jiu Long segar bugar, malahan salah satu lawannya mati.Tanpa sadar mata Jen Ting basah. Ia menangis melihat keberhasilan kekasihnya "Oh Jagad Dewa, akhirnya ia berhasil menembus misteri itu!"Gwangsin tak mengerti perkataan Jen Ting. "Apa, kenapa kak?""Dia berhasil memecahkan misteri ilmunya, bahkan jurusnya menjadi dahsyat!" tutur Jen Ting sambil tersenyum.Di gelanggang tarung
Baca selengkapnya

JILID 150 | Pertemuan

Liu Xing sengaja memotong jalannya Zhang Ma Pertemuan antara dua jago di tengah udara ini cukup menggemparkan. Terdengar beberapa kali bentrokan tangan dan kaki, sebelum dua jago itu memisahkan diri. Keduanya saling tatap!"Zhang Ma, kau berilmu tinggi. Anak muda itu sudah kehabisan tenaga menghadapi empat lawan!" Sambil bicara pendeta Quan Bei memasang kuda-kuda.Zhang Ma terdiam, matanya melotot. Ia memandang tak percaya kepada tiga muridnya. Dua sudah mati Kalabe Cuan masih hidup tapi seperti sudah mati. Zhang Ma menghampiri Kalabe Cuan. Airmatanya berlinang melihat penderitaan muridnya. "Guru, sempurnakanlah aku. Maafkan aku, guru. Aku belum sanggup membalas budimu. Sempurnakan aku, guru!"Zhang Ma dengan berlinang airmata menekan dada muridnya Kalabe Cuan mati sudah!Orangtua kurus itu menatap Jiu Long dengan sinar mata yang sulit dibaca artinya Tatapan mata itu punya arti tunggal, kematian mengerikan. Kebetulan Jiu Long pun sedang menatapnya. Tak te
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
47
DMCA.com Protection Status