Home / Rumah Tangga / VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU : Chapter 161 - Chapter 170

614 Chapters

BAB 165. Kebuncinan Mas Fais.

“Mbak, Fatki, ini Mamah telepon, jadi aku permisi pulang dulu, nanti selepas isya jemput lagi ke sini,” ucap Mas Fais.Alhamdulillah ... akhirnya dia pergi juga.“Jangan rindukan aku ya, Mbak Fatki, hanya sebentar, kok!” ucapnya lagi dan itu benar-benar membuatku mengelus dada. Ibu pun sampai tersenyum malu. Aneh, kok, malah ibu yang malu sendiri.“Aaahh ... so sweet! Mau juga dong, digombalin begitu!” teriak Susanti dari anak tangga. Ampun dah anak itu suka muncul tiba-tiba! Kini Mas Fais yang gantian terlihat malu.“Permisi ya, Mbak Fatki.” Kami mengangguk.Mas Fais sudah menghilang di balik pintu lalu kembali lagi muncul di pintu.“Mbak Fatki, aku permisi!” serunya lagi.“Iya, Mas!” sahutku.Lucu si, Susanti aja sampai tertawa tertawa terbahak-bahak.“Hus! Mau Maghrib ketawanya jangan begitu. Nanti kesambet Mbak Kunti,” tegur ibu menakut-nakuti Susanti.“Ah, Bulek! Jangan gitu, deh! Takut tahu!” teriak Susanti seraya berlari menghampiri kami.“Kamu mandi apa bertapa, San, lama bu
last updateLast Updated : 2022-08-16
Read more

BAB 166. Video syur!

~k~u🌸🌸🌸Sejujurnya aku lelah menghadapi Mas Arman dan keluarganya, tapi aku pun tidak boleh menyerah.Jika aku lakukan itu, maka yang ada Mas Arman dan keluarganya akan senang sudah berhasil membuatku terpatahkan.Aku heran kenapa makin ke sini kelakuan kotor dan jahat mereka makin terlihat? Apa itu sifat mereka sebenarnya? Kata pepatah kan, untuk tahu sifat asli seseorang itu lihat pada saat berurusan uang dengannya atau saat dia tidak punya uang.Dulu mereka memang zholim padaku, tapi tidak ditunjukkan secara langsung begitu bahkan sama sekali tidak pernah memaki di hadapanku hanya sering kali meminta uang untuk ini dan itu.Memang benar tidak ada rumah tangga yang berjalan lurus mulus tanpa hambatan apa pun dan kita wajib bersabar menjalaninya dan katanya harus bersabar bagaimana pun keadaannya.Aku sudah bersabar dengan sifat mereka yang absurd, tapi justru mereka tidak paham dan menganggapku bodoh. Lantas jika aku memilih jalan pisah dan menyerah pada rumah tanggaku apa itu j
last updateLast Updated : 2022-08-16
Read more

bab 167. Sintia sintang!

“Mbak, kita mau ke mana ini?” tanya Susanti. Aku pun bingung mau ke mana.“Kita cari tempat yang nyaman saja, San,” jawabku sekenanya seraya terus berjalan keluar.Biasanya setiap perumahan itu pasti ada tamannya. Aku harus cari taman untuk kami duduk kalau jauh ya, cari masjid saja.“Mbak, itu taman!” seru Susanti.Benar juga, ternyata tamannya tidak jauh dari rumah Mbak Sintia.Bergegas kami ke sana. Aku sudah pegal menggendong Biru, tubuhnya lumayan gempal, jadi berat apalagi bagiku yang punya badan langsing.“Waduh, capek sekali,” keluh Susanti. Kami duduk di bangku taman.“Biru makannya apa sih, kok, berat badannya mantap sekali,” tanyaku. Biru malah tertawa memperlihatkan gigi depannya yang ompong.“Ya, makan nasi sama sayur lah, Tan. Enak loh digendong kalau di rumah jarang digendong pada enggak mau,” jawabnya.“Iya, lah, kan, kamu sudah gede, Nak” sahutku.“Jingga, kenapa sayang, kok, diam saja?”“Jingga takut gelap, Tan. Makanya begitu,” sahut Biru. Jingga mengangguk lalu me
last updateLast Updated : 2022-08-17
Read more

BAB 168. Mas Fawas menghajar laki-laki di video itu.

“Jadi ingat video pernikahan Mas Arman yang dishare di story WA-nya Mbak Sulis. Bedanya Mbak waktu itu tidak ada di tempat, tapi sama-sama sebuah pengkhianatan,” kataku seraya memejamkan mata. Sakit hati lagi kalau ingat itu.“Herannya kenapa ya, Mbak orang-orang itu dengan gampangnya berkhianat pada pasangannya?”“Tidak punya iman, San. Cuma itu jawabannya. Miris sih, tapi inilah panggung dunia.”“Fatki!” “Biru!“Fatki!”Samar aku mendengar teriakan orang yang memangil-manggil namaku.“Mas, di sini!” jawab Susanti seraya melambaikan tangannya.Benar saja Mas Fais tampak sedikit berlari menghampiri kami.“Ayah!” teriak Biru dan Jingga bersamaan, mereka berlari menghampiri Mas Fais dan langsung memeluk.Lagi-lagi aku bingung, kok, manggilnya ayah? Bukankah mereka anak Mas Fawas?Mas Fais menggendong dua anak itu di kanan dan kiri tangannya.“Duh, berat semua anak Ayah, ayo, turun!” ujar Mas Fais setelah beberapa menit menggendong mereka.Mas Fais mengalihkan pandangannya pada Susanti
last updateLast Updated : 2022-08-17
Read more

BAB 169. Menghajar Mas Arman.

“Di depan satu, enggak muat kalau duduk di tengah semua,” ujarnya lagi.“Susanti saja yang di depan. Ini aku jagain Jingga,” jawabku beralasan.Susanti segera melenggang duduk di samping kemudi.Dalam perjalanan pulang kami semua diam tanpa ada yang bersuara. Sekarang sudah tengah malam hampir jam 1 pagi pasti ibu juga khawatir kenapa aku belum pulang.Jalanan yang sepi memudahkan perjalanan kami, tanpa terasa kami sudah sampai di rumah Bu Hajjah Halimah. Susanti tertidur jadi tidak ikut turun.“Mbak, hanya bertiga di rumah?” tanyaku pada suster.“Enggak, kan, ada Satpam. Sebentar lagi juga Mbak Wulan dan yang lainnya pulang. Tadi Mbak Wulan bilang begitu,” jawab Suster.“Kalau gitu kami permisi, ya, Mbak?”Gegas aku kembali ke mobil. Aku harus segera sampai rumah. Kasihan ibu menungguku sendirian.“Mbak, eh, Fatki, maaf ya, atas insiden tadi itu di luar kendali kami, jadi merepotkan kamu karena harus jagain Biru sama Jingga,” ucap Mas Fais. Pandangannya fokus ke depan.“Ya, tidak apa
last updateLast Updated : 2022-08-17
Read more

BAB 170. Mengantar Mbak Fatki.

🌸🌸🌸 POV Fais.“Mah, aku lelah baru pulang ngajar bisa tidak kalau aku langsung ke gedung saja,” tolakku pada mamah secara halus. Mamah menyuruhku menjemput orang yang katanya tetangga baik dan jamaahnya yang aktif di kajian sekaligus penjahit baju pengantin Zahra.Hari ini pernikahan adikku Zahra dan aku kebetulan sekali ada rapat koordinasi dengan para staff di perusahaan yang aku pimpin ditambah lagi ada kelas di kampus. Masya Allah sekali capeknya luar biasa.“Tolonglah, Nak, kasihan mereka tidak tahu tempatnya. Lagi pula kamu kan, selama ini tidak ikut andil dalam acara pernikahan adikmu ini. Masa Mamah minta bantuin begitu saja kamu tidak mau kan, sekalian berangkat. Ingat, Nak, barang siapa yang memudahkan urusan orang lain maka Allah akan memudahkan urusan kita,” jawab Mamah disertai segala macam dalilnya.Aku memang tidak ikut andil dalam acara pernikahan Zahra karena memang tidak sempat tidak ada waktu sama sekali, jadi aku serahkan semuanya pada pihak keluarga besar“Ma
last updateLast Updated : 2022-08-17
Read more

BAB 171. Poligami atau tinggalkan.

POV Fais.“Habisnya aneh, enggak kamu, enggak Mas Fawas kok, ya, kompakan sering bengong dan juga senyum-senyum sendiri. Aku tahu nih, pasti lagi jatuh cinta yaaa ....” ucap Zahra dan itu benar sekali. Tapi, bukan Fais namanya kalau tidak bisa jaga image.“Sok, tahu! Sudah sana awas!” Usirku, Zahra malah semakin memojokkanku.“Halalkan atau tinggalkan jangan buat dosa. Poligami itu boleh asal syar’i dan Mas Fais bisa adil,” ucap Zahra lagi.“Hust! Kalau ngomong sekate-kate!” elakku seraya menoel hidup mancung Zahra.“Iya, benarlah, Mas, apa yang aku bilang. Aku itu sudah paham laki-laki jatuh cinta itu seperti apa. Ingat Mas harus minta izin sama Mbak Risa dan juga keluarganya. Kalau tidak sanggup ya, jangan poligami. Lupakan perempuan yang sudah membuat Mas Fais tergila-gila itu,” saran Zahra ada benarnya dan aku pasti akan memikirkan itu baik-baik. Ternyata adikku memang sudah benar-benar dewasa.Dilain kesempatan aku cari informasi tentang Mbak Fatki dari tetangga sekitar dia ting
last updateLast Updated : 2022-08-17
Read more

BAB 172. Cinta pria dewasa.

FAIS."Apa kamu yakin dengan keputusanmu itu, Nak Fais?” tanya ibu mertuaku.“Yakin, Mah. Aku sudah pikirkan matang-matang,” jawabku.Aku tahu pasti hatinya terkuka atas pengakuanku ini, tapi beliau juga pasti sadar bahwa aku memang perlu melakukan ini.“Siapa gadis itu? Pasti sangat spesial hingga bisa meluluhkan hati Mas Fais lagi,” tanya Sekar, adik istriku.“Pada saanya nanti aku akan kenalkan langsung pada kalian. Maafkan aku, tapi sungguh kali ini aku tidak bisa menolak hadirnya cinta itu di dalam hati ini. Ibu dan kamu Sekar boleh menilaiku seperti apa, tapi yang jelas aku tetap sayang kalian dan juga Risa,” jawabku jujur.“Waw? Mas kenapa yakin banget kalau kakaku Risa nantinya bisa menerima pernikahan kalian?” tanya Sekar lagi suaranya parau aku yakin dia pasti kecewa padaku.“Aku tidak yakin, tapi aku akan meyakinkannya,” jawabku mantap.“Kamu berhak melakukan itu dan Ibu tidak melarang. Nanti biar Ibu yang bicara baik-baik pada Risa,” sahut ibu mertuaku.“Bu, aku enggak set
last updateLast Updated : 2022-08-17
Read more

BAN 173. Bentuk perhatian Fais.

🌸🌸🌸Ting![Mbak Fatki adakah kegiatan hari ini?]Kulihat ada pesan WA dari nomor asing. Siapa, ya?[Ini Fais.]Kubaca lagi WA susulan yang masuk.Oh, ternyata Mas Fais. Ada apa, ya? Tumben sekali? Pasti dia dapat nomorku dari Ustazah Zahra.“Enggak diangkat itu teleponnya, Mbak?” ujar Susanti.“Nanti sajalah, San. Nanggung nih, bentar lagi kelar,” jawabku masih fokus pada kain yang aku jahit.“Nomor baru itu, Mbak?”“Biar aja, San, itu nomor Mas Fais tadi sudah WA duluan sepertinya ada yang akan dia bicarakan denganku. Biarlah nanti saja. Aku mau fokus beresin ini,” jelasku.“Aciee ... Mas Fais telepon ada apa, ya? Eh, aku kepo juga,” ucap Susanti.“Entah, deh! Sudah tolong awas minggir dulu sana, San. Aku mau beresin ini loh.” Usirku.Kulirik ponselku. Mas Fais sudah berhenti menelepon. Kalau penting kan, nanti pasti telepon lagi.Jam sudah menunjukkan angka dua siang. Perutku keroncongan karena memang telat makan siang biasanya aku akan makan selepas salat Zuhur berhubung tadi ya
last updateLast Updated : 2022-08-19
Read more

BAB 174. Kedatangan tamu perempuan.

Ting![Mbak Fatki, kabari aku kalau sudah tidak sibuk.]Kubaca WA dari Mas Fais lagi. Hatiku jadi was-was dan tidak nyaman begini.“Kalau aku terima ajakan Mas Fais tidak enak sama keluarganya, ya, meski kata kamu itu bukan aku yang minta.”“Kan, mereka suami istri, Mbak. Barang kali mereka tinggal satu atap, jadi bisa sekalian silaturahmi sama Ustazah Zahra.”“Ya, kalau tinggal satu atap, kalau tidak? Selama ini kamu tahu sendiri kan, San. Kalau istrinya Mas Fais tidak pernah diajak dalam acara keluarga besarnya. Sama sekali tidak pernah loh, San.”“Iya, Mbak, aneh juga si, menurutku. Barang kali istrinya Mas Fais sakit atau LDR-an?”“Enggak mungkin, San, kalau LDR-an ya, bisa saja pulang sebentar untuk hadir di acara penting keluarga.”“Aku pun penasaran, Mbak, di mana istri Mas Fais berada, tapi aku mau tanya enggak enak. Takut dibilang kepo. Apalagi aku kan, masih kecil.”“Jangan aneh-aneh ya, San. Jangan tanya apa pun kalau Mas Fais dan keluarganya tidak membuka omongan lebih dul
last updateLast Updated : 2022-08-19
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
62
DMCA.com Protection Status