Home / Horor / ANGELA (Sang Perias Jenazah) / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of ANGELA (Sang Perias Jenazah): Chapter 81 - Chapter 90

135 Chapters

Penasaran

"Ketika aku bicara pada Bang Sahat bahwa beras tinggal sedikit, dia menjawab dengan santai agar aku bersabar. Belum lagi tagihan air, tagihan listrik, susu anak dan banyak lagi yang harus kupikirkan jalan keluarnya. Apa kau tahu kerja suamiku?"Angela menggeleng pelan. "Duduk di bale-bale seharian merokok dan main hape, berjudi online. Waktu didengarnya kawan dia menang tujuh puluh juta tambah semangat dia berjudi. Tapi, sampai aku mati tak sekalipun Bang Sahat menang. Aku punya suami tapi seperti hidup sendiri.""Tapi, kenapa anak-anak harus Kakak bunuh?" pertanyaan yang tidak bisa Angela tahan. "Kalau aku mati siapa yang akan mengurus mereka? Bapaknya? Mengurus dirinya saja dia tidak becus apalagi mengurus anak-anak." Intonasi suara Anita meninggi. Terdengar jelas sebagai suatu pelepasan kekecewaan yang mendalam. Ia pasti sudah memendamnya lama."Kau lihat matanya. Ada dia menangis? Kurasa senang di dalam hatinya sekarang. Tidak ada lagi beban hidupnya. Tidak perlu lagi dia berpi
Read more

Demi Rasa Ingin Tahu

Setelah memeriksa sekali lagi kunci motor, Olla melangkah lebih dulu ke arah mata air yang lokasinya lebih rendah dari jalan. Terlihat masih ada police line yang dilingkarkan pada kayu kecil yang sengaja ditancapkan di depan mata air tersebut. Awalnya di telinga Angela yang terdengar adalah suara mirip sayap lebah yang berterbangan. Ketika semakin dekat ke mata air suaranya berubah seperti suara pesawat tempur yang sedang mengudara dengan ketinggian yang tidak seberapa. "Bagaimana, An? Mau diteruskan apa tidak? Matamu sudah menyipit-nyipiy begitu," tanya Olla terlihat khawatir. "Di sini sangat tidak baik energinya. Teriakan dan tangisan sangat jelas terdengar." Dahlia ikut menambahkan. "Tidak apa-apa. Aku masih bisa. Apa makhluk air itu bisa aku lihat?" tanya Angela. Ia memegang pergelangan tangan Olla untuk mengurangi dengung di telinganya. "Bisa saja kalau dia mau. Kalau tidak, ya, aku tidak bisa memaksanya.""Maaf, nih, An. Katamu kuping berdengung hebat tapi kok bisa mendenga
Read more

Wuri

Belum ada seratus meter mereka bergerak, Olla menghentikan motor. Ia memperhatikan spion di kanan kirinya. "Nampaknya intuisimu benar, An. Kita harus menyembunyikan motor ini agar tidak terlihat mereka. Please! Jangan menoleh ke belakang. Kita pura-pura tidak tahu. Biarkan mereka berpikir kita hanya kebetulan lewat jalan ini."Angela menepuk pelan bahu Olla sebagai kode bahwa dia mengerti dan mengikuti apa yang dikatakan temannya itu.Olla melajukan lagi motornya. Sampai di jalan yang menurun ia mengarahkannya ke kiri jalan di mana tanaman perdu berkerumun lebat. Ia menyembunyikan motor di balik tanaman tersebut. "Kita mau apa?" Dahlia bertanya dengan ekspresi wajah bingung. "Mengintai mobil itu. Asal dapat nomor polisinya saja sudah sangat cukup," kata Olla. "Kalau bisa lebih dari itu, La. Terlihat juga wajah-wajah orang yang ada di dalamnya." Angela berujar sambil membenahi posisi tubuhnya. Ia tidak nyaman karena berjongkok di balik semak-semak yang banyak nyamuknya. "Apa kalia
Read more

Anna

Sikap Joana sudah lebih baik dari sebelumnya ketika Angela hendak berangkat ke rumah duka. Wajahnya pun sudah lebih ceria dan cerah. Mungkin semua perkataan Angela sudah dipikirkan dan ditelaah dengan baik oleh perempuan hantu tersebut. Begitupun terhadap Dahlia. Dia sudah mau bertegur sapa walau masih canggung. Namun, dia menolak ikut saat Angela mengajaknya serta. "Aku di rumah saja. Terlalu sering bertemu orang mati membuat suasana hatiku tidak enak," tolak Joana."Oke. Aku tidak akan memaksamu. Kau baik-baik di rumah. Jangan ghibah terus sama makhluk-makhluk di pohon sana itu," kata Angela menggoda Joana. Gadis itu hanya tersenyum tipis lalu masuk dengan langkah cepat. Angela dan Dahlia bergegas pergi karena Pak Topan sudah menelepon. Sebelumnya Angela sudah menerima pesan WA tentang jenazah yang akan diriasnya. Seorang anak delapan tahun yang dirudapaksa oleh ayah kandungnya sendiri. Hati Angela mencelos membaca pesan tersebut. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan gadi
Read more

Anna Bertemu Ibu

Angela merenung beberapa saat. Ia mencoba mencerna situasi yang diceritakan Anna. Sepertinya ayah dan ibu Anna bertukar peran. Mungkin tepatnya si Ibu bekerja menjadi tulang punggung. Hanya bertemu anaknya sebelum dan sepulang kerja saja. "Mau bicara dengan Ibu sekarang?" Dahlia bertanya tiba-tiba. Anna mendongak melihat wajah Dahlia seperti sedang mencari jawaban. Namun, ia terlihat ragu. Kepalanya bergerak sedikit turun, menyejajarkan pandangannya dengan Angela."Terserah Anna. Kak Dahlia itu bisa membantu ibumu agar dapat melihatmu di sini. Dia sedang menunggu di luar. Kalau Anna mau, Kakak panggilkan sekarang juga," kata Angela. menjawab tatapan Anna yang butuh pertimbangan. Gadis kecil tersebut masih diam. Ia terlihat ragu untuk menentukan. Angela membiarkannya untuk berpikir lebih lama. Anak usia delapan tahun tentu tidak bisa disamakan dengan cara pandang orang dewasa. "Apa Ibu tidak marah, Kak?" tanya Anna pada akhirnya. "Kakak janji, ibu Anna tidak akan marah," sebut An
Read more

Antoni Mendadak Datang

Perempuan tersebut menyadari bahwa tidak ada lagi tubuh anaknya di pelukan. Ia bangkit lalu melangkah cepat ke arah peti jenazah putrinya. Sekali lagi nama Anna disebutnya sebelum tubuh kurusnya luruh ke lantai dengan kepala bersandar pada peti.Angela mengahampiri perempuan tersebut kemudian duduk di sebelahnya. Ia tidak mengatakan apa-apa untuk memberikan penghiburan. Ia sengaja menciptakan jeda agar hati perempuan itu lebih terbuka untuk menerima kehilangan yang paling menyakitkan di dalam hidupnya. ***Angela kembali ke rumah hampir pukul tujuh malam. Pak Topan memberikan sebungkus nasi Padang dengan lauk rendang. Pria tersebut sudah hafal kesukaan Angela. Sementara Angela menikmati makan malamnya, Dahlia dan Joana terlihat sedang ngobrol di ruang depan. Sepertinya mereka sudah mulai bisa berteman. Angela yang kepo dengan obrolan mereka buru-buru menghabiskan makanannya. "Akur, ya," kata Angela seraya duduk di kursi ruang depan setelah selesai makan. Dahlia tertawa. "Mau tidak
Read more

Cinta Butuh Kepercayaan

"Kim … jangan lama-lama." Angela menyudahi. "Bisa lupa diri kita nanti.""Tapi aku masih rindu," ujar Kim masih belum menjauhkan wajahnya dari wajah Angela. "I know … aku pun begitu." Angela mengusap pipi Antoni. "Bagaimana kalau kita jalan-jalan?""Jalan kaki maksudmu?"Angela tertawa. "Selama ini jalan memang pakai kaki." Dicubitnya pipi Angela. "Baiklah, An. Aku pikir bukan ide yang buruk.""Di depan gang ada nasi goreng enak. Sekali waktu Tuan Antoni Hakim makan di pedagang kaki lima. Rasanya tidak kalah dengan olahan chef di hotel.""Kita pergi sekarang?""Iya dong. Sebentar aku rapikan rambutku yang acak-acakan ini."Antoni menggeser langkah ke tempatnya semula. Memperhatikan Angela yang sedang menyisir rambutnya di depan cermin. Angela pura-pura tidak melihatnya padahal dari dalam cermin terlihat ekspresi bahagia melintas di wajahnya. Bukan hanya Antoni yang terlihat. Joana pun tampak di cermin. Berbanding terbalik dengan ekspresi Antoni. Wajah Joana muram. Mungkin sejak tad
Read more

Mempertanyakan Kejujuran Joana

Angela memutar duduknya ke arah Joana. Menarik napas panjang sebentar. "Yang terlihat saja. Yang tidak terlihat, orang mana tahu. Hidupku juga rumit. Urusan percintaan pun pernah berada pada posisi retak hati. Tapi aku selalu berusaha untuk berjalan di jalur yang benar. Itu saja.""Ibumu pasti mendidikmu dengan baik. Sangat beda dengan cara Ibu membesarkanku. Katanya, perempuan itu harus cantik agar kau bisa gunakan kecantikanmu untuk mendapatkan apa yang kau mau dengan mudah. Terutama pria dan uangnya.""Itu benar ibumu yang ngomong begitu?! Aku pikir hanya ada di sinetron yang episodenya sepanjang jalan kenangan." Angela kembali memutar posisi duduknya lalu melahap mi yang baru sedikit ia makan."Kau lihat saja nanti seperti apa ibuku.""Setelah aku selesai sarapan kita langsung menemui ibumu. Aku sudah gak sabar, Jo." Semangat Angela sedang baik-baiknya. Ia ingin tahu seperti apa kehidupan ibu Joana sampai anaknya sendiri enggan mengakui keberadaannya. ***Dahlia datang tepat se
Read more

Menemui Bu Lira

"Ceritanya panjang. Tapi intinya, jiwa Joana masih berada di sini. Dia meminta saya untuk menemukan di mana jasadnya disimpan. Bukan hanya hal itu yang membuatnya tertahan, ada satu lagi yang harus diselesaikan.""Mbak ini sedang mengarang cerita, ya. Saya bukan orang yang mudah percaya dengan sesuatu yang tidak nyata. Apalagi omong kosong seperti itu.""Ibu biasa memanggilku Juju," kata Joana dari ambang pintu. Di manapun berada tempat favorit Joana memang di situ. "Joana sekarang sedang berdiri di sini." Angela mengarahkan tangannya ke pintu. "Dia mengatakan, Ibu memanggilnya dengan sebutan Juju.""Pasti karena dia pernah bercerita padamu tentang itu. Saya masih tidak percaya.""Aku masih ingat warna boneka beruang yang Ibu belikan. Merah muda dengan pita besar di dadanya.""Kata Joana boneka beruang yang Ibu belikan pertama kali untuk dia berwarna merah muda dengan pita besar di dadanya." Angela mengulangi perkataan Joana. Ekspresi kaget tidak bisa disembunyikan oleh Bu Lira. Ia
Read more

Rencana Pernikahan Pak Kardiman

Selama perjalanan pulang, Joana lebih banyak diam. Ada penyesalan di hati Angela. Selama ini dia cukup keras pada gadis itu. Terlebih pada bagian hidupnya dengan Steve Menda. Seandainya Angela tahu lebih awal cerita hidup Joana, pasti sikapnya akan sedikit lebih lunak. "Jadi itu alasanmu begitu mencintai Steve Menda. Walaupun aku tetap tidak suka dan tidak setuju dengan perselingkuhan, aku tidak akan memaksamu untuk move on lagi," kata Angela ketika motor berhenti di lampu merah. "Kau memaksaku pun tidak apa-apa. Aku banyak merenung selama tinggal denganmu. Satu hal yang kusadari, Steve Menda tidak lebih baik dari ibuku, hanya aku saja yang terus menyangkalnya. Kau harus mengajariku caranya berdamai dengan diri sendiri.""Sejatinya kita sedang dan akan terus belajar, Jo." Pertemuan dengan Bu Lira membawa dampak yang lebih baik kepada Joana. Sikapnya menjadi lebih periang dan friendly. Angela jadi lebih sering mengajaknya serta ketimbang meninggalkannya di rumah. Di weekend kali in
Read more
PREV
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status