Home / Horor / ANGELA (Sang Perias Jenazah) / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of ANGELA (Sang Perias Jenazah): Chapter 41 - Chapter 50

135 Chapters

Arwah Miranda

Karena itulah ketika Angela pulang, Pak Topan buru-buru mendatanginya. Menanyakan bagaimana perkembangan masalah yang dihadapi Angela.Beliau terkejut tatkala Angela menyampaikan kabar tentang kematian Miranda. "Kasihan anak itu. Semoga Tuhan memaafkannya," ujar Pak Topan menatap nanar ke luar pintu. Mungkin beliau teringat peristiwa lalu yang melibatkan anaknya. Sampai detik ini pun beliau belum bercerita tentang Adam pada Angela.Setelah berbincang sekadarnya, Pak Topan mohon diri. Pria itu sekali lagi berpesan agar Angela tetap berhati-hati walaupun Miranda sudah mati. "Saya pasti akan berhati-hati, Pak. Terima kasih karena Bapak sudah sangat peduli pada saya," ucap Angela seraya melangkah, mengantarkan Pak Topan sampai ke ambang pintu. Setelah Pak Topan pulang, Angela segera bersiap-siap untuk pergi ke rumah Miranda. Olla dengan cekatan menyiapkan makan malam yang tadi dibeli. Ia juga membuatkan teh manis hangat untuk Angela supaya staminanya lebih cepat pulih kembali. Baru sa
Read more

Bicara dengan Arwah Miranda

"Semua ini gara-gara kamu, Angela!" seru Miranda marah. "Bukan! Bukan karena Angela!" Angela terkesiap. Ia mengangkat dagunya sedikit. Suara laki-laki yang baru saja membelanya masih terasa asing. "Kau sendiri yang memulainya. Awas! Jangan kau dekati Angela. Dia dalam penjagaanku!" Mungkin ini yang dimaksud Olla. Bahwa Gumawang akan melakukan tugasnya secara tidak terduga. "Mari kita bicara baik-baik, Nyonya. Saya tidak ingin mencari ribut. Demi Nyonya saya datang ke sini. Agar siapa pun yang membuat Nyonya jadi seperti ini akan mendapatkan balasannya," ujar Angela membuka komunikasi dengan Miranda dengan bahasa batinnya. "Kau tidur dengan Antoni?" tanya Miranda ketus. "Bukankah sudah saya jawab saat Nyonya menanyakan pertanyaan yang sama waktu itu. Sekarang pun jawabannya tetap sama. Selama Tuan Antoni masih terikat pernikahan dengan Nyonya saya tetap menjaga jarak," jelas Angela pada wanita yang kini berdiri di samping peti, di depan dirinya. "Aku tidak percaya. Kau pasti t
Read more

Tabir Mulai Terbuka

"Aku menduga, Lula adalah anak papaku juga. Sama seperti kau ini." Jari Miranda menunjuk ke depan muka Angela. "Entah dari perempuan mana. Penyelidikan belum selesai, dia sudah lebih dulu menjegal langkahku."Angela menarik napas panjang lalu perlahan mengembuskannya. Ia sama sekali tidak menduga bahwa Lula adalah juga saudaranya. "Anda yakin, Nyonya?" "Yakinlah! Kau tanya saja sama bapaknya si Adam yang sok jual mahal itu. Lula dan dia masih saudara. Aku juga mengetahuinya baru belakangan ini.""Pak Topan sok jual mahal?" Angela jadi ingin tahu cerita tentang cinta Adam dari sudut pandang Miranda."Aku sudah memohon-mohon padanya untuk membiarkan Adam menjadi suamiku. Biarlah semua aku yang mengatur agar Adam terlihat seperti lelaki dari kalangan yang papaku mau. Sampai aku rela memberikan mahkota diriku pada Adam. Tetapi tua bangka itu malah memaki keluargaku. Dia pikir siapa anaknya? CEO? Konglomerat? Sudah miskin lupa berkaca!""Tetapi ketika Nyonya mendatangi saya beberapa wakt
Read more

Cha

Permintaan untuk merias di hari yang sama dengan Nyonya Miranda terpaksa Angela tolak. Ia masih belum benar-benar fit. Setelah pulang, ia lebih banyak istirahat agar besok bisa melakukan aktivitas seperti biasa. Banyak agenda yang harus dilakukan. Dua yang terpenting adalah bicara dengan Pak Topan dan mengecek isi amplop bersegel milik ibunya. Pagi-pagi sekali sebelum pukul 06.00, Pak Topan meminta Angela datang ke rumah duka. Satu jenazah perempuan muda dari rumah sakit sudah datang sejak dini hari tadi. Beliau datang langsung tanpa mengabarinya via WA. Pak Topan pergi lebih dulu karena Angela harus bersiap-siap. Bertemu di rumah duka Angela berusaha untuk bersikap seperti biasa. Nanti setelah pekerjaannya selesai barulah ia menanyakan pada pria itu tentang Lula. Ia sudah tidak sabar hubungan kekeluargaan apa yang menghubungkan mereka. "Baru dua bulan lalu dia melahirkan. Kasian anaknya jadi tidak punya ibu," terang seorang perempuan yang menunggu di depan ruang pemulasaran. Mungk
Read more

Masih Tentang Cha

"Kenapa Tuhan tidak adil padaku, Kak?""Pertanyaan yang kadang masih sering kutanyakan pada juga pada Tuhan. Tapi itu bukan ranah kita sebagai manusia untuk menjawabnya.""Aku masih ingin sekolah, bertemu teman-teman. Ada satu teman laki-laki yang kusuka. Sudah lama aku menyukainya. Wajah manisnya, sepasang lesung pipi dan senyum menawannya tidak pernah bisa aku lupakan." Mata Cha terlihat berbinar-binar. "Aku ingin sekali bertemu dia."Angela tersenyum. "Kau ingin bertemu dia?""Bisakah?" Senyumnya mengembang lebar. "Aku sangat ingin bertemu dia, sekali saja. Setidaknya aku punya kesempatan untuk mengenang sesuatu yang membahagiakan.""Bagaimana dengan ibumu, Cha? Kau tidak ingin bertemu dengannya?" Raut wajah Cha berubah. Ia menggeleng. "Sampai kapanpun, aku tidak mau melihat Ibu lagi. Bagiku dia sudah mati!" Suaranya bergetar hebat. Sakit hatinya mungkin tak bisa lagi terobati. "Baiklah. Aku tidak akan memaksa. Kau punya hak menentukan sendiri apa yang kau mau."Angela tidak mau
Read more

Kebenaran Tentang Lula

"Duduklah!" "Jadi benar Lula masih kerabat Bapak?" tanya Angela sambil menarik mundur kursi di depan meja Pak Topan. Ia kemudian duduk dengan khidmat dan siap mendengarkan."Benar. Kalau dirunut, Lula terhitung masih keponakan dari mendiang istri. Kemarin Lula memang menelepon Bapak. Mengabarkan kalau Miranda meninggal dunia. Dia juga mewanti-wanti agar tidak bicara apa pun denganmu tentang kehidupan pribadinya. Jujur, Bapak tidak begitu banyak tahu. Dia bekerja untuk Miranda pun baru beberapa bulan ini Bapak tahu.""Pertanyaan saya cuma satu saja, Pak. Apa benar Lula itu anak Tuan Gerald?"Pak Topan tampak ragu untuk menjawab. "Saya menunggu jawaban Bapak," kata Angela. Ia berharap Pak Topan mau berkata jujur."Iya. Tapi Bapak tidak tahu persis apakah ibunya Lula menikah dengan papanya Miranda atau tidak. Laki-laki itu memang senang bergonta-ganti perempuan sesukanya. Hal itu juga yang menjadi alasan Bapak tidak setuju Miranda menjadi menantu.""Menantu? Miranda pernah punya hubung
Read more

Surat untuk Angela

….Ibu tidak menyangka setelah kejadian itu, ibu hamil. Gerald sangat senang. Dia meminta ibu bercerai dengan ayahmu. Tapi ibu tidak mau. Hingga akhirnya ayahmu tahu bahwa ibu sedang hamil. Sejak itulah dia menjadi laki-laki yang gemar berjudi dan main perempuan. Mungkin untuk melampiaskan rasa kecewanya.Kami akhirnya bercerai. Atas kesepakatan bersama, Rania ikut ayahnya dan kau ikut ibu. Untuk memenuhi semua kebutuhan hidup, ibu bekerja apa saja. Tetapi Gerald selalu menghalangi. Di mana pun ibu bekerja dia tahu. Akhirnya ibu menyerah dan menerima bantuan Gerald. Setiap bulan dia memberikan sejumlah uang. Rumah yang kita tempati adalah pemberiannya. Sekolahmu, kuliahmu semua uang Gerald. Dia pun berjanji akan menyerahkan sebagian hartanya padamu kelak, An.Angela beralih ke lembar terakhir. Di sana tertulis tempat ibu Angela dan Tuan Gerald bertemu sebelum kejadian rudapaksa tersebut. Di sebuah hotel yang cukup ternama milik keluarga Kunz pada acara reuni sekolah mereka. Ibu Angela
Read more

Melihat Rupa Adam

"Semua berkat dirimu, Awang," bisik Angela pada lelaki tak kasatmata yang telah memberitahunya bahwa Lula kemungkinan akan mengirimkan orang untuk membuntutinya. "Cepatlah kembali sebelum ketiga pria itu menyadari kalau Nona sudah menipu mereka." Terdengar suara Gumawang tetapi tidak terlihat wujudnya di mana. Angela melangkah cepat meninggalkan taman. Sesekali ia menoleh ke belakang untuk memastikan ketiga pria tersebut tidak mengikutinya. Ia mengambil motornya dan bergegas meninggalkan lokasi. Gumawang mengatakan agar Angela pulang saja ke rumah. Jangan dulu menerima permintaan merias karena situasinya sedang tidak aman. Tiba di rumah Pak Topan menelepon, ada surat dari kantor pengacara Handi dan rekan. "Badan saya rasa meriang, Pak. Sekarang ada di rumah. Saya minta tolong nanti Bapak antar ke rumah. Maaf sebelumnya, kalau bisa malam saja, ya, Pak. Saya mau istirahat dulu." Angela beralasan. "Iya, An. Sebelum ke sana nanti Bapak telpon dulu. Takutnya kamu masih tidur.""Baik
Read more

Pak Topan dan Adam Bertemu

"Jadi laki-laki itu harus mementingkan perempuan yang dicintainya. Walau dalam kondisi apa pun harus memberikan perhatian." Wajah Gumawang terlihat kesal. "Seperti yang sedang kamu lakukan sekarang ini, begitu?" goda Angela menahan senyumnya. "Perempuan, kan, suka diperhatikan. Kok kamu tidak.""Aku juga suka diperhatikan pasangan. Tapi tidak berlebihan juga. Mau ke sini nelpon, ke sana nelpon, mana sempat aku. Yang penting itu saling menjaga komitmen. Itu saja."Gumawang manggut-manggut. "Aku akan memastikan sendiri sedang apa Antoni." "Hei! Tuh, kan! Seneng bener ngilang gitu aja kek hantu. Eh, tapi dia memang sejenis hantu, ya." Angela tertawa sendiri. Gumawang berlebihan dengan berpikir demikian. Atau dia punya maksud lain yang Angela belum tahu.Sembari menunggu Pak Topan, Angela mencoba menghubungi Antoni. Ponselnya aktif tetapi tidak mengangkat saat ditelepon. Dikirimi pesan pun tidak dibaca. Namun, tidak lama Kardiman mengirim pesan. Ia mengatakan bahwa ponsel Antoni ada pa
Read more

Saling Melepaskan

"Harus berapa kali ayah minta maaf agar kau mau memaafkan. Apa ayah harus mencium kakimu?!" Pak Topan mulai tersulut amarahnya. "Sabar, Pak. Bang Adam tadi bilang sudah memaafkan Bapak. Bang Adam meluapkan perasaannya yang selama ini hanya ia pendam. Tolonglah baik Bapak maupun Bang Adam saling membuka hati seluas-luasnya." Angela buru-buru menyela pembicaraan mereka yang mulai tidak kondusif. "Begitulah ayahku, An. Pada orang lain bisa bersikap baik dan santun tapi ke anak-anaknya cenderung memaksakan kehendak dan tidak mau mendengarkan. Tipikal orang tua yang menganggap dirinya selalu benar." "Kau!" Pak Topan berdiri menunjuk Adam. "Sabar, Pak, sabar …." Angela berusaha menenangkan."Apa kita akhiri saja, An?" Gumawang terlihat sudah tidak sabar. Matanya dari tadi terus terarah pada Pak Topan. Angela menggeleng pelan. "Jangan dulu," ujarnya tanpa bersuara. "Bang Adam sudah mengatakan semuanya, apa sekarang Bapak ingin mengatakan sesuatu juga? Biar sama-sama lega.""Ayah kecewa
Read more
PREV
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status