Aku terdiam. Mencerna tiap kata-kata yang diucapkan laki-laki ini. Hatiku yang tadi sedikit terhibur dengan kehadiran mereka, nyatanya beralih menjadi rasa sedih. Pemuda yang aku pikir teman ini, ikut membela gadis tak tahu malu itu?Kenapa tak ada seorang pun yang mengerti tentang perasaanku. Menghakimi tanpa tahu alasan di balik semua itu."Kalau kau tidak tahu apa-apa, sebaiknya diam saja!" Suaraku datar tanpa ingin menatap wajahnya.Tak lama Dea kembali, sembari membenahi bajunya yang sedikit berantakan."Kenapa hanya pizza yang kau sisihkan untuk bang Haikal, Dwi?" tanya dia. Mungkin melihat kotak itu tersaji rapi di atas meja. "Donatnya masih banyak. Itu tidak akan habis kita makan. Sebaiknya kau sisihkan saja, tak perlu sungkan. Bima juga tidak akan keberatan. Benar, kan, Bim?" Dea kembali duduk di samping Bima.Aku tak menyahuti. Selain masih kesal mendengar nama Bima, aku juga tahu kalau bang Haikal tidak akan mau menerimanya. Sama halnya denganku yang tak sudi saat dia mem
Last Updated : 2022-08-17 Read more