Home / Rumah Tangga / VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU : Chapter 141 - Chapter 150

614 Chapters

BAB 144. Uang dipakai untuk judi.

[Mbak Fatki, lihat nih Mas Arman lagi mabok. Sudah dipukul dibangunin sudah disiram air comberan juga, tetap saja tidak sadar.”Aku kira Reni yang membalas WA ternyata pesan baru dari Citra.[Kenapa muka Mas Arman juga babak telur begitu, Cit?] tanyaku penasaran.[Dugebukin warga Mbak, tadi dia itu nyawer terus nggak mau ngasih uang saweran malah nantangin MC biduan itu, jadi deh, Mas Arman digebukin.][Emang nyawer Di mana? acara apaan?][Tetangga sebelah gang loh, Mbak. Acara nikahan. Mas Arman tuh, tadi ikut joget di panggung. Tapi, enggak mau bayar malahan nantangin MC-nya, makanya pada emosi terus Arman digebukin. Juga mereka semua itu dalam keadaan mabuk.][Owalah, itu istrinya nyariin dia marah-marah sama Mbak. Dikiranya Mas Arman itu disumpetin sama Mbak. Bilang aja sama si Reni, kalau Mas Arman lagi mabok biar dia yang menjemput sendiri suaminya itu.][Iya, Mbak, nanti aku bilang ke Reni. Aku ini ngirim ke Mbak karena yang ada Mas Arman itu nyebut-nyebut nama Mbak terus,
last updateLast Updated : 2022-08-13
Read more

BAB 145. Pinjam duit lagi?

“Lah, ya, sudah deh, siapa pun itu semoga saja orang baik yang dikirimkan kok Allah untuk Mbak Fatki sebagai gantinya Mas Arman.”“Mikitny, kamu kejauhan deh, San! Aku aja belum mikirin ke sana yang aku pikirkan itu sekarang adalah gimana caranya memajukan usaha kita ini dan gimana caranya agar sidang perceraianku itu berjalan dengan lancar. Kamu tahu sendiri kan, Mas Arman itu biang kerok ini barusan aja Citra WA kalau Mas Arman itu main judi. Uang yang dipinjam dari Mbak tadi pagi dipakainya judi sudah gitu dia dipukul pakai palu kepalanya sampai bocor sama Intan, sekarang mereka lagi ke rumah sakit.”“Waduh, seru tuh, Mbak. Ah, Intan, sih, enggak ngajak-ngajak aku. Kepingin juga tuh aku kasih bogem kepalanya Mas Arman pakai batu bata biar tambah benjol biar otaknya itu bisa berpikir jernih.”“Huuss! Kamu itu kalau ngomong sembarangan! Kamu kalau mukul orang tanpa alasan juga itu bisa kena pasal Susanti. Sudah ayo, tidur, aku ngantuk banget besok kita tuh harus finishing semua pes
last updateLast Updated : 2022-08-13
Read more

BAB 146. Mas Arman datang seperti gembel.

“Mbak-Mbak, itu securitynya sudah datang. Udah ngusir Intan sama Reni,” kata Susanti, dia masih setia berdiri di jendela.“Ya, sudah San, kalau udah ada security aman tutup lagi jendelanya. Ayo, kita ttidu!”Intan dan Reni tidak terima diusir oleh security dia terus saja mengumpat dan mengata-ngataiku sebagai manusia super tega tidak punya hati dan juga manusia berhati iblis.[Belum kaya sudah sombong kamu Mbak Fatki, ruko nyewa aja gayanya selangit tidak mau menolongku sama sekali. Awas aja aku akan buat penghitungan denganmu. Kamu benar-benar manusia tidak berguna Mbak, tidak bisa menolong orang lain! Aku doakan kamu itu tidak akan pernah dapat pelanggan jahit lagi biar kamu tahu rasa dan ikut merasakan betapa susah dan sakitnya orang ketika tidak punya uang seperti yang sedang aku dan keluargaku alami saat ini.]Terserah saja Intan kamu mau ngomong apa yang jelas saat ini tidak akan aku beri, meski kamu memohon padaku.Kembali kublokir nomor WA-nya Intan agar dia tidak menggangguk
last updateLast Updated : 2022-08-13
Read more

BAB 147. Ulah calon istri Mas Fawas.

Happy reading everyone ❤️🌸🌸🌸“Bukan! Intan mau minta duit sama Mbak, itu dia kirim Wa ke Mbak, maki-maki karena enggak dibukain pintu. Katanya Mbak ini sombong enggak mau ngasih pinjaman uang ke dia padahal dia lagi butuh banget.“Waduh, terus kalau sampai dia tahu sekarang Mas Arman ada di sini lagi bisa-bisa jadi masalah.”“Makanya itu Susanti, Mbak enggak mau buka pintu. Biarin aja kita tutup sampai Mas Arman dibawa pergi sama security. Ya sudah lebih baik kita bikin sarapan setelah itu kita jahit sebentar nanti jam 11.00 siang kita berangkat ke pasar cari kain borkat untuk ustazah Zahra.“Siap, Bos! Alhamdulillah akhirnya aku merasakan sibuknya menjadi wanita karir,” ujat Susanti girang. ***Siang ini begitu terik, ketika tiba-tiba seseorang menghampiriku dengan kasar lalu menarik jilbab yang aku kenakan.Serangan yang tidak seimbang membuatku jatuh tumbang. Aku tidak kenal dia siapa tiba-tiba saja dia menarikku dan mempermalukan aku di depan umum.Aku coba-coba mengingat-in
last updateLast Updated : 2022-08-13
Read more

BAB 149. Menghajar Intan.

Setelah peristiwa memalukan di pasar tadi aku dan Susanti lebih memilih untuk lebih waspada. Takutnya ada serangan susulan dan itu akan sangat merugikan kami.Tangan kanan kiri kami menenteng plastik besar hasil berburu kain hari ini. Kalau mereka kembali menyerang itu artinya kami sulit melawan.Aku sampai pesan jasa kurir online untuk membawa belanjaan kami.Berburu kain beda pasar dan itu tempatnya lumayan jauh dari ruko kami. Kalau tidak macet menempuh jarak perjalanan sekitar 35 menitan dan kalau macet bisa 1 jaman lebih.“Aku tidak bisa tinggal diam akan aku adukan pada Mbak Wulan,” gerutu Susanti.“Jangan sekarang, San. Mas Fawas dan calon istrinya tinggal hitungan hari mau nikah kalau kita main adu begitu saja rasanya kurang etis. Lagi pula siapa yang mau percaya sama kita. Kan, kita ini hanya orang lain yang kebetulan bisa kenal baik dengan para sultan itu. Kita harus jaga hubungan baik kita. Ingat, San, kita ini hanya wong cilik yang pasti akan kalah kalau main adu-aduan beg
last updateLast Updated : 2022-08-14
Read more

BAB 150. Menghajar Intan.

Bruk!Intan jatuh. Dia berteriak kesakitan.“Kurang ajar kamu, Mbak, Fatki!” umpatnya. Beberapa orang yang lewat menolong Intan. Pasti mereka mengira Intan kecelakaan.“Aduh, sakit! Hati-hati Pak, kakiku kena knalpot!” teriak Intan.“Tunggu di sini Mbak, aku juga mau nolongin Intan,” ucap Susanti.Eh, tumben itu anak mau berbaik hati.Tapi, tunggu dulu, kok, Susanti lepasin sandalnya?“Aau, sakit, Pak, kakiku sepertinya keseleo!” teriak Intan lagi.“Aaa!”Saat teriak itulah Susanti memasukkan sendal miliknya ke mulut Intan. Spontan aksinya membuat semua orang heran.“Makan ini sendal bulukku Intan! Gimana rasanya? Enak, kan? Ini sendal tadi sudah aku pakai jalan jauh dan juga sudah nginjek tai kucing!” ucap Susanti.Intan berontak, tapi tenaga Susanti jauh lebih kuat. Mulut Intan dimasukin sendal Susanti sambil ditekan-tekan.“Eh, Mbak, apa-apaan ini, kok, malah gitu!” ujar Mas-mas yang nolongin Intan, dia mencekal tangan Susanti.“Diam kamu, Mas! Apa mau aku sumpel juga mulutmu pakai
last updateLast Updated : 2022-08-14
Read more

BAB 151. Tingkah Mas Fais.

Duh, aku jadi teriak-teriak gini karena kalah ramai dengan suara yang lain mana ada anak-anak kecil juga yang suaranya memenuhi ruangan sudah seperti PAUD.“Mbak, kayaknya bagian lenganku ini susah untuk gerak,” ujar Mas Fais.Ustazah Zahra menghampirinya.“Mana, coba di angkat ke atas!” pinta ustazah.“Tuh, kan, Mah, agak sempit!” ujar Mas Fais lagi.“Eh, iya. Sudah turunin nanti burket itu Mbak Fatkinya!” tegur ustazah.Aku tersenyum, muka Mas Fais memerah pasti dia malu dibilang begitu.“Mas, maaf itu Mas Faisnya masih pakai baju kemeja, coba dilepas dulu. Kalau masih sempit juga ya, berarti memang kesalahanku,” ucapku hati-hati.Kini giliran Mas Fais yang senyum-senyum lalu masuk kamar mandi.“Senyum mulu! Enggak capek apa itu mulut!” tegur adik Mas Fais.“Zahra, ah, kamu itu jahil, deh! Biarin aja Fais senyum. Jarang-jarang loh, dia senyum,” sahut ustazah.“Gimana, Mas? Cukup atau masih sempit?” tanyaku pada Mas Fais yang berjalan menghampiri kami.“Eghem. Masih sedikit sempit, M
last updateLast Updated : 2022-08-14
Read more

BAB 152. Bingung dengan tingkah Mas Fais.

🌸🌸🌸“Ada apa sih, gitu aja heboh! Norak, deh!” seru calon istri Mas Fawas. Aku lebih memilih diam karena jujur aku takut pada Mas Fais dan juga deg-degan“Mbak, lihat deh memang ini enggak bisa kalau enggak di ombak dan digedein lagi. Kalau hanya ditambahin inner ini kayaknya enggak pas gitu deh. Coba deh, Mbak Fatki yang urusin ini,” ujar Susanti. Dia sudah sangat terlihat bete.Aku jai curiga entah bajunya yang memang beneran tidak muat atau memang Susanti yang sudah malas duluan dengan calon istri Mas Fawas.“Ya, sudah sana kamu kerjain yang lain aja biar ini aku yang tangani. Mas Fais mohon maaf bajunya bisa dikasihin ke Susanti dulu ya, Susanti yang benerin Saya mau benerin baju calon istri Mas Fawas.” Mas Fais menggangguk, tapi kali ini pandangannya tidak melihat kepadaku dia menunduk.“Katanya penjahit profesional benerin bajun aja enggak bisa. Ngeselin banget sih!” omel calon istri Mas Fawas.“Mbak penjahit profesional pun kalau baju sudah tidak muat begini memang engga
last updateLast Updated : 2022-08-14
Read more

BAB 153. Bingung dengan tingkah Mas Fais 2

“Kamu selalu saja belain ibumu. Padahal aku yang akan menjadi pendamping hidupmu selamanya, tak pernah sekali pun kamu membelaku!” keluh cukup calon istri Mas Fawas.“Bukan begitu, Dik, yang aku tahu apa pun yang dikatakan oleh Ibu itu adalah benar dan aku sangat menyayangi ibuku. Sayangku padamu dan juga pada ibu itu berbeda. Kalau kamu sayang sama aku, maka kamu harus ikutin aturan Ibu, karena surgaku ada pada ibu dan surgamu ada padaku. Kamu bilang sendiri kan, akan melakukan apa pun demi membahagiakan aku dan keluargaku? Tolonglah kali ini saja lagi pula resepsi nanti semua baju-baju kamu tidak disentuh oleh Ibu hanya ijabnya saja dan baju ijab pun hanya dipakai sebentar,” bujuk Mas Fawas.“Tapi, Mas. Justru ijabnya itu yang sakral. Tolong dong, kamu kasih pengertian pada Ibu.”“Tidak bisa, Dik, lagi pula ini bukan sepenuhnya salah Ibu. Kan, aku sudah bilang sama kamu minta desain baju kamu itu yang menutup aurat kamu itu calon menantu Hajah. Ibu Bapakku itu Haji, keluarga besa
last updateLast Updated : 2022-08-14
Read more

BQB 154. WA dari Reni.

“Tapi, San, dia pria beristri.”“Makanya itu, jangan dimasukan ke hati. Mbak Fatki, enggak boleh ge-er.” Aku mengangguk setuju. Apa yang dikatakan Susanti benar adanya.Ciiiitt!Suara ban mobil beradu dengan aspal berhenti di depan ruko kami.Aku dan Susanti refleks lari takut ada yang kecelakaan. Ternyata dugaan kami salah. Itu mobil Mas Fais yang balik lagi.“Mbak, ada yang ketinggalan. Makanya aku balik lagi,” ujar Mas Fais sedikit berteriak. Lalu berlari menghampiri kami.“Apa, Mas? Biar aku ambilkan,” jawab Susanti sigap.“Ini yang ketinggalan,” ucap Mas Fais seraya memberikan bunga mawar padaku menarik lengan bajuku, memaksaku mengambil bunga itu dari tangannya.Aku dan Susanti kembali melongo. Mataku berkali-kali berkedip. Ini sebenarnya kenapa. Untung Susanti sigap. Bunga mawar itu segera diambilnya.Tanpa pamit lagi Mas Fais lari ke mobilnya lalu melajukan dengan kecepatan tinggi.“Ayo, Mbak. Masuk, jangan pingsan di sini!” ajak Susanti.Setelah kesadaranku pulih gegas aku me
last updateLast Updated : 2022-08-14
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
62
DMCA.com Protection Status