"Kau tidak bilang kalau kalian seakrab itu, Dwi." Dea manyun saat aku berkunjung ke rumahnya.Sepertinya dia benar-benar marah, sejak pagi itu, tak sekali pun dia datang untuk kembali mengunjungiku. Membalas pesanku pun hanya dengan kata 'iya' dan 'tidak' saja. Membuat aku harus turun gunung langsung untuk menemuinya.Biasanya semarah apa pun dia, tetap tak bisa berlama-lama mendiamkanku. Tapi sekarang, dia bahkan membuang muka meski saat ini aku duduk di atas ranjang di hadapannya."Lihatlah! Hanya karena seorang pria, kau lebih memilih memusuhiku seperti ini. Setidaknya dengarkan dulu penjelasanku." Aku memasang wajah iba.Dia melenguh, dengan hidung yang kemban-kempis menatapku sinis."Kau sudah tahu aku menyukainya. Tapi tetap tak bilang bagaimana perasaannya padamu. Kau membuatku malu, Dwi." Mata dia berkaca-kaca. Aku merasa bersalah dibuatnya."Kau jangan salah paham. Siapa pun yang terluka di hadapannya pasti akan dia perlakukan sama. Kita semua berteman, De.""Apanya yang sama
Terakhir Diperbarui : 2022-08-24 Baca selengkapnya