Home / Rumah Tangga / VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU : Chapter 151 - Chapter 160

614 Chapters

BAB 155. POV Duren Fawas.

Happy reading everyone ❤️“Aduh maaf, Mas! Enggak sengaja!” ucap seorang wanita cantik di depanku, dia tak sengaja menumpahkan es krim di kemeja putihku.“Tidak apa-apa, Mbak, ini bisa dibersihkan,” jawabku santai. Anehnya aku menikmati pemandangan unik di depanku ini. Di mana wanita di depanku ini sedang merasa sangat panik karena telah menumpahkan es krim di kemeja putihku.“Ini kartu nama saya kalau nanti kemejanya tidak bisa dibersihkan Masnya bisa hubungi saya dan saya ganti yang baru. Ini maaf sekali saya sedang buru-buru ada meeting dengan klien permisi,” pamitnya. Aku mengangguk saja masih kulihat dengan jelas wajah cantiknya yang panik itu.Kulihat dia membawa satu plastik besar penuh makanan siap saji. Kuekori langkahnya yang semakin menjauh, tapi siapa yang sangka di luar restoran siap saji ini dia membagikan makanan itu kepada orang-orang jalanan. Ini membuatku semakin takjub.Setelah peristiwa tidak sengaja itu hari-hariku entah kenapa dibayangi sosok perempuan itu. Ba
last updateLast Updated : 2022-08-15
Read more

BAB 156. POV Duren Fawas 2

Hari ini tanpa sengaja lagi aku bertemu wanita cantik itu di restoran siap saji ini. Mungkin ini adalah salah satu restoran favoritnya. Lagi-lagi dia membawa bingkisan banyak dan Lagi-lagi, dia membagikannya pada orang-orang jalanan.Aku mengikutinya hingga dia sampai di persimpangan jalan. Luar biasa sekali jarang perempuan zaman modern seperti ini berpenampilan rapi pakai hak tinggi mau jalan panas-panasan membagikan makan siang untuk orang-orang yang lebih membutuhkan.“Permisi, Mbak masih ingat saya?” tanyaku to the point. Ternyata dia kaget dan melongo melihatku yang tiba-tiba sudah ada di belakangnya.“Iya, masih ingat. Kenapa Mas? Apa bajunya tidak bisa dicuci? Kenapa tidak telepon saja?” tanyanya panik.Kenapa perempuan ini selalu terlihat panik, tapi itu justru merupakan daya tarik tersendiri bagiku.“Enggak, Mbak, tapi aku ingin kenalan sama Mbaknya. Pingin ngobrol bolehkah?” tanyaku.Aku merutuki diri sendiri kenapa aku tidak punya harga diri seperti ini dan baru kali ini
last updateLast Updated : 2022-08-15
Read more

BAB 157. POV Duren Fawas 3.

Ah, aku harus mengontrol debaran emosiku. Aku harus mengontrol perasaanku.Aku tidak mau terlalu menggabung-gebu takutnya aku patah hati dan susah lagi untuk bangkit, aku akui aku ini jatuh cinta pada Mbak Sintia, tapi aku harus bisa mengontrolnya. Siapa tahu Mbak Sintia sudah punya calon suami, jadi jika nanti aku menemukan kenyataan lain tidak sesakit seperti dulu saat aku ditinggalkan oleh orang yang sangat aku cintai. Memang sih, keadaannya berbeda karena ini hanya baru perkenalan saja, tapi yang namanya patah hati tetap saja sakit dan bikin hidup terasa tidak semangat.~k~u🌸🌸🌸Satu bulan telah berlalu dan pesan WA-ku tidak pernah dibalasnya lagi. Aku setiap hari hanya bisa melihatnya dari jauh memandangi segala aktivitasnya di restoran cepat saji itu. Dia datang kadang bersama teman-temannya. Kadang-kadang dengan seorang pria yang terlihat sangat akrab, meski hatiku berdenyut sakit, tapi aku mencoba menerima kenyataan akan kutikung dia dengan doa-doaku. Akan kusebut naman
last updateLast Updated : 2022-08-15
Read more

BAB 158. Fawas berpasrah.

Setelah peristiwa aku diacuhkan dan diabaikan oleh Sintia, aku lebih memilih untuk berpasrah saja sama Allah. Menerima datangnya jodoh yang dikirimkannya untukku. Jika benar Sintia memang ditakdirkan untukku cepat atau lambat pasti dia akan datang padaku. Aku akan selalu menyebut namanya dalam doa-doaku.Sekarang yang terpenting bagiku adalah kesehatan kedua anakku Biru dan Jingga mereka permata hatiku yang tidak ternilai harganya yang tidak bisa digantikan dan ditukar dengan apa pun peninggalan mendiang istriku tercinta.Aku akan merawatnya sepenuh hati dan setulus hatiku.Aku akan berusaha menjadi ayah dan sekaligus ibu yang baik untuk Biru dan Jingga. Apalagi keluarga dan orang terdekatku sangat mensupport dan membantuku dalam mengurus ke dua buah hatiku, maka tidak begitu sulit bagiku untuk menjalani dua peran sekaligus.Rasanya perjalananku ini sangat lama macet di mana-mana padahal tadi sewaktu membuntuti Sintia perjalanan terasanya cepat dan mengasyikan.“Pak, ke Perumahan M
last updateLast Updated : 2022-08-15
Read more

BAB 159. Fawas mulai tahu sikap Sintia.

Sintia makin salah tingkah dia berkali mengelap pelipisnya.“Sayang, kalau enggak enak makan yang ini, ya? Mungkin tadi Tante salah masukin garam,” ucap Sintia lembut pada Jingga karena Jingga yang duduk di dekatnya. Jingga mengangguk. Syukurlah.“Uwek, ini juga enggak enak. Asin!” teriak Jingga lagi. Biru ikut mencicipi tanpa bicara aku tahu dari ekspresinya. Pasti itu asin juga.“Em, kalau gitu enggak usah dimakan. Kalian ini bisanya protes! Aku sudah capek-capek masak malah begitu,” ucap Sintia. Meski, lirih aku tahu dia kecewa, tapi tidak semestinya dia pun begitu.Sintia ngambek dia lari ke luar tanpa pamit pada kami.Ibu menyuruhku mengejar Sintia.“Tunggu, Mbak! Eh, Sintia!” cegahku saat dia hendak masuk ke dalam mobilnya. Ajaib! Tadi sewaktu aku masuk rumah tidak lihat mobilnya sekarang kenapa tiba-tiba ada di sini? Apa karena tadi aku buru-buru jadi tidak melihat keadaan sekitar?“Anak-anakmu sepertinya tidak bisa menerimaku, Mas. Padahal aku sudah menerima mereka. Aku sayang
last updateLast Updated : 2022-08-15
Read more

BAB 160. Fawas diingatkan Fais.

“Tentu sayang, nanti kita ziarah ke makam Mamah, ya? Biru mau kan, punya Mamah baru?” tanyaku hati-hati. Biru melirik pada Jingga kemudian mengangguk perlahan.“Pasti maulah, kan, Tante Sintia cantik dan juga baik,” ujar Sintia.“Tapi, Tante harus ikut ke makam Mamah, ya?” ajak Biru.“Apa! Duh, kalau itu Tante tidak bisa, kan, Tante banyak yang harus diurus untuk persiapan pernikahan nanti. Kalian saja, enggak apa-apa, kan? Tante juga lagi datang bulan,” jawab Sintia. Masuk akal juga, sih. Karena orang yang datang bulan kan, memang tidak boleh datang ke makam untuk ziarah.“Kan, tadi Tante Sintia salat Zuhur, kok, datang bulan?” sahut Jingga.“Em ... itu, Tante datang bulangnya baru saja. Kan, memang kalau orang dewasa datang bulan itu tidak bisa diprediksi kapan waktunya,” jawab Sintia. Meski, aneh, sih, tapi kurasa dia tidak berbohong.~k~u🌸🌸“Bro, lu, yakin, mau nikahin itu cewek?” tanya Fais tiba-tiba saat kami sedang di acara pernikahan Zahra adiknya.“Yakin, kenapa, Is? Ngiri,
last updateLast Updated : 2022-08-15
Read more

BAB 161. POV Fawas, WA dari Fais.

Yuk, bantu follow akunku. Wajib like dan juga komentar yaaa.Happy reading ❤️🌸🌸🌸“Bro, anteng aja lu, udah buka WA dariku belum?” tanya Fais. Saat ini kami baru saja selesai membicarakan bisnis keluarga yang berkembang sangat pesat.“Belum, Is, belum sempat,” jawabku singkat.“Segeralah buka atau kamu akan menyesal.”Aku heran dengan Fais dia selalu saja terlalu posesif padaku padahal aku ini abang, harusnya aku yang peduli padanya ini malah kebalikannya.Setelah Fais pergi naik ke atas bermain bersama Biru dan Jingga aku segera mengaktifkan ponselku.Ada banyak sekali pesan masuk salah satunya dari Fais, tapi aku lebih tertarik membuka pesan dari Sintia. Perempuan itu benar-benar sudah membuatku tergila-gila.[Sayang, bagus, enggak?] Sintia mengirim foto dirinya sedang fitting baju pengantin. Sungguh cantik.[Bagus, Sin, tapi kurang tertutup. Ibu bisa marah padamu.] Jawabku jujur. Lagi pula mana bisa keindahan tubuhnya dipamerkan begitu. Aku tidak rela.[Ah, ibumu kudet banget si
last updateLast Updated : 2022-08-16
Read more

BAB 162. POV Fawas. Peringatan untuk Sintia.

Tunggu dulu, apa jangan-jangan Fais beli mawar untuk dia? Bukankah Mbak itu juga punya suami? Ah, enggak benar ini Fais.Tapi, waktu kami bertemu juga dia sendiri sama temannya yang lucu itu. Cantik si, cantik banget malah. Fais tidak boleh ceroboh aku harus kasih tahu dia kalau cewek itu bininya orang.Awalnya pun aku kaget kalau dia sudah punya suami, vibesnya masih gadis. Pandangan pertama dia datang ke sini aku terpesona, tapi setelah tahu bini orang aku buang jauh-jauh apalagi ada Sintia di sisiku.Ah, Fais kamu jangan gegabah!“Jingga, jangan bohong loh, sama Papah?”“Enggak, Jingga enggak bohong, kan kalau bohong dosa, Pah,” jawabnya sungguh menggemaskan.Biasanya memang anak kecil tidak pernah berbohong. Sial! Aku rasa lelah dan kantukku kenapa sirna seketika!Oh, jadi Fais sedang kasmaran pada perempuan itu?Siap-siap saja ambulance untuk bawa korban perkelahian antara Fais dan suami perempuan itu.~K~u🌸🌸🌸“Mas, temenin ke ruko yuk, mau jahit baju!” ajak Wulan.“Entar sore
last updateLast Updated : 2022-08-16
Read more

BAB 163. POV FAWAS, kesal Sintia bikin ulah lagi tidak mau menurut.

~k~u🌸🌸🌸“Mawar lagi?” tanyaku pada Fais yang sedang tertegun memandangi setangkai mawar di tangannya.“Kepo aja, lu!”“Ini untuk perempuan yang tempo hari ke rumah ya, Is? Jangan Is, itu bini orang!”“Sok, tahu, lu!” jawab Fais seraya berlalu kembali pulang pasti dia akan mengirimkan mawar itu diam-diam.“Mas, ada Sintia, tuh!” ucap Lintang.“Biarin lah, Dik. Betewe aku enggak liat Wulan, ke mana dia?”“Lagi ke rumah Bulek, Mas, mereka mau ambil baju untuk acara kamu besok. Di ruko itu.”“Kenapa Mas, kok, ngalamun gitu? Jangan bilang kamu terpesona juga sama Mbak Fatki? Cantik sih, makanya pada suka. Ingat sudah ada Mbak Sintia. Itu juga cimciman Fais. Jangan sampai kalian berantem lagi,” ucap Lintang seraya mengacak rambutku. Jadi, namanya Fatki, tapi kan, dia bini orang? Kok Fias nekat sekali.“Sayang!” panggil Sintia.“Iya, Mbak Fatki. Eh, Sintia!” Duh, salah ngomong lagi, gara-gara obrolan dengan Lintang jadi salah sebut nama.“Kok, Fatki! Siapa dia?” tanya Sintia kesal.“Buka
last updateLast Updated : 2022-08-16
Read more

BAB 164. Mas Fais terlalu semangat menjemput.

🌸🌸🌸🌸“Mbak Fatki, ada Mas Fais di bawah!” teriak Susanti dari pintu masuk. Padahal ngomong biasa aja aku pun dengar. Ck, dasar anak ini selalu saja mengganggu konsentrasiku menjahit.“Lanjutin dulu, nih, tolong, ya?”“Ck, aku mau siap-siap. Besok lagi aja Mbak, jahitnya. Nanti Mas Fais nunggunya kelamaan,” ucap Susanti dia mengambil handuknya dan hendak masuk kamar mandi.“Lah, memang ada apa? Kok, Mas Fais nunggu kamu segala?”tanyaku tak paham. “Perasaan umur belum tua, loh! Kok, pelupa sih, Mbak?” jawab Susanti dia terlihat kesal.“Beneran, San, Mbak lodingnya lama, nih. Banyak jahitan jadi spaneng nih, otak,” jawabku jujur.“Bulek, dulu nyidam apa sih, pas hamil Mbak Fatki. Kok, keluarnya begini? Selain cantiknya diborong sendiri, stupidnya juga. Ha ha ha ....” ejek Susanti.“Enggak ngidam apa pun, San. Bulek hanya pingin makan sambal bunga kecombrang waktu itu,” jawab ibuku serius menanggapi pertanyaan Susanti yang bikin emosi.“Oo ... pantas saja,” sahut Susanti. Aku menarik
last updateLast Updated : 2022-08-16
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
62
DMCA.com Protection Status