"Kecenderungan itu memang iya, tapi tidak untuk sebagian laki-laki. Kau itu berhati lembut, mandiri, tidak suka merepotkan orang lain, dan kuat. Dalam artian, pada situasi apa pun mampu mengafirmasi diri untuk tetap bertahan.""Kalau masalah bertahan itu bukan lebih ke afirmasi, tapi lebih ke terpaksa karena gak punya pilihan, Kim," Angela tertawa. "Orang-orang yang punya privilege pasti jarang mengalami masa tidak punya pilihan seperti aku ini."Kim sekarang yang tertawa. "Menyindirku?" Angela hanya tersenyum lebar. Ia mengangsurkan satu cangkir teh hijau ke depan kursi di seberang meja. Pria itu pun menarik kursi tersebut lalu duduk berhadapan dengan Angela. Aroma teh hijau merambat memenuhi ruangan. "Mau sarapan apa, An?""Kim maunya apa?'"Bagaimana kalau mi instan saja."Mata Angela membulat. "Jauh-jauh ke sini cuma sarapan mi instan? Apa tidak ada pilihan lain?" "Aku ingin kamu yang memasaknya, An. Masakan chef hotel tidak seistimewa chef pribadi." Antoni mengerling manja pad
Read more