Home / Rumah Tangga / Mesin Cuci / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Mesin Cuci: Chapter 101 - Chapter 110

162 Chapters

BAB 101

"Jaga anak kalian baik-baik. Arahkan mereka, jangan sampai kita sebagai orang tua tak mampu mengarahkan mereka kepada hal-hal yang baik. Keputusan kalian untuk pindah rumah sudah sangat tepat. Tak bisa dibayangkan jika Lala dan Risa harus melihat perbuatan nenek dan tantenya lebih lama lagi. Karena memori anak-anak masih dalam tahap perekaman, tanpa mereka sadari otak mereka merekam segala kejadian yang mereka lihat." Ibu membelai rambut legam kedua anakku bergantian. Sungguh, aku sangat bersyukur akhirnya anak-anakku merasakan kasih sayang dari nenek mereka yang tulus. "Riza… sebagai seorang ayah kamu juga harus tegas. Jangan mudah dipengaruhi orang lain. Apalagi jika itu berkaitan dengan pasangan kita. Jangan sampai kita mendengar informasi salah dari salah satu pihak saja, tanpa melakukan penyelidikan lebih lanjut kamu sudah terpengaruh. Ibu tak mau kejadian yang Ibu alami juga menimpa kalian. Cukup Ibu saja." Suara wanita itu bergetar, terdengar ada sesak yang dia rasakan. Seke
last updateLast Updated : 2022-10-14
Read more

BAB 102

Tingkah Mengerikan Wanita Itu"A-pa? Ja-ya? Apakah yang Ibu maksud Pak Jaya… ayahnya Rahma?" Pertanyaan Mas Riza membuatku terperanjat. Benarkah apa yang diucapkannya? Karena saat ayahnya Rahma menemuiku, dia sempat mengatakan tentang keburukan wanita yang selama ini kupanggil mertua. "Benarkah dia masih hidup? Jaya itu memiliki tai lalat cukup besar di atas alisnya sebelah kiri. Selain itu, pipinya juga terdapat luka codet akibat terkena gancu saat dia bekerja," terang ibu yang sontak membuat kaki ini lemas. Ciri-ciri itu benar dimiliki oleh ayahnya Rahma. "Apakah dia punya ciri-ciri serupa?" tanya ibu pada kami. Aku dan Mas Riza berpandangan dan kemudian mengangguk bersamaan." Dia tinggal di sekitar sini?" tanya ibu lagi. Dan entah karena syok atau memang tak punya cara lain, kami berdua hanya mengangguk memberi jawaban pada wanita itu. "Luar biasa… bisa sekali Sari dan Jaya hidup berdampingan seperti ini. Apakah bapakmu tak curiga?" "Bapak tak bisa berbuat banyak. Seolah wanit
last updateLast Updated : 2022-10-15
Read more

BAB 103

Ibunya Sari syok hingga tak fokus lagi menjalankan usahanya. Sari yang merupakan anak satu-satunya harus mengambil alih peran sebagai pencari nafkah tunggal. Beruntung nya, saat itu Jaya mendukung perjuangan Sari yang amat dicintainya itu. Ibu berkali-kali mendengar Jaya bercerita mengenai hubungannya dengan Sari. Kebetulan saat itu Ibu sering bermain ke toko milik mertua, sehingga mendengar Jaya sedang menceritakan hal tersebut pada sesama pekerja di sana. Bahkan Jaya sudah berniat akan menikahi gadis impiannya itu. Ibu bersyukur dan turut berbahagia, mengingat Sari teman baikku akan dipersunting laki-laki bertanggung jawab seperti Jaya. Apalagi hubungan mereka terbilang cukup lama. Dengan usul dari Ibu juga, Sari akhirnya dipekerjakan di toko milik kakek nenekmu. Tentu saja pikiranku karena sebentar lagi mereka berdua menikah, bukankah lebih baik mereka bekerja di satu tempat seperti itu? Jaya dan Sari tak perlu terpisah karena saat itu sarana transportasi tak semudah saat ini.
last updateLast Updated : 2022-10-15
Read more

BAB 104

Segalanya Sudah Berubah Pov Ibu Kandung Riza"Apa? Ha-mil?" ucap Jaya di balik tembok pembatas toko milik mertuaku. Aku yang tengah mengambil daun pandan untuk membuat bubur kacang hijau mendadak menghentikan aktivitasku. Suara Jaya yang panik beradu dengan tangisan Sari yang terdengar lirih tertahan. "Ba-iklah. Saya akan bertanggungjawab. Katakan pada ibumu, pulang dari toko nanti aku mampir ke rumah," ucap lirih Jaya pada kekasihnya. Kakiku mendadak lemas mendengar penuturan mereka. Tak kusangka, Jaya yang baik perangainya itu merenggut kehormatan temanku, Sari. Seharusnya mereka bisa lebih meredam nafsunya, atau bahkan lebih baik menikah demi terhindar dari bisikan setan seperti ini. "Tapi aku takut, Mas. Ibuku tidak menyetujui pernikahan kita. Kau sendiri tahu, keadaan ekonomi kami sedang tidak baik.""Apa maksudmu? Apakah dia takut aku tak bisa menafkahimu? Bahkan uang hasil kerja di toko ini kutabung demi masa depan kita," ucap Jaya lagi. Kali ini suaranya terdengar lebih ker
last updateLast Updated : 2022-10-16
Read more

BAB 105

"Ya sudah nanti Mas mampir ke rumah Sari saja, bukankah melewati rumahnya?" tawarku yang langsung diiiyakan oleh suamiku. Sari yang tak dapat menolak hanya berucap terima kasih dengan lirih. Aku tahu, kondisi mentalnya sedang tidak baik-baik saja. Hamil di luar nikah adalah aib yang tak bisa dianggap enteng. Akan ada sanksi sosial yang harus ditanggungnya apabila kabar itu menyebar. Tadinya aku berharap dia akan jujur mengenai hal itu. Nyatanya dia tetap diam sambil duduk menunggu Jaya menyelesaikan memindahkan karung berisi kedelai ke gudang belakang. Laki-laki pekerja keras itu nampak bermandi peluh saat melakukan tugasnya. "Kamu beruntung, Safitri. Kehidupanmu sekarang sudah sangat baik. Mertua yang baik, anak sehat dan suami pengertian. Harta yang kalian miliki pun sangat melesat jauh. Beda dengan kehidupanku… ." Suara Sari terlihat putus asa. Wajahnya pun menampakkan rasa yang serupa. Matanya menatap jalanan depan toko yang mulai lengang. Entah disadari atau tidak, tangan kan
last updateLast Updated : 2022-10-16
Read more

BAB 106

MenyesalAku merebahkan Riza yang tertidur dalam gendongan sewaktu dalam perjalanan pulang tadi. Mas Edi—suamiku, pamit keluar sesaat setelah mengantar kami ke rumah. Baru saja ingin kucegah, laki-laki itu sudah siap di atas motornya dan langsung melesat pergi. Aku bergumam lirih, merasakan hawa ganjil yang akhir-akhir ini sering kurasakan. Meskipun aku berusaha menghilangkan rasa curigaku, tetap saja bayang-bayang kejadian itu mengusik pikiranku. Beberapa saat lalu aku melihat dua orang itu saling pandang di antara rak-rak toko milik mertuaku. Siapa? Mas Edi dan Sari. Apakah aku salah melihat? Kuyakin tidak. Bahkan sempat kubaca tatapan cemburu dari Jaya yang memang berada tak jauh dari mereka. Rasa khawatir menyeruak, mengingat Sari yang saat ini tengah berbadan dua. Aku takut… ah tidak! Aku tak boleh berpikir yang tidak-tidak. Mas Edi sangat mencintai keluarga kecil kami. Aku boleh meragukan kesetiaannya. Kutata piring di atas meja makan untuk makan malam kami. Sayur sop, temb
last updateLast Updated : 2022-10-17
Read more

BAB 107

Jam tiga pagi, aku terjaga dan kulangkahkan kaki ke arah kamar mandi. Seperti biasanya, aku menunaikan ibadah sholat malam yang rutin kukerjakan. Mas Edi yang masih terlelap kubangunkan perlahan. Meskipun terjadi ketegangan tadi malam dengannya, aku tak mungkin membiarkannya melewatkan ibadah rutin kami tersebut. Kugoyangkan tubuhnya perlahan. Sentuhanku di pipinya hanya menimbulkan reaksi kecil dari tubuh suamiku. Kutarik napas perlahan, hingga kuputuskan untuk meninggalkannya tetap dalam keadaan tertidur pulas. Kubentangkan sajadah warna merah bata yang merupakan mas kawin Mas Edi saat menikahiku dulu. Ada sesuatu yang bergetar dalam jiwaku saat aku bersujud hingga tak terasa air mataku meleleh dengan deras di pipiku. Kupanjatkan doa-doa untuk kebaikanku, anakku dan suamiku. Tuhan maha membolak-balikan hati manusia, maka janganlah Dia membiarkan suamiku tersesat dalam kekeliruannya. Aku mengusap air mata yang menderas saat untaian kalimat doa kupanjatkan pada Sang Pencipta. Sung
last updateLast Updated : 2022-10-17
Read more

BAB 108

POV Ibu Kandung RizaMemalukan Mas Kusdi, salah seorang pegawai di toko milik mertuaku berlari masuk ke toko dengan wajah pucat. Aku yang tengah menyuapi Riza seketika menghentikan aktivitasku. Beberapa orang mendekatinya dan menanyakan apa yang telah terjadi hingga membuatnya seperti ini. "Ma-af, Pak. Barusan… sa-ya… saya… lihat… ." Laki-laki itu seumuran suamiku itu tak melanjutkan kalimatnya. Kami yang ada di sana dilanda rasa penasaran yang sangat. "Maaf… sebaiknya Mbak Safitri, Jaya dan Bapak ke rumah Sari, sekarang… ." Lututku mendadak lemas. Apa yang terjadi hingga kami bertiga harus ke sana saat ini? Aku celingukan mencari suamiku, tetapi mendadak teringat dia pamit ke kota untuk menukar barang yang salah kirim ke gudang Pak Udin, supplier toko milik mertuaku. "Mas Edi… ." ucapku lirih. Kulihat mata Jaya memerah, aku semakin kalut melihat reaksinya. "Maaf, Mbak sebaiknya kesana sekarang." Mas Kusdi menatapku dengan wajah sendu. Kutuntun Riza yang menatapku dengan wajah
last updateLast Updated : 2022-10-18
Read more

BAB 109

"Mas?! Jawab! Jangan jadi banci seperti ini! Atau… mau kuminta warga untuk mengarak kalian berdua?" Ancamanku membuat mereka berdua terbelalak. Kudekati Sari, dan kutarik rambutnya ke belakang. Dia mengerang kesakitan, namun rasa sakit yang mereka timbulkan menahanku untuk tetap melakukan hal kasar itu padanya. "Apakah kau sudah gila, wanita jal*ng? Kau tau… Dia suamiku. Suami temanmu? Otakmu dimana saat melakukan hal ini, hah?"Di luar dugaan, Sari justru menatapku dengan penuh ledekan meskipun wajahnya terangkat ke atas karena rambutnya yang kutarik kuat. "Apakah harus kuingatkan kecurangan apa yang kau lakukan dengan Jaya berkali-kali? Aku melihat kalian bermain curang di belakang kami. Bahkan aku pernah melihatnya masuk ke rumahmu saat Mas Edi tengah ke kota memenuhi pesanan! Tak usah berlagak bodoh. Aku tahu kebusukanmu, Safitri. Bahkan aku yakin hubunganmu dengan Mas Jaya sudah berlangsung lama dari awal pernikahanmu dengan Mas Edi!" Kuludahi wajahnya yang nampak tak punya ra
last updateLast Updated : 2022-10-18
Read more

BAB 110

GeramTika mengerjapkan mata dengan perlahan. Selang pernapasan yang terpasang di hidungnya ditarik dengan kasar. Aku, Mas Riza, bapak dan ibu yang berada di ruangan serba putih tersebut terlonjak kaget. Dengan gerakan cepat aku mendekati pembaringan gadis itu. "Apa-apaan, Tik! Kamu nggak sadar tindakan kamu ini bahaya?" ucapku agak keras padanya. Mungkin karena aku refleks hingga tak sadar mengucapkan nada keras pada gadis itu. "Kamu yang apa-apaan! Bisa-bisanya membentak anakku seperti ini? Kamu pikir kamu siapa? Matamu buta melihat bagaimana keadaan anakku?" ujar ibu dengan mata mendelik ke arahku. Mas Riza menggenggam tanganku kode agar aku tak melanjutkan ketegangan tersebut. Sementara bapak yang memanggil suster yang jaga masuk kembali ke dalam ruangan disertai wanita muda dengan pakaian serba putih. "Ini Tika, ya?" tanya wanita itu sesaat setelah memasang kembali selang infus milik Tika. Kami yang semula menunduk segera menatap suster muda tersebut. Setelah melepas maskern
last updateLast Updated : 2022-10-19
Read more
PREV
1
...
910111213
...
17
DMCA.com Protection Status