POV Fais.âHabisnya aneh, enggak kamu, enggak Mas Fawas kok, ya, kompakan sering bengong dan juga senyum-senyum sendiri. Aku tahu nih, pasti lagi jatuh cinta yaaa ....â ucap Zahra dan itu benar sekali. Tapi, bukan Fais namanya kalau tidak bisa jaga image.âSok, tahu! Sudah sana awas!â Usirku, Zahra malah semakin memojokkanku.âHalalkan atau tinggalkan jangan buat dosa. Poligami itu boleh asal syarâi dan Mas Fais bisa adil,â ucap Zahra lagi.âHust! Kalau ngomong sekate-kate!â elakku seraya menoel hidup mancung Zahra.âIya, benarlah, Mas, apa yang aku bilang. Aku itu sudah paham laki-laki jatuh cinta itu seperti apa. Ingat Mas harus minta izin sama Mbak Risa dan juga keluarganya. Kalau tidak sanggup ya, jangan poligami. Lupakan perempuan yang sudah membuat Mas Fais tergila-gila itu,â saran Zahra ada benarnya dan aku pasti akan memikirkan itu baik-baik. Ternyata adikku memang sudah benar-benar dewasa.Dilain kesempatan aku cari informasi tentang Mbak Fatki dari tetangga sekitar dia ting
FAIS."Apa kamu yakin dengan keputusanmu itu, Nak Fais?â tanya ibu mertuaku.âYakin, Mah. Aku sudah pikirkan matang-matang,â jawabku.Aku tahu pasti hatinya terkuka atas pengakuanku ini, tapi beliau juga pasti sadar bahwa aku memang perlu melakukan ini.âSiapa gadis itu? Pasti sangat spesial hingga bisa meluluhkan hati Mas Fais lagi,â tanya Sekar, adik istriku.âPada saanya nanti aku akan kenalkan langsung pada kalian. Maafkan aku, tapi sungguh kali ini aku tidak bisa menolak hadirnya cinta itu di dalam hati ini. Ibu dan kamu Sekar boleh menilaiku seperti apa, tapi yang jelas aku tetap sayang kalian dan juga Risa,â jawabku jujur.âWaw? Mas kenapa yakin banget kalau kakaku Risa nantinya bisa menerima pernikahan kalian?â tanya Sekar lagi suaranya parau aku yakin dia pasti kecewa padaku.âAku tidak yakin, tapi aku akan meyakinkannya,â jawabku mantap.âKamu berhak melakukan itu dan Ibu tidak melarang. Nanti biar Ibu yang bicara baik-baik pada Risa,â sahut ibu mertuaku.âBu, aku enggak set
đ¸đ¸đ¸Ting![Mbak Fatki adakah kegiatan hari ini?]Kulihat ada pesan WA dari nomor asing. Siapa, ya?[Ini Fais.]Kubaca lagi WA susulan yang masuk.Oh, ternyata Mas Fais. Ada apa, ya? Tumben sekali? Pasti dia dapat nomorku dari Ustazah Zahra.âEnggak diangkat itu teleponnya, Mbak?â ujar Susanti.âNanti sajalah, San. Nanggung nih, bentar lagi kelar,â jawabku masih fokus pada kain yang aku jahit.âNomor baru itu, Mbak?ââBiar aja, San, itu nomor Mas Fais tadi sudah WA duluan sepertinya ada yang akan dia bicarakan denganku. Biarlah nanti saja. Aku mau fokus beresin ini,â jelasku.âAciee ... Mas Fais telepon ada apa, ya? Eh, aku kepo juga,â ucap Susanti.âEntah, deh! Sudah tolong awas minggir dulu sana, San. Aku mau beresin ini loh.â Usirku.Kulirik ponselku. Mas Fais sudah berhenti menelepon. Kalau penting kan, nanti pasti telepon lagi.Jam sudah menunjukkan angka dua siang. Perutku keroncongan karena memang telat makan siang biasanya aku akan makan selepas salat Zuhur berhubung tadi ya
Ting![Mbak Fatki, kabari aku kalau sudah tidak sibuk.]Kubaca WA dari Mas Fais lagi. Hatiku jadi was-was dan tidak nyaman begini.âKalau aku terima ajakan Mas Fais tidak enak sama keluarganya, ya, meski kata kamu itu bukan aku yang minta.ââKan, mereka suami istri, Mbak. Barang kali mereka tinggal satu atap, jadi bisa sekalian silaturahmi sama Ustazah Zahra.ââYa, kalau tinggal satu atap, kalau tidak? Selama ini kamu tahu sendiri kan, San. Kalau istrinya Mas Fais tidak pernah diajak dalam acara keluarga besarnya. Sama sekali tidak pernah loh, San.ââIya, Mbak, aneh juga si, menurutku. Barang kali istrinya Mas Fais sakit atau LDR-an?ââEnggak mungkin, San, kalau LDR-an ya, bisa saja pulang sebentar untuk hadir di acara penting keluarga.ââAku pun penasaran, Mbak, di mana istri Mas Fais berada, tapi aku mau tanya enggak enak. Takut dibilang kepo. Apalagi aku kan, masih kecil.ââJangan aneh-aneh ya, San. Jangan tanya apa pun kalau Mas Fais dan keluarganya tidak membuka omongan lebih dul
âMau atau tidak kalau tidak bisa bersikap sopan di sini dan juga tidak ada kepentingan lain maka harus pergi. Kami akan panggil security,â tegasku.âWow, hebat dong, ya? Seorang penjahit bisa mengendalikan security. Jadi, curiga nih, itu securitynya dikasih apa ya, sampai mau tunduk sama perintah tukang jahit,â jawabnya ngelantur.âTidak ada waktu lagi untuk meladeni anda. Silakan pergi!â kataku. Susanti berjalan ke arah pintu dan membukakan pintunya mempersilakan orang ini untuk keluar.âCk, kalian ini sudah sok hebat aja. Baru jadi tukang jahit, baru bisa sewa ruko begini.ââDi sini khusus untuk jahit dan permak baju, Mbak. Bukan untuk tempat tongkrongan orang nyasar seperti Mbak. Kalau ke sini tidak jelas tahu apa tujuannya lebih baik Mbak silakan keluar dan pergi dari sini,â jawabku.âSantai dong, woles aja. Enggak sibuk juga, kan? Masa orang seperti kalian mau mengusirku. Ini kan, ruko milik Mas Fais. Kamu tidak tahu siapa saya?ââMemang ruko ini milik Mas Fais, tapi kami sud
đ¸đ¸đ¸âOh, tidak! Aku sama sekali tidak terkejut. Tenang saja permintaan Anda akan aku penuhi, tapi satu yang harus kamu tahu antara aku dan Mas Fais tidak ada hubungan apa pun selain teman biasa. Malahan biasa banget,â jawabku jujur.âBetul kata Mbak Fatki, Mas Fais yang sering datang ke sini dan membawakan mawar untuk Mbak Fatki, bukan Mbak Fatki yang menggoda,â sahut Susanti membelaku.âDih, mana ada maling ngaku. Kalau ngaku pasti penjara penuh,â ucap wanita di depan kami lagi.âTapi, aku bukan maling dan Anda salah sasaran,â jawabku tidak terima disamakan dengan maling.âDuh, masa iya? Jilbabmu ini hanya untuk kedok saja, percuma deh, rajin berhijab, tapi maling suami orang,â katanya lagi.âJangan sembarangan nuduh deh, Mbak, kalau tidak ada bukti yang kuat dan jangan bawa-bawa apa yang aku pakai karena jilbabku dengan kelakuanku itu tidak sama!â tegasku.âOh, jelas sama, dong! Kalau orang yang pakai hijab dengan benar dia pasti akan mengontrol kelakuannya. Dia pasti tidak akan
âIya, Mbak, tenang saja aku berani jamin kalau Mbak Fatki tidak akan pernah melakukan itu. Sudah sana Mbaknya pulang saja kami masih banyak pekerjaan.â Usir Susanti lagi.âEanggk usah ngusir-ngusir aku bisa pergi sendiri dari sini. Sebenarnya kalau bukan karena kakakku tersayang aku pun tidak akan pernah sudi menginjakkan kakiku di sini dan bertemu dengan manusia-manusia kotor seperti kalian!âSetelah mengumpat perempuan itu pergi menggeber mobilnya meninggalkan ruko ini.âMas Faiz benar-benar sudah keterlaluan, San, masa dia nekat datang ke rumah mertuanya meminta izin untuk poligami dan menikahiku,â omelku.âIya, Mbak, benar Mas Fais kelihatan nekat sekali padahal dia kan, belum bicara apa-apa pada Mbak, kok tiba-tiba dia datang ke rumah mertuanya meminta izin poligami. Pantas saja Mbak tadi sangat marah karena Mas Fais sudah terang-terangan meminta izin dan pasti Mas Fais itu sudah menyebut nama Mbak. Itu kenapa perempuan tadi datang ke sini dengan sangat marah.ââIyalah, San, p
[Mbak Fatki benar-benar sibuk ya?][Mbak, tolong angkat telepon barang sebentar saja.][Jika tidak bisa mengangkat telepon tolong balas pesan WA-ku sedang sibuk atau tidak.]Entah kenapa aku membaca pesan dari Mas Fais otakku serasa mendidih. Aku benar-benar kecewa padanya.Kami memang saling kenal, tapi belum lama dan itu memang berkenalan tidak intens. Kami tidak pernah mengobrol, kami juga tidak pernah bicara satu sama lain. Lalu ini tiba-tiba dia meminta izin pada ibu mertuanya untuk berpoligami tanpa sepengetahuanku Mas Fais sudah sangat kelewat batas.Apa Mas Fais memanfaatkan keadaanku? Walau bagaimana pun juga yang namanya orang berpoligami itu harus ada persetujuan antara dirinya dan juga calon madu untuk istrinya.Bukan seperti ini tanpa bicara apa pun padaku tahunya adik iparnya datang ke sini dan memberitahu tentang semuanya. Mending kalau ngomongnya baik-baik. Dia datang ke sini dengan tidak baik, memaki dan merendahkanku.Ting!Pesan baru lagi dari nomor Mas Fais.
POV Kayla. Setelah pemakaman bapak keluarga pun segera mengurus perempuan yang mengaku sebagai istri mudanya bapak. Ternyata perempuan itu tidak mengharapkan harta seperti yang dituduhkan Kak Siwi. Perempuan itu benar-benar tulus pada bapak.Mereka benar-benar ke sini untuk memberikan penghormatan terakhir. Melihat ketulusan itu bang Dafa dan Bang Romi mengakui anak remaja itu sebagai adiknya dan berjanji akan memberikan biaya pendidikan sampai jenjang tinggi.Emak jangan ditanya perempuan itu terus mengerang pasti emak tidak terima atas keputusan dua putranya bahkan tadi Emak sempat kejang.âAbang mau bicara dengamu, Kay. Ini serius! Ayo, ikut Abang. Aku yang masih duduk di atas sajadahku setelah salat ashar langsung mengikuti Bang Daffa untuk berkumpul di ruang tamu. Di sana sudah banyak berkumpul saudara-saudara Bang Dafa ada paman, Kak Siwi, Risa, dan banyak lagi, tapi tunggu dulu ada satu orang yang menarik perhatianku siapa dia aku seperti pernah melihatnya? Ya, kini aku ingat
POV Kayla. âKamu siapa? Kenapa kamu datang ke sini, hah?! Kami tidak punya keluarga seperti kamu dan kami tidak mengundang siapa pun yang tidak kami kenal. Cepat pergi!â usir Kak Siwi. Aku yakin sekali kalau Kak Siwi mengenali wanita itu âkan kemarin dia sudah melihatnya di ponselku sedangkan emak hanya meliriik saja. Emak terus saja menangis. Ah ... ini masih babak baru pasti setelah ini akan terjadi keributan besar.âCepat sana, pergi! Cepat! Kami tidak punya kerabat seperti kamu!â usir Kak Siwi lagi seraya mendorong-dorong tubuh wanita itu.âLepaskan Ibuku jangan kau sentuh Ibuku!â bela anak bujangnya. Wah ternyata punya nyali juga dia. Aku kira dia hanya anak ingusan yang sembunyi di ketiak ibunya ternyata dia jagoan yang berani membela ibunya dari terkaman harimau.âKamu siapa? Nggak usah ikut campur anak kecil! Cepetan sana pergi kalian! Pergi! Rumah ini tidak menerima orang yang tidak kami kenal!â Kak Siwi terus saja mengusir perempuan itu namun perempuan itu sama sekali tid
POV Kayla.âDasar pembunuh! Dialah pembunuh bapakku. Dialah pembunuh bapak kami! Dafa pokoknya jeblosin Kayla ke penjara aku. Pokoknya aku enggak mau tahu masukin dia ke penjara!â teriak Kak Siwi. Jari telunjuknya menudingku.Dia menuduhku membunuh bapak terserah saja âtoh aku tidak secara langsung membunuhnya. Aku hanya memberikan informasi akurat dan rahasia besarnya selama ini, jadi kalau bapak meninggal ya, itu sudah takdirnya bukan karena aku yang bunuh. Jadi, untuk apa aku takut aku santai saja menghadapi mereka bahkan kini aku duduk di sebelah emak yang terbaring lemah. Tatapannya penuh kebencian padaku. Ah ... terserah saja. Dibenci emak tidak akan pernah membuatku rugi yang penting dendamku terbalaskan.Sementara Bang Daffa sama sekali tidak menanggapi perkataan Kak Siwi. Begitu pun dengan Bang Romi. Mereka semua justru khusuk mendoakan Bapak.Entahlah kalau setelah acara pemakaman ini mungkin aku akan disidang, tapi ya, seperti yang aku katakan tadi aku sama sekali tidak t
POV Kayla. âWah ... so sweet sekali, tapi sayangnya itu basi dan sepertinya Mak sekarang nggak suka tuh sama kamu! Dari tatapannya Emak saja terlihat sangat marah. Andai Mak bisa ngomong pasti Emak sudah ngusir kamu dari sini, Kay!â kata Kak Siwi lagi. âKalau emang Emak nggak suka padaku baru-baru ini ya, telat dong! Karena aku sudah nggak suka sama emak sejak dahulu,â jawabku. Kak Siwi bengong.âDasar nggak waras! LAWANG!â umpat Kak Siwi.âKok, orang gila ngatain gila, sih!â kataku lagi.âDiam kamu, Kay! Kamu ngatain aku gila lagi akan kubuat kamu mampus gak bisa ngomong selamanya mulutmu itu!ââEnggak takut! Lakuin aja kalau bisa,â jawabku dengan senyuman sinis.Kulirik emak. Lagi-lagi emak hanya menggeleng saja. Jangankan basmi Kak Siwi, emak yang selama ini baik padaku pun bisa aku bikin diam alias stroke.âMak ... Mak kenapa seperti ketakutan gitu, sih? Padahal kan, aku sayang sama Emak dan juga Mak sayang sama aku. Tenang aja ya, aku bakal kasih sesuatu sama emak, tapi aku
POV Kayla. âHalo ... selamat pagi! Emak apa kabar? Eh ... ada Kak Siwi,â sapaku saat aku buka pintu lalu menghampiri emak.âEh ... perempuan kurang ajar mau apa kamu ke sini, hah! Kamu mau merayu emakku lagi biar kamu dapat tanah warisan atau kebun gitu, ya! Enggak cukup kamu ngambil rumah itu dari kami?â kata Kak Siwi. Dia menarik jilbabku sampai hampir terlepas bahkan jarumnya pun menusuk kulitku.âApa-apaan sih, Kak! Ngeselin banget lepas nggak!â protesku.âAku enggak akan lepas sampai kamu minta maaf sama aku dan kamu balikin rumah itu ke Emak lagi!â jawabnya.âOh ... iya? Yakin?â jawabku seraya kusikut perut Kak siwi kuat sekali.âAww sakit! Setan kamu, ya, Kayla!â jerit Ka Siwi. Dia memegangi perutnya sambil berjongkok.âDuh, maaf ya, Kak. Sengaja! Ha ha!â ucapku.âEmph! Emph!â Emak bersuara. Aku yakin dia sangat kesal padaku dan hendak mengumpatku, tapi karena Mak sudah kena stroke jadinya emak tidak bisa menyampaikan unek-uneknya.âKenapa, Mak? Mau ngomong apa? Kasihan b
POV Kayla. âOo ...ternyata pelakor! Orang elit dan berpendidikan tinggi pun bisa ya, jadi pelakor!ââDokter kok, pelakor! Cantik-cantik sukanya sama suami orang. Padahal dapat bujangan juga bisa!ââNamanya juga cinta tahi kucing pun rasa coklat!ââAmit-amit naâuzubillahminzalik dunia udah mau kiamat sampai-sampai pada rebutan suami.ââSekarang banyak perempuan muka badak, muka tembok! Enggak bisa berkaca diri terbawa hawa nafsu!ââIya, sudah gitu nyalahin istri sah lagi! Iih ... enggak malu banget!ââPelakor mana pada punya urat malu. Urat malunya udah putus!ââIya, betul! Menjijikan sekali lebih najis daripada kotoran hewan!ââIya, ngeri ya ... padahal karir mereka bagus loh, dokter! Ternyata enggak menjamin!ââJangan cuma nyalahin pelakornya, tapi lakinya juga. Mereka itu kan, sama-sama mau. Sama-sama gatal, sama-sama nggak punya kehormatan!ââPendidikan tinggi enggak menjamin orangnya pun bermoral tinggi!ââMakanya itu harus belajar adab juga.ââDokter Dafa bingung kali milih sal
POV Kayla. âKurang ajar kamu, ya, Kayla!â Risa tidak terima mendengar ucapanku. Dia menyerangku, tapi aku buru-buru melepaskan sepatuku lalu kupukulkan ke bahunya! Bugh! Bugh!Tepat sasaran. Risa mengaduh kesakitan. Dia bermaksud menarik jilbabku, tapi aku sudah lebih dulu menjambak rambutnya.âAww! Sakit-sakit! Lepaskan!â teriak Risa sampai suster yang kebetulan melintas berlarian untuk melerai kami.âMbak, lepas, Mbak! Kasihan Dokter Risa. Udah lepas! Mbak, tidak tahu dia siapa?! Tolong lepas!â seru para suster.âRasain kamu! Mampus kamu, Risa! Sekali lagi kamu bikin masalah sama aku bukan hanya rambutmu yang aku jambak, tapi kepalamu aku lepaskan dari tubuhmu! Memang kamu kira aku takut sama kamu? Rasain ini dokter gila,â makiku pada Risa.âKamu itu yang gila buktinya kamu yang menyerangku!â Risa masih saja playing victim.âOoh ... gitu! Ini gimana? Sakit tidak!â kutarik bulu mata palsu Risa biar dia tahu rasa.âAww saaaaakkkiit mataku! Bulu mataku! Dasar kamu gila Kayla!â teri
POV Kayla. âKayla, tolong panggil suster untuk membantuku!â pinta Bang Daffa.âMales, iiih! Abang panggilan aja sendiri itu kan, ada tombol di atas kepala Bapak. Tinggal pencet aja sih, kenapa pakai nyuruh-nyuruh aku segala!â tolakku sinis.âAstaghfirullahaladzim ... Kayla ini darurat ya, Allah!â pekik Bang Dafa. Dia terlihat bingung dengan sikapku lalu tanpa pikir panjang dia memencet bel yang ada di atas kepala bapak berkali-kali.âNah ... gitu bisa kan, pencet bel sendiri! Kenapa pakai nyuruh-nyuruh aku segala?!â seruku.âKayla, cepat bantu sini! Tolong ini!â pinta Bang Dafa lagi tanpa menoleh ke arahku. Dia memang terlihat sibuk sekali.âApaan sih, Bang, males lah! Aku mau keluar. Aku malas bertemu Abang. Orang Bapak 'tuh cuma kejang biasa itu kena ayan. Udah deh, enggak usah terlalu lebai,â jawabku lagi. Gegas aku keluar. Di pintu aku berpapasan dengan perawat yang terburu-buru masuk ke ruangan ini.âDasar monster! Aku pastikan kamu segera akan punah dari muka bumi ini. Monste
POV Kayla. âPak, hei jangan mati dulu!â seruku seraya kutepuk-tepuk pipinya lebih tepatnya aku tampar.âPaaakk!â Kali ini kutekan lengan kanan bapak yang terpasang selang infus. Jika Bapak tidak sedang dalam keadaan kejang pasti dia akan berteriak kesakitan, tapi aku yakin sih, dia pun merasakan sakit. Ah ... sungguh ini merupakan kenikmatan hakiki yang aku nanti-nanti selama ini.âPak, ada satu rahasia lagi yang harus Bapak tahu dan ini tentu sangat mengejutkan. Tahukah Bapak, bahwa istri tercinta bapak itu adalah penebar fitnah. Bapak tidak tahu kan, kalau ternyata istri Bapak sejak muda dulu sudah berselingkuh dengan asisten pribadi Bapak? Karena aksinya terpergok oleh orang tuaku, Emak lalu memfitnah mereka dan terjadilah tragedi besar pembunuhan yang Bapak dalangi. Bagaimana Pak, apakah informasi ini mengejutkan Bapak?âKulirik jam di pergelangan tanganku dan sepertinya sudah lebih dari 10 menit bapak kejang. Hebat sekali dia tidak meregang nyawa. Apa dia seperti kucing yang p