Home / Pendekar / Legenda Raja Pendekar / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Legenda Raja Pendekar: Chapter 161 - Chapter 170

463 Chapters

JILID 162 | Quan Bei vs Liang Zhipu

Tak ada orang bersuara. Sunyi senyap. Quan Bei kembali mengulang tantangannya. Sesosok bayangan melesat masuk arena. Dialah Liang Zhipu, tokoh sakti yang misterius yang menyertai rombongan Yuan Shu. "Pendeta berbudi luhur, semua orang tahu kehebatanmu. Tapi belum ada yang melihat secara langsung caramu bertarung. Mereka ingin melihat kehebatanmu, tapi tak ada yang berani mencoba. Biar aku, Liang Zhipu, yang menjadi mitra tandingmu, maafkan aku dan tolong berlaku murah padaku!" "Kau terlalu merendah, Liang Zhipu. Aku sudah lama mengagumimu!"Dua pendekar ternama langsung saling gebrak membuat semua orang meleletkan lidah. Quan Bei tanpa segan-segan memainkan ilmu Brahmana Suci yang terdiri 21 jurus. Ilmu Wuwei ini mengambil panutan pada sifat Guntur dan Badai. Itu sebabnya terkadang pukulan Quan Bei berbunyi bagai suara guntur dan badai. Tenaga besar dan bunyi yang mengguntur membuat gebrak Quan Bei ini sangat berwibawa.Liang Zhipu, tokoh misterius dari is
Read more

JILID 163 | Yang Terpilih

Tak seorang pun yang keluar menantang dua tokoh sakti itu. Ilmu dua orang itu sudah terbukti kehebatannya."Baik, kalau demikian, sudah tiga orang yang terpilih dari lima yang kita cari. Aku si pendeta Quan Bei, Liang Zhipu dan Pendekar Huangshan. Siapa yang tidak setuju atau keberatan silahkan angkat suara."Hening, tak ada suara. Kemudian terdengar suara tertawa bagaikan ringkik kuda, panjang, kering dan bergelombang.Begitu suara tawa itu berhenti, dari kemah sebelah timur melayang sesosok bayangan ke arena. Zhang Ma!"Pendeta Quan Bei, tiga orang pilihan itu kurasa tidak ada lagi yang menantang. Itu artinya semua orang setuju. Kini masih tersisa dua lowongan, aku mau satu. Kalau tak ada yang menantangku, berarti aku terpilih. Sebenarnya aku ingin tarung lawan pendekar Partai Naga Emas yang kemarin membunuh muridku dan menantang aku, mana dia, apakah masih berani maju menantang aku?"Suara Zhang Ma menggaung dan mengema ke empat penjuru, itu ilm
Read more

JILID 164 | Jiu Long vs Zhang Ma

Setelah tadi secara tidak langsung memperoleh petunjuk pendekar Yue Jin, kini Jiu Long lebih mulus dalam menggelar Big Bang. Jurus handal dari gunung Huang ini kadang diselingi Naga Emas dengan kegesitan enam jurus gerak Jejak Kilat. Pertarungan berlangsung ketat dan sengit. Sampai seratus jurus, kedudukan masih imbang.Dalam hati Zhang Ma heran, empat bulan lalu ia menghajar Jiu Long hanya dengan sekali pukul. Bagaimana mungkin, sekarang anak muda ini bisa mengimbanginya sampai seratus jurus lebih. Tadinya ia menganggap kematian tiga muridnya sebagai keteledoran dan kesemberonoan muridnya. Tetapi kini ia tahu, memang kepandaian Jiu Long sudah tergolong kelas satu.Dalam ilmu ringan tubuh, Jiu Long lebih unggul. Tenaga dalam sama imbang. Zhang Ma unggul dalam pengalaman. Itu sebab pertarungan berlangsung imbang. Memasuki jurus seratus limapuluh Jiu Long sedikit demi sedikit mulai meningkatkan kadar tenaga dan kecepatan dalam tiap geraknya. Zhang Ma mu
Read more

JILID 165 | Lihainya Ilmu kuburan hitam

Penonton menjerit. Jiu Long melempar diri empat langkah ke belakang. Ia muntah darah. Untung baginya tenaga Angin Es dan Api telah melapis dirinya sehingga pukulan tidak sampai telak dan merusak. Sedang Zhang Ma melihat pukulannya berhasil mengena lawan, kontan menyerbu dengan geram. Ia ingin membunuh dan melumat Jiu Long.Mengetahui kondisi kritis Jiu Long melejit dengan jurus melenyapkan diri dari Jejak Kilat. Zhang Ma memburu, Jiu Long melejit dengan Jejak Kilat. Jiu Long merasa dadanya masih sakit. Beberapa saat kemudian rasa sakit itu lenyap. Ia tahu tenaga Angin Es dan Api telah menyembuhkan lukanya,Jiu Long kembali bertarung rapat, kali ini ia mengeluarkan jurus Naga melayang di atas air dari ilmu Naga Emas Pamungkas. Jurus ini dilukiskan sebagai luapan rasa cinta sang naga kepada kekasihnya hingga menari-nari diatas air. Tanpa sadar Jiu Long memilih jurus ini karena melihat Zhang Ma berubah menjadi Jen Ting di hadap
Read more

JILID 166 | Ilmu Paling Handal

Akhirnya Jiu Long pasrah. Sikap jiwa saat menggunakan Inti Pamungkas itu Jiu Long memilih sikap Naga melayang di atas air sebagai pernyataan cintanya, "Kalau pun mati tak apalah asal kau tahu betapa cintaku padamu". Dua tangan Jiu Long menyongsong pukulan lawan. Kakinya ditekuk ke bawah sehingga tendangan Zhang Ma yang mengarah ke selangkangan akan mendarat di perut.Zhang Ma melihat sepasang mata Jiu Long berbinar namun bergoyang. Ia yakin Jiu Long masih dalam pengaruh sihirnya.Tanpa belas kasihan Zhang Ma menyalurkan seluruh tenaganya kedua tangan. "Mampus kamu!" teriaknya.Saat berikut Zhang Ma mencelos, tenaganya seperti menerobos ke dalam sumur yang tak berdasar. Ia sangat terkejut, berniat hendak menarik kembali tenaganya, tetapi semua sudah terlambat. Tenaganya seperti ditarik dan disedot masuk dalam sumur. Kemudian dari tangan Jiu Long muncul keluar gelombang tenaga besar yang luar biasa dinginnya.Tenaga itu menerobos melalui tangan Zhang Ma dan
Read more

JILID 167 | Pendekar Nomor Satu

Jiu Long memberi hormat ke seluruh arena, "Aku yang muda ingin mengumumkan bahwa sejak hari ini Partai Naga Emas tak lagi punya ikatan perguruan dengan Yun Ching. Dia murid busuk yang berkhianat yang menaruh racun pelemas tulang ke sumur perguruan. Akibatnya kami semua keracunan sehingga lawan dengan mudah mengalahkan kami. Perlu diketahui bahwa ia sebenarnya adalah murid keturunan partai Naga Hitam, nama aslinya Jaranan, kini ia menjabat ketua partai itu."Pengumuman itu sangat mengejutkan. Baru sekarang terungkap tabir misteri mengapa perguruan sehebat Partai Naga Emas sampai hancur dan nyaris punah duapuluh lima tahun yang lalu.Quan Bei memecahkan kesunyian "Hayo, siapa lagi yang mau menantang Jiu Long, ketua Partai Naga Emas yang baru ini. Atau mungkin menantang Antahuang ketua perguruan Pedang Tanpa Suara?" Jiu Long beranjak hendak meninggalkan gelanggang tarung, ketika terdengar suara bentakan nyaring, "Tunggu!"Seorang wanita cantik melangka
Read more

JILID 168 | Harus Punya Kehormatan

"Malini, rupanya kau masih mengenali aku. Itu sebab kamu menyerangku, kamu ingin membunuhku, agar kau bisa memfitnah Jiu Long dengan leluasa, bukan? Aku heran di dunia ini ada perempuan macam kamu yang tak kenal malu.""Kau belum mati rupanya, seharusnya kamu jangan muncul supaya bisa hidup lebih lama lagi.""Maksudmu, kamu mau membunuh aku?""Hari ini aku sungguh akan mencabut nyawamu!" Berkata demikian perempuan dari negeri Himalaya itu menyerbu Gwangsin dengan serangan beruntun. Jiu Long tak tinggal diam, ia tahu Gwangsin tak akan bisa menangkal serangan dahsyat itu. Segera terjadi pertempuran sengit antara Jiu Long dan Malini. Jurus demi jurus berlalu dengan cepat, tanpa terasa pertarungan memasuki jurus yang ketigapuluh.Pada saat itu melayang sesosok bayangan ke arena. Seorang lelaki dengan pakaian aneh masuk arena. Bercelana longgar yang diikat di pergelangan kaki. Bajunya sempit, tanpa lengan dengan dada terbuka, memperlihatkan bulu dadanya yang l
Read more

JILID 169 | Dong Zhuo Datang

"Aku tak pernah ketemu dengan Sepuh Sun Jian. Aku tak tahu beliau ada di mana. Kalau kau memang punya hutang piutang dengan beliau, kamu alihkan padaku. Aku yang bertanggungjawab atas semua hutang piutang Partai Naga Emas!""Begitu pun bagus. Kamu sebagai ketua Partai Naga Emas, kamu yang bertanggungjawab. Juga kudengar kamu tadi mengatakan kamu sudah menguasai ilmu tingkat tinggi perguruanmu yang bernama jurus Inti Naga Emas Pamungkas. Baiklah kita akan berjumpa satu bulan lagi di tempat pertama kali kita jumpa". Selesai berkata, Kumarawet memegang tangan Malini, keduanya bergandengan meninggalkan gelanggang tarung seperti melayang saja. Ilmu ringan tubuh yang diperlihatkan tidak berada di bawah jago-jago dataran tengah.Jiu Long mengucap terima kasih kepada empat pendekar Wuwei itu. Ia menggenggam tangan Gwangsin dan meninggalkan gelanggang tarung.Wong Anta, yang tertua dari keempat pendekar itu melontarkan pertanyaan ke sekeliling arena
Read more

JILID 170 | Siasat Yun Ching

"Bohong kamu, anak buahku kamu bunuh, mana bisa ada urusan seperti itu! Ternyata Yun Ching benar, kau memang penjahat yang berpura-pura menjadi pendekar berjiwa ksatria!"Mendengar nama Yun Ching, secara naluriah Jiu Long berpaling memandang kemah di mana ia melihat Sempai Chu menginap bersama Yun Ching kemarin. Sekilas ia melihat bayangan berkelebat dan jerit suara anak kecil memanggil, "Kakek!"Saat itu juga Jiu Long melesat menggunakan jurus Jejak Kilat. Gerakan Jiu Long susah diikuti mata. Dalam keadaan terdesak tenaga Angin Es dan Api memperlihatkan keampuhannya, dorongan tenaga yang begitu besar membuat gerakannya cepat dan pesat seperti kelebatnya kilat.Sesaat kemudian Jiu Long sudah mengancam Yun Ching yang lari sambil memondong seorang gadis kecil. Dalam hal ilmu ringan tubuh Yun Ching berada di bawah kemampuan Jiu Long, apalagi dengan memondong tubuh gadis kecil itu, maka dalam sekejap mata Jiu Long sudah mendekat. Tahu sulit melolos
Read more

JILID 171 | Utusan Himalaya

Tetapi sebelum kumpulan orang-orang itu bubar turun gunung, lima orang dengan dandanan dan wajah yang asing mendekati gelanggang tarung. Semua orang memandang kelompok orang asing itu dengan heran dan takjub.Seorang di antaranya perempuan. Ia cantik berkulit putih bersih mengenakan celana dan kemeja panjang, warna hitam Ia maju sambil merangkap dua tangan memberi hormat kepada semua orang di situ. "Kami utusan dari Himalaya, kami ingin berjumpa dengan pimpinan persilatan dataran tengah."Suara gadis itu terdengar bening dan empuk, meski logatnya kaku dan patah-patah. Dong Zhuo menjawab spontan, "Di dataran tengah ini belum ada seorang pemimpin persilatan atau yang disebut sebagai orang nomor satu. Kami belum pernah melakukan pemilihan seperti itu. Tapi nona bisa ketemu dengan ketua Wuwei, pendeta Quan Bei yang cukup bijaksana dan berilmu tinggi, ini dia orangnya."Gadis itu membungkuk menghormat. "Nama saya Mei Hwa, saya mengucap selamat panjang umur bagi ketua
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
47
DMCA.com Protection Status