Dalam keheningan yang mencekam, Adina bisa mendengarkan detak jantungnya sendiri. Dia berusaha untuk tetap terlihat tenang di hadapan putranya, meskipun itu sulit. Setelah beberapa detik, diam-diam dia melirik ke arah Derek Emir. Pria itu sedang memandang Bobby. Rasa tidak percaya sangat jelas terlihat di wajah tampan pria itu.Bobby akhirnya mulai berbicara. "Kau Derek Emir!""Bobby, sopan sedikit kalau berbicara." tegur Adina."Maaf ma, tapi ini adalah Derek Emir! Derek Emir ada di rumahku." Kata Bobby tanpa mengubah nada suaranya.Sang pilot mengubah ekspresi kebingungan di wajahnya dengan senyumnya yang khas, dia terlihat sudah kembali tenang. "Bobby? Senang berkenalan denganmu." Derek melangkah maju dan menjabat tangan anak remaja itu.Di seberang ruangan Adina mencengkeram sisi meja kerjanya untuk menopang tubuhnya. Tinggi tubuh Bobby nyaris sama dengan Derek. Rambut cokelatnya persis sama, matanya juga sama birunya. Hanya saja Bobby masih terlalu kurus. Tapi pada akhirnya, dia
Baca selengkapnya