Semua Bab ANGELA (Sang Perias Jenazah): Bab 51 - Bab 60

135 Bab

Tentang Rasa

"Perempuan itu benar-benar sudah gila. Ilmunya juga gila-gilaan. Guru spiritualnya pasti bukan orang biasa. Dia berencana merasuki raga Pak Topan dan menggunakannya untuk membunuhmu. Mereka sudah melakukan perjanjian kerjasama. Lula sudah membayar dengan jumlah yang cukup besar. Tapi Pak Topan berubah pikiran setelah kau mempertemukan dia dan Adam. Aku sengaja menghalaunya untuk menyatu denganku supaya bisa kubaca apa yang ada di pikirannya dan tidak mudah juga ternyata," terang Gumawang mengatur napasnya. "Apa tidak bisa kau bawa saja dia ke gunung sana?" Angela nyengir kuda. "Kalau dia cantik dan baik seperti kau, mau aku." Ia melirik Angela yang sedang membuka amplop."Akunya yang gak mau," ujar Angela membuka lipatan kertas seraya mendekat ke arah Gumawang. "Apa isinya?" "Membaca pikiran orang saja bisa, masa baca isi kertas ini masih nanya." Angela menahan tawanya. "Apa hayo?" Ia mendekatkan wajahnya pada Gumawang. "Undangan untuk datang ke rumah keluarga Kunz, iya, kan?""K
Baca selengkapnya

Kejutan untuk Angela

Seorang perempuan muda menghampiri Angela dan memintanya untuk berpindah ke ruangan lain. Ia pun mengekor perempuan tersebut. Ponsel ia simpan di dalam tasnya. Sebagai perias jenazah, Angela sebenarnya sangat bisa memoles wajahnya sendiri. Terlebih awal ia terjun ke dunia rias jenazah karena kemampuannya memainkan warna di wajah sejak remaja. Gelar beauty blogger yang sempat disandangnya, kini sudah ia tinggalkan dan memilih jalan lain yang dianggapnya lebih nyaman. Dari banyak pengalaman berinteraksi dengan orang mati, satu poin utama yang paling penting, selama napas masih memenuhi paru-paru, berbuat baiklah sebanyak yang kita bisa. Karena kematian jaraknya hanya sejauh bayangan. Pada profesinya yang sekarang, Angela ingin menanam lebih banyak kebaikan karena buah-buah kebajikan selalu terasa manis. Seperti wajah yang terlihat di cermin saat ini, manis, lembut dan menawan. Setidaknya itulah kata-kata yang keluar dari mulut Antoni Hakim saat melihat Angela merapikan sackdress seba
Baca selengkapnya

Rumah Tua Tuan Gerald

Langkah Angela terhenti oleh rasa kagetnya. "Bukankah tadi Tuan mengatakan ingin menunjukkan sesuatu yang belum pernah dilihat oleh perempuan lain?" "Saya mengajak Nona ke rumah ini hanya untuk sekedar berkeliling. Tuan Gerald ada memberikan sepetak tanah yang cukup besar untuk saya tepat di belakang sana. Tempat itu yang saya maksud sebelumnya." Antoni menjelaskan. "Jadi Tuan tahu apa saja yang akan diberikan oleh mendiang Tuan Gerald pada saya?" tanya Angela masih belum bergerak dari tempatnya berdiri. "Ya. Saya adalah salah satu saksi yang ditunjuk Tuan Gerald saat membuat surat wasiat yang akan dibacakan hari ini.""Selain rumah ini, apa masih ada yang lain?""Ada. Aset keluarga Tuan Gerald banyak. Nona mendapatkan rumah ini, tanah perkebunan dan sejumlah uang yang cukup besar. Nanti saat pembacaan wasiat Nona akan tahu nilainya.""Tapi saya tidak suka rumah ini, Tuan."Alis Antoni bertaut. "Kenapa?""Sangat besar untuk saya." Angela kemudian mendekatkan mulutnya ke telinga Ant
Baca selengkapnya

Bertaruh Kepercayaan

Perasaan Angela campur aduk. Walaupun bila benar ini sekadar sandiwara, melihat orang yang dicintainya bergandengan tangan dan saling beradu pandang di depan matanya, tetap saja menjadi sebuah situasi yang tidak menyenangkan."Mari kita bersenang-senang, Mbak Angela. Ah! Aku benci menyebutmu Mbak. Terdengar seperti sebuah penegasan kalau kau itu kakak perempuanku. Najis!" Lula meludah di depan Angela. "Kau pikir aku suka menjadi saudaramu? Najis!" Angela melakukan hal yang sama. "Berkatalah sesukamu selagi masih bisa," kata Lula dengan senyum yang terangkat sedikit di ujung sebelah bibirnya. "Mari Nona! Ikuti kami. Tidak perlu melawan atau mencoba melarikan diri. Akan sia-sia saja. Percuma." Kali ini Antoni yang berbicara dengan nada ketus serupa Lula. "Tenang saja Tuan Antoni yang terhormat. Saya tidak akan melawan. Apa pun yang kalian mau akan aku turuti, misalnya pun harus mati, berarti memang sudah selesai tugasku di dunia ini." Angela berusaha terlihat tenang meskipun ritme
Baca selengkapnya

Rania Telah Tiada

"Mari ikut saya, Nona!" Antoni beranjak tanpa menggenggam tangan Angela seperti sebelumnya.Pria itu mengikuti kedua anak buah Lula yang sudah berjalan lebih dulu. Sedangkan Angela berada di belakang mereka. Angela dibawa ke sebuah ruangan yang terdapat di rumah tersebut. Letaknya di ujung paling belakang. Udara di dalamnya terasa lebih panas dan pengap. Sepertinya memang sengaja tidak diberi ventilasi udara. Tempat ini lebih cocok disebut sebagai ruang khusus penyekapan. Ada satu kursi kayu tua tanpa cat dan beberapa rantai tergeletak di lantai. "Silakan duduk, Nona." Antoni meminta Antoni duduk di kursi tersebut. Angela dengan wajah mendongak duduk anggun menekan rasa takutnya sendiri. Antoni tampak tersenyum tipis. Senyum yang sekarang sulit untuk ditafsirkan maksudnya oleh Angela. "Saya akan meninggalkan Nona sampai waktu yang belum ditentukan. Bisa satu atau dua jam, bisa juga baru besok saya jemput." Antoni berkata demikian seperti tanpa beban. Dua anak buah Lula cepat berg
Baca selengkapnya

Fakta Mengejutkan

"Kenapa kau menyimpulkan begitu?""Tadi Kak Rania bilang Galih sudah dua hari tidak datang. Tapi tadi ketika masuk ke sini Tuan Antoni bilang yang membuka pagar adalah Galih. Dia sudah berbohong padaku. Remote control pagar ada padanya. Aku saja yang tidak memperhatikan gerakan tangannya.""Cukup menarik," kata Gumawang dengan senyum kecil yang misterius. "Kau ini, Wang! Jawabnya mengambang gitu. Tinggal bilang saja apa susahnya, sih!"Gumawang tertawa. "Aku hanya takut salah karena terlalu cepat menyimpulkan.""An! Motor Galih masih di gudang. Kuncinya pun masih tertancap di motornya. Jaket kulit hitamnya masih tersampir di dinding, coba nanti kau periksa siapa tahu STNK-nya ada di sana. Sekarang cepat ikuti aku!"Rania melayang cepat ke arah taman mawar Antoni kemudian berbelok ke arah kanan. Sebuah bangunan kecil seadanya terlihat di dekat pagar pembatas rumah ini. Gumawang membukakan pintu untuk Angela lalu pergi meninggalkan mereka begitu saja. Tetapi Angela tidak lagi sekhawat
Baca selengkapnya

Gumawang Menjaga Angela

Angela hanya menghela napas. Lula memang bukan perempuan biasa. Ia memiliki ilmu sihir yang mumpuni. Gumawang yang asli makhluk alam bunian saja mesti bertindak hati-hati menghadapinya. Hampir satu jam Andreas berkeliling bersama Angela. Pria itu lalu berbicara empat mata untuk menanyakan beberapa hal terkait Lula dan Antoni. Gumawang ikut menemani berdiri di samping Angela. "Sebenarnya posisi Mbak Angela di antara Lula dan Antoni itu seperti apa? Sampai saat ini saya belum mengerti," tanya Andreas dengan wajah serius. "Saya pun sebenarnya tidak begitu mengerti, Pak. Awal mula saya kenal keduanya saat merias jenazah Lily anaknya Tuan Antoni. Seiring bergulirnya waktu saya dekat dengan beliau. Ternyata di balik kedekatan itu ada semacam konspirasi untuk melenyapkan saya.""Melenyapkan Anda? Untuk apa?""Agar saya tidak mendapatkan warisan dari Tuan Gerald yang tak lain adalah ayah biologis saya. Itu pun baru saya tahu belakangan ini.""Lula itu hubungannya dengan Mbak Angela apa?""
Baca selengkapnya

Situasi yang Menengangkan

Tubuh Angela mulai berkeringat. Cukup lama ia menunggu sampai Lula dan Antoni akhirnya datang. Wajah mereka terlihat tegang. Langkahnya cepat seperti ada yang mengejar. "Siapa yang datang?" tanya Lula seraya menarik lakban di mulut Angela. "Kau perempuan hebat. Gunakan ilmu sihirmu. Tidak perlu tanya padaku," jawab Angela dengan mata terarah pada langit-langit. Ia sengaja bersikap seolah tidak melihat Lula. Tiba-tiba sebuah tamparan keras mendarat di pipi Angela. Ia terkesiap! Pipinya terasa panas, dadanya pun seketika bergemuruh. Sepanjang hidup inilah kali pertama seseorang berani menamparnyamenamparnya di depan orang lain. "Lula!" Antoni segera melangkah dan berhenti di hadapan Angela. "Sudah! Tidak ada gunanya menyakiti Angela. Dia tidak akan mengatakan apa pun. Aku tahu betul siapa dia." "Kau benar-benar jatuh cinta padanya, iya, kan?!" Lula bertanya dengan suara keras dan meninggi. "Bukan begitu, Lula. Lebih baik kita langsung eksekusi saja dia. Menunggu lebih lama juga ti
Baca selengkapnya

Membekuk Lula

"Tarik saja pelatuknya, Nona. Saya siap menerima satu peluru dari pistol ini, " ujar Andreas tersenyum. Mata Lula memicing. "Apa aku tidak salah dengar Pak Polisi ganteng?""Anda tidak salah dengar, Nona," jawab Andreas yakin. Lula menyeringai. Ia terlihat senang. Tanpa menunggu lagi ia menarik pelatuk pistol miliknya. "Dor! " seru Andreas, tangannya secepat kilat merampas senjata api yang dipegang Lula. "Sial!" Lula merutuki dirinya sendiri ketika Andreas sudah menekuk tangannya ke belakang tubuhnya. Sepersekian detik kemudian dua rekan Andreas masuk ke ruangan. Salah satu dari mereka menghampiri Andreas dan dengan cepat memborgol tangan Lula lalu membawa perempuan itu ke luar. Sumpah serapah dan caci maki terlontar dari mulutnya. Ia merasa dirinya masih belum kalah dan akan membalaskan sakit hatinya pada Angela. "Tunggu waktunya, Kakak! Aku akan meneror hidupmu lagi!" pekik Lula dari ambang pintu. Angela bergeming. Ia sudah tidak punya niat untuk berdebat dengan Lula tentang
Baca selengkapnya

Bertemu Tante Meri

"Iya, Tante. Selama saya kenal dengan Tuan Antoni, dia belum pernah mengenalkan saya pada keluarganya.""Menunggu waktu yang tepat saja, " kata Tante Meri sambil melangkah menuju ruang UGD. Angela mengangguk. Ia menunggu di luar. Kesempatan itu ia gunakan untuk menghubungi Olla dan menjawab beberapa pesan yang masuk sejak tadi di ponselnya.Tidak lama, terlihat Pak Kardiman keluar sendirian. Ia menghampiri Angela lalu duduk di sebelahnya. "Maafkan saya, Nona," kata Pak Kardiman yang memunculkan pertanyaan di benak Angela. "Maaf untuk apa, Pak?" "Untuk semua yang saya lakukan yang berakibat buruk pada Nona. Orang kecil seperti saya lebih sering tidak punya pilihan selain patuh.""Selama ini Bapak sudah sangat baik pada saya." Angela mengusap bahu pria yang wajahnya terlihat sangat lelah. "Sebenarnya saya tahu banyak tentang Nona Lula. Ibunya dan saya berteman sejak lama. Dulu ia bekerja pada Tuan Gerald sebagai asisten rumah tangga.""Jadi, apa yang dikatakan Lula tentang ibunya t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status