โKamu selalu saja belain ibumu. Padahal aku yang akan menjadi pendamping hidupmu selamanya, tak pernah sekali pun kamu membelaku!โ keluh cukup calon istri Mas Fawas.โBukan begitu, Dik, yang aku tahu apa pun yang dikatakan oleh Ibu itu adalah benar dan aku sangat menyayangi ibuku. Sayangku padamu dan juga pada ibu itu berbeda. Kalau kamu sayang sama aku, maka kamu harus ikutin aturan Ibu, karena surgaku ada pada ibu dan surgamu ada padaku. Kamu bilang sendiri kan, akan melakukan apa pun demi membahagiakan aku dan keluargaku? Tolonglah kali ini saja lagi pula resepsi nanti semua baju-baju kamu tidak disentuh oleh Ibu hanya ijabnya saja dan baju ijab pun hanya dipakai sebentar,โ bujuk Mas Fawas.โTapi, Mas. Justru ijabnya itu yang sakral. Tolong dong, kamu kasih pengertian pada Ibu.โโTidak bisa, Dik, lagi pula ini bukan sepenuhnya salah Ibu. Kan, aku sudah bilang sama kamu minta desain baju kamu itu yang menutup aurat kamu itu calon menantu Hajah. Ibu Bapakku itu Haji, keluarga besa
โTapi, San, dia pria beristri.โโMakanya itu, jangan dimasukan ke hati. Mbak Fatki, enggak boleh ge-er.โ Aku mengangguk setuju. Apa yang dikatakan Susanti benar adanya.Ciiiitt!Suara ban mobil beradu dengan aspal berhenti di depan ruko kami.Aku dan Susanti refleks lari takut ada yang kecelakaan. Ternyata dugaan kami salah. Itu mobil Mas Fais yang balik lagi.โMbak, ada yang ketinggalan. Makanya aku balik lagi,โ ujar Mas Fais sedikit berteriak. Lalu berlari menghampiri kami.โApa, Mas? Biar aku ambilkan,โ jawab Susanti sigap.โIni yang ketinggalan,โ ucap Mas Fais seraya memberikan bunga mawar padaku menarik lengan bajuku, memaksaku mengambil bunga itu dari tangannya.Aku dan Susanti kembali melongo. Mataku berkali-kali berkedip. Ini sebenarnya kenapa. Untung Susanti sigap. Bunga mawar itu segera diambilnya.Tanpa pamit lagi Mas Fais lari ke mobilnya lalu melajukan dengan kecepatan tinggi.โAyo, Mbak. Masuk, jangan pingsan di sini!โ ajak Susanti.Setelah kesadaranku pulih gegas aku me
Happy reading everyone โค๏ธโAduh maaf, Mas! Enggak sengaja!โ ucap seorang wanita cantik di depanku, dia tak sengaja menumpahkan es krim di kemeja putihku.โTidak apa-apa, Mbak, ini bisa dibersihkan,โ jawabku santai. Anehnya aku menikmati pemandangan unik di depanku ini. Di mana wanita di depanku ini sedang merasa sangat panik karena telah menumpahkan es krim di kemeja putihku.โIni kartu nama saya kalau nanti kemejanya tidak bisa dibersihkan Masnya bisa hubungi saya dan saya ganti yang baru. Ini maaf sekali saya sedang buru-buru ada meeting dengan klien permisi,โ pamitnya. Aku mengangguk saja masih kulihat dengan jelas wajah cantiknya yang panik itu.Kulihat dia membawa satu plastik besar penuh makanan siap saji. Kuekori langkahnya yang semakin menjauh, tapi siapa yang sangka di luar restoran siap saji ini dia membagikan makanan itu kepada orang-orang jalanan. Ini membuatku semakin takjub.Setelah peristiwa tidak sengaja itu hari-hariku entah kenapa dibayangi sosok perempuan itu. Ba
Hari ini tanpa sengaja lagi aku bertemu wanita cantik itu di restoran siap saji ini. Mungkin ini adalah salah satu restoran favoritnya. Lagi-lagi dia membawa bingkisan banyak dan Lagi-lagi, dia membagikannya pada orang-orang jalanan.Aku mengikutinya hingga dia sampai di persimpangan jalan. Luar biasa sekali jarang perempuan zaman modern seperti ini berpenampilan rapi pakai hak tinggi mau jalan panas-panasan membagikan makan siang untuk orang-orang yang lebih membutuhkan.โPermisi, Mbak masih ingat saya?โ tanyaku to the point. Ternyata dia kaget dan melongo melihatku yang tiba-tiba sudah ada di belakangnya.โIya, masih ingat. Kenapa Mas? Apa bajunya tidak bisa dicuci? Kenapa tidak telepon saja?โ tanyanya panik.Kenapa perempuan ini selalu terlihat panik, tapi itu justru merupakan daya tarik tersendiri bagiku.โEnggak, Mbak, tapi aku ingin kenalan sama Mbaknya. Pingin ngobrol bolehkah?โ tanyaku.Aku merutuki diri sendiri kenapa aku tidak punya harga diri seperti ini dan baru kali ini
Ah, aku harus mengontrol debaran emosiku. Aku harus mengontrol perasaanku.Aku tidak mau terlalu menggabung-gebu takutnya aku patah hati dan susah lagi untuk bangkit, aku akui aku ini jatuh cinta pada Mbak Sintia, tapi aku harus bisa mengontrolnya. Siapa tahu Mbak Sintia sudah punya calon suami, jadi jika nanti aku menemukan kenyataan lain tidak sesakit seperti dulu saat aku ditinggalkan oleh orang yang sangat aku cintai. Memang sih, keadaannya berbeda karena ini hanya baru perkenalan saja, tapi yang namanya patah hati tetap saja sakit dan bikin hidup terasa tidak semangat.~k~u๐ธ๐ธ๐ธSatu bulan telah berlalu dan pesan WA-ku tidak pernah dibalasnya lagi. Aku setiap hari hanya bisa melihatnya dari jauh memandangi segala aktivitasnya di restoran cepat saji itu. Dia datang kadang bersama teman-temannya. Kadang-kadang dengan seorang pria yang terlihat sangat akrab, meski hatiku berdenyut sakit, tapi aku mencoba menerima kenyataan akan kutikung dia dengan doa-doaku. Akan kusebut naman
Setelah peristiwa aku diacuhkan dan diabaikan oleh Sintia, aku lebih memilih untuk berpasrah saja sama Allah. Menerima datangnya jodoh yang dikirimkannya untukku. Jika benar Sintia memang ditakdirkan untukku cepat atau lambat pasti dia akan datang padaku. Aku akan selalu menyebut namanya dalam doa-doaku.Sekarang yang terpenting bagiku adalah kesehatan kedua anakku Biru dan Jingga mereka permata hatiku yang tidak ternilai harganya yang tidak bisa digantikan dan ditukar dengan apa pun peninggalan mendiang istriku tercinta.Aku akan merawatnya sepenuh hati dan setulus hatiku.Aku akan berusaha menjadi ayah dan sekaligus ibu yang baik untuk Biru dan Jingga. Apalagi keluarga dan orang terdekatku sangat mensupport dan membantuku dalam mengurus ke dua buah hatiku, maka tidak begitu sulit bagiku untuk menjalani dua peran sekaligus.Rasanya perjalananku ini sangat lama macet di mana-mana padahal tadi sewaktu membuntuti Sintia perjalanan terasanya cepat dan mengasyikan.โPak, ke Perumahan M
Sintia makin salah tingkah dia berkali mengelap pelipisnya.โSayang, kalau enggak enak makan yang ini, ya? Mungkin tadi Tante salah masukin garam,โ ucap Sintia lembut pada Jingga karena Jingga yang duduk di dekatnya. Jingga mengangguk. Syukurlah.โUwek, ini juga enggak enak. Asin!โ teriak Jingga lagi. Biru ikut mencicipi tanpa bicara aku tahu dari ekspresinya. Pasti itu asin juga.โEm, kalau gitu enggak usah dimakan. Kalian ini bisanya protes! Aku sudah capek-capek masak malah begitu,โ ucap Sintia. Meski, lirih aku tahu dia kecewa, tapi tidak semestinya dia pun begitu.Sintia ngambek dia lari ke luar tanpa pamit pada kami.Ibu menyuruhku mengejar Sintia.โTunggu, Mbak! Eh, Sintia!โ cegahku saat dia hendak masuk ke dalam mobilnya. Ajaib! Tadi sewaktu aku masuk rumah tidak lihat mobilnya sekarang kenapa tiba-tiba ada di sini? Apa karena tadi aku buru-buru jadi tidak melihat keadaan sekitar?โAnak-anakmu sepertinya tidak bisa menerimaku, Mas. Padahal aku sudah menerima mereka. Aku sayang
โTentu sayang, nanti kita ziarah ke makam Mamah, ya? Biru mau kan, punya Mamah baru?โ tanyaku hati-hati. Biru melirik pada Jingga kemudian mengangguk perlahan.โPasti maulah, kan, Tante Sintia cantik dan juga baik,โ ujar Sintia.โTapi, Tante harus ikut ke makam Mamah, ya?โ ajak Biru.โApa! Duh, kalau itu Tante tidak bisa, kan, Tante banyak yang harus diurus untuk persiapan pernikahan nanti. Kalian saja, enggak apa-apa, kan? Tante juga lagi datang bulan,โ jawab Sintia. Masuk akal juga, sih. Karena orang yang datang bulan kan, memang tidak boleh datang ke makam untuk ziarah.โKan, tadi Tante Sintia salat Zuhur, kok, datang bulan?โ sahut Jingga.โEm ... itu, Tante datang bulangnya baru saja. Kan, memang kalau orang dewasa datang bulan itu tidak bisa diprediksi kapan waktunya,โ jawab Sintia. Meski, aneh, sih, tapi kurasa dia tidak berbohong.~k~u๐ธ๐ธโBro, lu, yakin, mau nikahin itu cewek?โ tanya Fais tiba-tiba saat kami sedang di acara pernikahan Zahra adiknya.โYakin, kenapa, Is? Ngiri,
POV Kayla. Setelah pemakaman bapak keluarga pun segera mengurus perempuan yang mengaku sebagai istri mudanya bapak. Ternyata perempuan itu tidak mengharapkan harta seperti yang dituduhkan Kak Siwi. Perempuan itu benar-benar tulus pada bapak.Mereka benar-benar ke sini untuk memberikan penghormatan terakhir. Melihat ketulusan itu bang Dafa dan Bang Romi mengakui anak remaja itu sebagai adiknya dan berjanji akan memberikan biaya pendidikan sampai jenjang tinggi.Emak jangan ditanya perempuan itu terus mengerang pasti emak tidak terima atas keputusan dua putranya bahkan tadi Emak sempat kejang.โAbang mau bicara dengamu, Kay. Ini serius! Ayo, ikut Abang. Aku yang masih duduk di atas sajadahku setelah salat ashar langsung mengikuti Bang Daffa untuk berkumpul di ruang tamu. Di sana sudah banyak berkumpul saudara-saudara Bang Dafa ada paman, Kak Siwi, Risa, dan banyak lagi, tapi tunggu dulu ada satu orang yang menarik perhatianku siapa dia aku seperti pernah melihatnya? Ya, kini aku ingat
POV Kayla. โKamu siapa? Kenapa kamu datang ke sini, hah?! Kami tidak punya keluarga seperti kamu dan kami tidak mengundang siapa pun yang tidak kami kenal. Cepat pergi!โ usir Kak Siwi. Aku yakin sekali kalau Kak Siwi mengenali wanita itu โkan kemarin dia sudah melihatnya di ponselku sedangkan emak hanya meliriik saja. Emak terus saja menangis. Ah ... ini masih babak baru pasti setelah ini akan terjadi keributan besar.โCepat sana, pergi! Cepat! Kami tidak punya kerabat seperti kamu!โ usir Kak Siwi lagi seraya mendorong-dorong tubuh wanita itu.โLepaskan Ibuku jangan kau sentuh Ibuku!โ bela anak bujangnya. Wah ternyata punya nyali juga dia. Aku kira dia hanya anak ingusan yang sembunyi di ketiak ibunya ternyata dia jagoan yang berani membela ibunya dari terkaman harimau.โKamu siapa? Nggak usah ikut campur anak kecil! Cepetan sana pergi kalian! Pergi! Rumah ini tidak menerima orang yang tidak kami kenal!โ Kak Siwi terus saja mengusir perempuan itu namun perempuan itu sama sekali tid
POV Kayla.โDasar pembunuh! Dialah pembunuh bapakku. Dialah pembunuh bapak kami! Dafa pokoknya jeblosin Kayla ke penjara aku. Pokoknya aku enggak mau tahu masukin dia ke penjara!โ teriak Kak Siwi. Jari telunjuknya menudingku.Dia menuduhku membunuh bapak terserah saja โtoh aku tidak secara langsung membunuhnya. Aku hanya memberikan informasi akurat dan rahasia besarnya selama ini, jadi kalau bapak meninggal ya, itu sudah takdirnya bukan karena aku yang bunuh. Jadi, untuk apa aku takut aku santai saja menghadapi mereka bahkan kini aku duduk di sebelah emak yang terbaring lemah. Tatapannya penuh kebencian padaku. Ah ... terserah saja. Dibenci emak tidak akan pernah membuatku rugi yang penting dendamku terbalaskan.Sementara Bang Daffa sama sekali tidak menanggapi perkataan Kak Siwi. Begitu pun dengan Bang Romi. Mereka semua justru khusuk mendoakan Bapak.Entahlah kalau setelah acara pemakaman ini mungkin aku akan disidang, tapi ya, seperti yang aku katakan tadi aku sama sekali tidak t
POV Kayla. โWah ... so sweet sekali, tapi sayangnya itu basi dan sepertinya Mak sekarang nggak suka tuh sama kamu! Dari tatapannya Emak saja terlihat sangat marah. Andai Mak bisa ngomong pasti Emak sudah ngusir kamu dari sini, Kay!โ kata Kak Siwi lagi. โKalau emang Emak nggak suka padaku baru-baru ini ya, telat dong! Karena aku sudah nggak suka sama emak sejak dahulu,โ jawabku. Kak Siwi bengong.โDasar nggak waras! LAWANG!โ umpat Kak Siwi.โKok, orang gila ngatain gila, sih!โ kataku lagi.โDiam kamu, Kay! Kamu ngatain aku gila lagi akan kubuat kamu mampus gak bisa ngomong selamanya mulutmu itu!โโEnggak takut! Lakuin aja kalau bisa,โ jawabku dengan senyuman sinis.Kulirik emak. Lagi-lagi emak hanya menggeleng saja. Jangankan basmi Kak Siwi, emak yang selama ini baik padaku pun bisa aku bikin diam alias stroke.โMak ... Mak kenapa seperti ketakutan gitu, sih? Padahal kan, aku sayang sama Emak dan juga Mak sayang sama aku. Tenang aja ya, aku bakal kasih sesuatu sama emak, tapi aku
POV Kayla. โHalo ... selamat pagi! Emak apa kabar? Eh ... ada Kak Siwi,โ sapaku saat aku buka pintu lalu menghampiri emak.โEh ... perempuan kurang ajar mau apa kamu ke sini, hah! Kamu mau merayu emakku lagi biar kamu dapat tanah warisan atau kebun gitu, ya! Enggak cukup kamu ngambil rumah itu dari kami?โ kata Kak Siwi. Dia menarik jilbabku sampai hampir terlepas bahkan jarumnya pun menusuk kulitku.โApa-apaan sih, Kak! Ngeselin banget lepas nggak!โ protesku.โAku enggak akan lepas sampai kamu minta maaf sama aku dan kamu balikin rumah itu ke Emak lagi!โ jawabnya.โOh ... iya? Yakin?โ jawabku seraya kusikut perut Kak siwi kuat sekali.โAww sakit! Setan kamu, ya, Kayla!โ jerit Ka Siwi. Dia memegangi perutnya sambil berjongkok.โDuh, maaf ya, Kak. Sengaja! Ha ha!โ ucapku.โEmph! Emph!โ Emak bersuara. Aku yakin dia sangat kesal padaku dan hendak mengumpatku, tapi karena Mak sudah kena stroke jadinya emak tidak bisa menyampaikan unek-uneknya.โKenapa, Mak? Mau ngomong apa? Kasihan b
POV Kayla. โOo ...ternyata pelakor! Orang elit dan berpendidikan tinggi pun bisa ya, jadi pelakor!โโDokter kok, pelakor! Cantik-cantik sukanya sama suami orang. Padahal dapat bujangan juga bisa!โโNamanya juga cinta tahi kucing pun rasa coklat!โโAmit-amit naโuzubillahminzalik dunia udah mau kiamat sampai-sampai pada rebutan suami.โโSekarang banyak perempuan muka badak, muka tembok! Enggak bisa berkaca diri terbawa hawa nafsu!โโIya, sudah gitu nyalahin istri sah lagi! Iih ... enggak malu banget!โโPelakor mana pada punya urat malu. Urat malunya udah putus!โโIya, betul! Menjijikan sekali lebih najis daripada kotoran hewan!โโIya, ngeri ya ... padahal karir mereka bagus loh, dokter! Ternyata enggak menjamin!โโJangan cuma nyalahin pelakornya, tapi lakinya juga. Mereka itu kan, sama-sama mau. Sama-sama gatal, sama-sama nggak punya kehormatan!โโPendidikan tinggi enggak menjamin orangnya pun bermoral tinggi!โโMakanya itu harus belajar adab juga.โโDokter Dafa bingung kali milih sal
POV Kayla. โKurang ajar kamu, ya, Kayla!โ Risa tidak terima mendengar ucapanku. Dia menyerangku, tapi aku buru-buru melepaskan sepatuku lalu kupukulkan ke bahunya! Bugh! Bugh!Tepat sasaran. Risa mengaduh kesakitan. Dia bermaksud menarik jilbabku, tapi aku sudah lebih dulu menjambak rambutnya.โAww! Sakit-sakit! Lepaskan!โ teriak Risa sampai suster yang kebetulan melintas berlarian untuk melerai kami.โMbak, lepas, Mbak! Kasihan Dokter Risa. Udah lepas! Mbak, tidak tahu dia siapa?! Tolong lepas!โ seru para suster.โRasain kamu! Mampus kamu, Risa! Sekali lagi kamu bikin masalah sama aku bukan hanya rambutmu yang aku jambak, tapi kepalamu aku lepaskan dari tubuhmu! Memang kamu kira aku takut sama kamu? Rasain ini dokter gila,โ makiku pada Risa.โKamu itu yang gila buktinya kamu yang menyerangku!โ Risa masih saja playing victim.โOoh ... gitu! Ini gimana? Sakit tidak!โ kutarik bulu mata palsu Risa biar dia tahu rasa.โAww saaaaakkkiit mataku! Bulu mataku! Dasar kamu gila Kayla!โ teri
POV Kayla. โKayla, tolong panggil suster untuk membantuku!โ pinta Bang Daffa.โMales, iiih! Abang panggilan aja sendiri itu kan, ada tombol di atas kepala Bapak. Tinggal pencet aja sih, kenapa pakai nyuruh-nyuruh aku segala!โ tolakku sinis.โAstaghfirullahaladzim ... Kayla ini darurat ya, Allah!โ pekik Bang Dafa. Dia terlihat bingung dengan sikapku lalu tanpa pikir panjang dia memencet bel yang ada di atas kepala bapak berkali-kali.โNah ... gitu bisa kan, pencet bel sendiri! Kenapa pakai nyuruh-nyuruh aku segala?!โ seruku.โKayla, cepat bantu sini! Tolong ini!โ pinta Bang Dafa lagi tanpa menoleh ke arahku. Dia memang terlihat sibuk sekali.โApaan sih, Bang, males lah! Aku mau keluar. Aku malas bertemu Abang. Orang Bapak 'tuh cuma kejang biasa itu kena ayan. Udah deh, enggak usah terlalu lebai,โ jawabku lagi. Gegas aku keluar. Di pintu aku berpapasan dengan perawat yang terburu-buru masuk ke ruangan ini.โDasar monster! Aku pastikan kamu segera akan punah dari muka bumi ini. Monste
POV Kayla. โPak, hei jangan mati dulu!โ seruku seraya kutepuk-tepuk pipinya lebih tepatnya aku tampar.โPaaakk!โ Kali ini kutekan lengan kanan bapak yang terpasang selang infus. Jika Bapak tidak sedang dalam keadaan kejang pasti dia akan berteriak kesakitan, tapi aku yakin sih, dia pun merasakan sakit. Ah ... sungguh ini merupakan kenikmatan hakiki yang aku nanti-nanti selama ini.โPak, ada satu rahasia lagi yang harus Bapak tahu dan ini tentu sangat mengejutkan. Tahukah Bapak, bahwa istri tercinta bapak itu adalah penebar fitnah. Bapak tidak tahu kan, kalau ternyata istri Bapak sejak muda dulu sudah berselingkuh dengan asisten pribadi Bapak? Karena aksinya terpergok oleh orang tuaku, Emak lalu memfitnah mereka dan terjadilah tragedi besar pembunuhan yang Bapak dalangi. Bagaimana Pak, apakah informasi ini mengejutkan Bapak?โKulirik jam di pergelangan tanganku dan sepertinya sudah lebih dari 10 menit bapak kejang. Hebat sekali dia tidak meregang nyawa. Apa dia seperti kucing yang p