"Apa hatimu masih belum terbuka untuknya, Al?" Aku mengembuskan napas kasar mendengar pertanyaan Mama. Pandangan kami lurus ke depan. Pada dua manusia beda jenis kelamin, juga beda usia. Saffa dan Adi yang sedang bermain sepeda di halaman rumah. Aku menarik kedua kakiku yang menjuntai ke tanah. Melipat keduanya hingga kini duduk bersila di samping Mama. Di tengah-tengah kami ada dua cangkir teh manis, satu gelas kopi, juga susu putih milik kedua orang yang asik dengan permainan mereka. Tawa Saffa menjadi candu untukku. Dan sakitnya, adalah pilu bagiku. Namun, untuk kembali menjalin hubungan pernikahan, aku masih belum bisa. Ada kepingan hati yang enggan untuk kembali utuh setelah dihancurkan. "Alina belum bisa, Mah," kataku dengan pelan. "Apa kebaikan Adi tidak sama sekali membuatmu luluh? Lihatlah, Saffa begitu bahagia bermain dengan Adi. Dia sosok ayah yang baik bagi putrimu.""Alina pun berpikir demikian, Mah. Tapi ... masalahnya ada pada hati Alina, Mah. Alina takut, jika
Last Updated : 2022-07-07 Read more