"Mau!""Eh!" Aku berseru kaget seraya menoleh ke arah pintu yang terbuka. Om Gunawan, dia masuk sembari berseru menjawab pertanyaan Adi yang ditujukan padaku. Tentu saja, hal itu membuat suasana menjadi canggung. Adi yang tadi memasang wajah serius, kini malah cengengesan seraya menyugar rambutnya yang mulai gondrong. Setali tiga uang dengan Adi, aku pun dibuat salah tingkah karena malu ketahuan dilamar di rumah sakit. Menyebalkan. Om Gun membuat suasana romantis menjadi mistis. "Kok, diam, Al? Jawab, dong," ujar Om Gunawan mencolek pundakku seraya menjatuhkan bokongnya pada ujung ranjang. Bukannya menjawab, aku malah mengusap wajah yang mulai terasa menghangat. Entah seperti apa rupa kedua pipiku saat ini. Seperti udang rebuskah, atau seperti tomat masak? "Papa, sih malah masuk dulu. Jadinya, gak romantis lagi, 'kan?" "Geregetan, Papa melihat kalian ini. Udah sama-sama dewasa, tapi masih malu-malu mengakui perasaan. Udahlah, nunggu apa lagi. Nikah aja," ujar Om Gunawan menjawa
Baca selengkapnya