Setelah meniup satu kali, Jiu Long masih menambah lagi tiupan susulan yang lebih bertenaga. Asap racun bergerak dengan tenaga besar ke wajah lawan. Sempai Chu bukannya takut akan asap racun itu, karena ia tadi sudah menelan pemunahnya.Tetapi ia terkejut karena tak menyangka Jiu Long dalam keadaan tarung, masih bisa meniup dengan tenaga besar. Hampir tak masuk akal.Bagi lain orang mungkin tak masuk akal dan mustahil, tetapi bagi Jiu Long yang telah menguasai Angin Es dan Api hal itu tak terlalu sulit. Semua berlangsung ringkas dan cepat. Tiga gerakan Jiu Long itu bukan cuma meloloskan diri dari ancaman bahaya, malahan berbaik mencelakakan Sempai Chu.Terdengar teriakan Sempai Chu. Tangannya seperti masuk ke dalam pusaran berkekuatan tenaga dahsyat. Ia tak berdaya mengatasinya. Tulang tangannya patah di beberapa bagian.Tetapi itu belum semua! Tangan Jiu Long yang berputar mendadak diluruskan ke depan. Sekali lagi Sempai Chu berteriak. Beberapa tulang dadanya remuk.Sempai Chu terlemp
Semua mata memandang Jiu Long dengan kagum Orang tak pernah menyangka ia bisa menang. Pertarungan berlangsung singkat tapi begitu mencekam dan dipenuhi saat-saat berbahaya. Bahkan disebut yang paling seru dan bahaya sejak tadi pagi.Jiu Long memandang ke tenda Zhang Ma. Dilihatnya lelaki itu, kurus kering bertelanjang dada dan bercelana hitam sebatas lutut. Zhang Ma duduk dengan pongah. Tiga muridnya berdiri di dekatnya. Amarah Jiu Long meluap."Zhang Ma, keluar kau, hayo kita jajal siapa lebih jago!" Tantangan Jiu Long itu menggema ke mana-mana. Semua mata memandang bergantian, dari Jiu Long ke arah Zhang Ma.Tapi Zhang Ma duduk tenang, ia meludah ke tanah. "Puuii! Kau pikir dengan mengalahkan Sempai Chu pendekar goblok itu, kau sudah bisa melawanku? Aku malas meladenimu!"Murid Zhang Ma yang paling tua, Kalabe Cuan, berseru lantang. "Hei, dulu aku tendang pantatmu, kau lari terkencing-kencing. Sekarang tak tahu diri menantang guruku."Murid yang kedua, Kalabe Chin ikut nimbrung. "Ka
Jen Ting melihat-lihat ke sekeliling. Matanya menetap di tenda Zhang Ma. Ia melihat iblis tua itu sedang memejamkan mata dengan duduk bersila. Jen Ting berbisik pada Tian Shan yang duduk di sampingnya. "Kakak, kau lihat Zhang Ma! Aku yakin ia sedang mengirim ilmu jarak jauh untuk mengacau pikiran Jiu Long. Seperti kecurangan yang ia lakukan kepada Sindu Wang pendekar Ujung Jainye itu."Bukan saja Jen Ting dan Tian Shan, tetapi Yu Jin, Liu Xing dan rombongan Yuan Shu juga bisa membaca ketidakberesan yang sedang mengganggu Jiu Long. Tiba-tiba Im ji hye berkata kepada tokoh separuh baya yang dari tadi berdiam diri. "Paman Liang Zhipu, berbuatlah sesuatu, tarung itu tidak adil!"Liang Zhipu, tokoh misterius itu menjawab dengan menggumam. "Tak usah khawatir, aku pikir tak lama lagi Jiu Long akan tertawa keras yang pasti akan melenyapkan pengaruh sihir kuburan Chengdu."Suara yang seperti bergumam itu hanya didengar oleh Jen Ting dan orang sekitarnya. Orang lain tidak mendengar karena suara
Mendadak, cahaya itu datang kembali. Pikirannya menjadi terang. Kalimat itu cuma menjelaskan bagaimana sikap jiwa yang pasrah pada saat kematian akan datang. Kalimat itu terpecahkan sudah! Terpecahkan justru pada saat Jiu Long dalam keadaan kritis! "Hendaknya aku menjadi perahumu untuk menyeberangi lautan kesusahan". Kalimat itu artinya sederhana sekali. Jiu Long sadar, "menyeberangi kesusahan' artinya Menyeberangi dunia Menjalani Kematian. Dan ’Aku menjadi perahumu’ artinya sesuatu yang kosong. Sesuatu yang hampa! Ternyata kalimat itu hanya satu sikap jiwa, kunci lain yang tak kalah penting adalah gerak yang diperlihatkan penari Naga.Tadi malam, penari itu menuturkan bahwa ia bergerak ke kanan karena ia sepertinya menerima tenaga dorong dari kiri. Ia bergerak ke depan juga lantaran karena adanya tenaga dorong dari belakang atau dari arah berlawanan.Jiu Long berlaku nekad. Ia yakin ampuhnya tenaga Angin Es dan Api. Ia pernah merasakan bobot pukul
Mata Jen Ting membelalak. Ia melihat kekasihnya menggelar ilmu Inti Naga Emas Pamungkas dan ia tahu persis Jiu Long belum mampu memainkan ilmu itu. Jiu Long bunuh diri! Tubuh Jen Ting kejang, dia tahu dia tak lagi akan melihat Jiu Long. Jen Ting menutup mata dan menghela napas. Habis sudah segala-galanya. Tamat!Tian Shan, Liu Xing, Im ji hye, dan semua orang di kubu Jiu Long menghela napas membayangkan matinya seorang murid Partai Naga Emas yang begitu penuh bakat. Tubuh mereka membeku! Perasaan mereka semua mati!Hanya dua orang di situ yang menatap dengan harap-harap cemas, Yu Jin dan Liang Zhipu!Terdengar pekik mengerikan dari gelanggang tarung. Tangchi terlempar dua tongkat. Darah menyembur dari mulutnya. Ia mati sebelum tubuhnya menyentuh tanah. Apa yang terjadi?Itulah saat di mana Misteri Inti Naga Emas Pamungkas terkuak oleh Jiu Long. Pada akhirnya terlihatlah betapa sederhananya ilmu Inti Naga Emas Pamungkas itu. Inti
Kalabe Cuan dan Kalabe Chin memekik dahsyat. Zhang Ma yang sedang memusatkan perhatian terkejut setengah mampus. Mana mungkin di dalam keadaan di atas angin, mendadak saja Tangchi bisa mati?Kejadian itu begitu cepat. Semua orang terkejut. Lagi-lagi Jiu Long memperlihatkan hasil di luar dugaan. Dalam keadaan terdesak hebat dan terancam jiwanya, bukannya dia yang mati malahan lawan yang mati. Mati secara mengerikan!Ketika mendengar jeritan mengerikan, tanpa kontrol lagi Jen Ting membuka matanya. Ia tahu, itu bukan suara Jiu Long. Tapi toh matanya membelalak melihat Jiu Long segar bugar, malahan salah satu lawannya mati.Tanpa sadar mata Jen Ting basah. Ia menangis melihat keberhasilan kekasihnya "Oh Jagad Dewa, akhirnya ia berhasil menembus misteri itu!"Gwangsin tak mengerti perkataan Jen Ting. "Apa, kenapa kak?""Dia berhasil memecahkan misteri ilmunya, bahkan jurusnya menjadi dahsyat!" tutur Jen Ting sambil tersenyum.Di gelanggang tarung
Liu Xing sengaja memotong jalannya Zhang Ma Pertemuan antara dua jago di tengah udara ini cukup menggemparkan. Terdengar beberapa kali bentrokan tangan dan kaki, sebelum dua jago itu memisahkan diri. Keduanya saling tatap!"Zhang Ma, kau berilmu tinggi. Anak muda itu sudah kehabisan tenaga menghadapi empat lawan!" Sambil bicara pendeta Quan Bei memasang kuda-kuda.Zhang Ma terdiam, matanya melotot. Ia memandang tak percaya kepada tiga muridnya. Dua sudah mati Kalabe Cuan masih hidup tapi seperti sudah mati. Zhang Ma menghampiri Kalabe Cuan. Airmatanya berlinang melihat penderitaan muridnya. "Guru, sempurnakanlah aku. Maafkan aku, guru. Aku belum sanggup membalas budimu. Sempurnakan aku, guru!"Zhang Ma dengan berlinang airmata menekan dada muridnya Kalabe Cuan mati sudah!Orangtua kurus itu menatap Jiu Long dengan sinar mata yang sulit dibaca artinya Tatapan mata itu punya arti tunggal, kematian mengerikan. Kebetulan Jiu Long pun sedang menatapnya. Tak te
Mereka benar-benar murid Partai Naga Emas. Empat di antaranya adalah murid Wang Xun, murid tertua Sun Zuolin yang mati di medan perang Luoyang. Tiga orang murid Shao Liuyen, murid kedua Sun Zuolin yang gugur di Partai Naga Emas. Dua orang murid Jiu Biao, murid ketiga Sun Zuolin yang mati di Luoyang. Murid keempat Sun Zuolin yang gugur di Luoyang.Tiga murid Sun Zuolin lainnya, Yun Ching, Zsu Tsu dan Jen Ting tidak punya murid karena waktu itu masih terlalu muda. Dua murid Jiu Biao memeluk hangat Jiu Long. Keduanya sudah berusia lebih dari empatpuluhan dengan perawakan sedang. Yang bercambang lebat, orangnya agak hitam, Gan Ning. Yang seorang lagi, rambutnya jarang, bernama Gan Nung. Keduanya gembira bahwa putra guru mereka, sudah berangkat dewasa dengan ilmu yang begitu menakjubkan. Jiu Long pun sangat senang menjumpai Gan Ning dan Gan Nung yang bagaikan keluarga mendiang orangtuanya.Ia memaksa Gan Ning dan Gan Nung bercerita perihal orangtu
Perempuan itu tampak cantik luar biasa, mataya berbinar- binar dan mulutnya merah merekah. Jiu Long tiba-tiba saja bergairah, ia memberi isyarat pada isterinya. Mayleen menggeleng. "Tak lama lagi kamu sudah harus bertarung, mana sempat lagi. Jiu Long kamu harus bertarung sungguh-sungguh supaya ibu bisa menetap bersama kita, kamu harus menang.""Kamu membela siapa, ayahmu atau suamimu?""Aku membela kamu suamiku, sebab jika kamu menang, aku tidak perlu pulang ke Himalaya selama-lamanya dan ibu bisa menemani kita sampai aku dan Gwangsin melahirkan. Kamu tahu Jiu Long, terkadang aku takut memikirkan saat melahirkan nanti, pasti sakit. Aku akan bahagia jika ibu ada di sampingku. Makanya kamu harus menang."Tidak lama berselang senja pun tiba. Seluruh anggota keluarga hadir, nonton di tepian danau. Tak seorang pun ketinggalan, termasuk Gan Nung, Gan Ning dan keluarga serta murid Partai Naga Emas.Yudistira melangkah santai di atas permukaan danau. Kakinya mela
"Boleh saja. Tetapi ada syaratnya. Kamu harus bisa mengalahkan aku dalam pertarungan seru, bagaimana bagus kan syaratnya?"Jiu Long terkejut, apalagi Mayleen. Keduanya berdiri dan memandang dua orangtua itu. "Ayah, apakah aku tidak salah dengar?"Yudistira menjelaskan pertarungan tersebut merupakan bagian dari janjinya pada ayahnya, pendekar Himalaya, Takadagawe. Bagaimanapun juga janji itu harus disempurnakan."Kamu mewakili kakek gurumu, Sun Jian dan aku mewakili ayahku, Takadagawe. Kita tarung, jika kamu menang maka aku akan menetap di sini bersama istriku sampai Mayleen dan Gwangsin melahirkan. Jika aku menang, aku akan tentukan apa yang kumau dan kamu sekeluarga tak boleh ingkar. Aku pikir ini cukup adil.""Tidak bisa begitu, bagaimana mungkin aku harus tarung melawan ayah mertua sendiri, tidak mungkin.""Kamu tidak bisa menghindar, Jiu Long. Ini bagian dari hidup yang sudah kamu jalani, dan bagian dari hidupku juga. Kita bertarung hanya sebat
Mendadak saja muncul Yudistira dan Satyawati "Ada kejadian apa? Siapa dua gadis cantik ini?" tanya Satyawati sambil mengamati Hwang Mi Hee dan Jia Li. "Oh kalau kamu, aku pernah melihatmu di Putuo," sambil ia menunjuk Hwang Mi Hee.Jiu Long diam serba salah. Jia Li yang lugu dan berani, menjawab meski sedikit malu-malu, "Kami adalah selir kak Jiu Long."Satyawati terkejut, menutup mulutnya dengan tangan. Tetapi sebelum ibu dan ayahnya mengucap sepatah kata, Mayleen berkata dalam bahasa Himalaya. "Ayah, ibu, aku setuju suamiku mengambil selir. Aku dan Gwangsin berdua tidak mampu melayaninya. Ayah tahu hampir setiap malam bahkan siang juga, suamiku maunya bercinta. Lagipula Jiu Long, Gwangsin dan aku sudah memberitahu mereka, kami berdua adalah isteri sedang mereka berdua hanya selir atau pembantu. Apalagi sekarang aku dan Gwangsin sedang hamil, sudah tentu kami bagaikan permaisuri yang harus dilayani. Sekarang ibu dan ayah mengerti?"Satyawati mengiyakan. "Kamu c
Jiu Long berdiri dan menghampiri. Ia memberi hormat dengan menyentuh ujung kaki ayah mertuanya. Yudistira tertawa. Satyawati berdiri di sampingnya ikut tertawa. "Entah sudah berapa kali ia tertawa hari ini, perubahan yang luar biasa," gumam isterinya dalam hati.Sebelah tangan Yudistira memeluk Mayleen, tangan lainnya merangkul Jiu Long. Suara Mayleen terdengar riang, "Ayah, apakah suamiku sudah boleh Memanggil ayah mertua kepadamu?"Yudistira tertawa. "Jiu Long, pergilah memberi hormat pada ibu mertua dan kakak-kakak iparmu"Setelah memberi hormat dan menyalami keluarga isterinya, Jiu Long menghampiri isterinya. Mayleen melompat dan merangkul suaminya. "Aku bahagia sekarang, semua beres. Tak ada lagi ganjalan dalam hatiku, tak ada gundah, tak ada ketakutan, semua sudah selesai dan sesuai keinginanku." Suara Mayleen mesra. Kemudian dia lari menghambur memeluk Gwangsin. "Terimakasih kakak, kamu sudah banyak membantu aku."Keluarga besar itu berangkat kemba
Yudistira berkata dingin, "Kamu pintar bicara, apakah kamu sungguh-sungguh mau berkorban jiwa untuk isterimu?""Aku bersungguh-sungguh, aku tak akan melawan, seharusnya aku bunuh diri tetapi aku enggan melakukan perbuatan kaum pengecut. Aku bukan pengecut, aku laki-laki sejati. Inilah jalan yang kupilih, sebagai tanda cintaku kepada putrimu. Tetapi sebagai permohonan terakhir aku minta isteriku dibebaskan dari hukuman, sayangilah dia, cintailah dia." Jiu Long tersenyum pahit.Satyawati dan seluruh keluarga diam terpaku. Keringat dingin. Yudistira menoleh pada putrinya."Kamu mau bicara, bicaralah."Perempuan itu duduk bersanding suaminya, dia merangkul erat lengan suaminya. "Ayah, ibu dan kakak juga kakak ipar, aku ibarat Xionglue yang mencintai suaminya tanpa pamrih. Dalam hidup ini hanya satu kali aku dipilih dan memilih. Aku sudah tentukan pilihanku, dan aku tidak akan bergeser dari pilihanku. Jadi jika ayah membunuh suamiku, maka harus membunuh aku ju
Yudistira mendengar semua perkataan Jiu Long, ia tak begitu heran. Sesungguhnya dia tak pernah mengira Jiu Long bisa mengalahkan Wasudeva. Bukankah tadi, beberapa pukulan Wasudeva telak menerpa tubuhnya. Dia masih terpukau dengan jurus yang dimainkan Jiu Long, jurus yang mampu menciptakan pusaran angin topan dingin dan yang terasa sampai radius beberapa tongkat.Ayah Mayleen ini merasa kagum "Ilmu anak muda ini biasa saja, tetapi tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat kelas utama. Bagaimana mungkin seorang yang masih muda bisa memiliki tenaga dalam setinggi itu. Waktu aku seusia dia, tenaga dalamku tak sehebat dia," katanya dalam hati.Pada waktu itu, sang nakhoda perahu menghampiri Mayleen yang masih duduk di sisi suaminya. Ia membungkuk memberi hormat."Nona yang mulia, kami sudah terdesak waktu, harus berangkai secepatnya demi menghindari angin topan di laut dekat Malaka. Jika tidak berangkat hari ini, kami harus menunda tujuh hari dan semua pedagang ini akan
Memang benar adanya, pikiran Jiu Long terganggu. Beberapa jurus berikutnya, dua pukulan menerpa dada dan pundaknya. Wasudeva berteriak, "Mampus kamu" Wasudeva menambah bobot serangan sambil berkata tajam, "Mayleen akan kupaksa melahirkan anak-anakku, ia kuperkosa dengan kasar setiap hari, tak pernah berhenti dan kamu akan menyaksikan itu dari dalam kuburanmu" Teringat akan sifat angin yang bisa melenyapkan suara apa saja, Jiu Long sadar bahwa dia tidak boleh membiarkan tenaga suara lawan mengganggunya. Dia kemudian meredam suara keras di telinganya dengan mendengarkan desir angin sepoi, "dengarlah suara angin, suara keindahan alam, suara dari alam kemerdekaan."Dia berhasil menetralisir tekanan dan magis sihir suara lawannya. Meskipun demikian dia tetap menangkap kata-kata tajam Wasudeva yang menghina isterinya. Ungkapan jorok dan kasar lawannya itu telah mendorong amarahnya melewati puncak kesabaran.Dalam marahnya secara spontan Jiu Long memutar tubuh bagai gasing, g
"Terimakasih atas kemurahan hati paduka tuan, hamba yang rendah hanya butuh sedikit waktu untuk menghilangkan capek." Dia kemudian memainkan empat posisi semadi Angin Es dan Api. Dalam sekejap, uap tipis melayang di atas kepalanya. Hanya dalam waktu yang sangat singkat Jiu Long sudah siap. "Pendekar Wasudeva yang terhormat, silahkan tuan memilih tempat pertarungan."Tenaga dalam Jiu Long sudah pulih seperti sediakala. Ia tidak terluka parah. Hanya kena guncangan yang tidak terlalu berbahaya. Ketika pukulan menerpa pundaknya, saat itu juga tenaga Angin Es dan Api yang melapisi tubuh Jiu Long telah memunahkan sebagian besar pukulan lawan. Itu sebab dia hanya butuh sedikit waktu untuk memulihkan diri.Tadi ketika darah menetes dari ujung mulut Jiu Long, tangan Mayleen dingin, basah dan berkeringat. Sekarang wanita cantik itu tampak tenang, dia percaya kekasihnya akan menyelesaikan kemelut persoalan keluarganya.Yudistira merasa heran bercampur kag
Jiu Long terkesiap. Jurus lawan itu aneh, pukulan yang mengarah ke kiri mendadak bisa berubah ke kanan, atas menjadi bawah dan sebaliknya. Saat itu Jiu Long masih dalam pemulihan tenaga. Ia bergerak pesat, mengelak jika tahu diri terancam, merunduk dan melompat untuk menghindar, geraknya tidak leluasa karena tenaganya belum pulih. Tendangan Wasudeva menerpa pahanya dan jiwanya kini terancam jurus lawan yang mengarah titik kematian. Dia teringat pesan Sepuh, "jika terdesak, tangkis dan balas menyerang. Jangan bertahan, karena menyerang adalah lebih menguntungkan."Dan Jiu Long tak lagi mengelak, ia balas menyerang. Serangan lawan dibalas serangan. Jiu Long bergerak bagai pusaran, tangan membuat lingkaran, tubuhnya ikut berputar seperti gaya menari.Tujuh kali terdengar bentrokan tangan. Wasudeva merasa pukulannya membentur tembok yang bersifat membal. Dia heran bagaimana mungkin seorang yang sudah terluka tenaga dalamnya masih punya tenaga sehebat itu. Hal ini membuat d