"Ini menurutmu gimana, Run?" "Bagus, Mah.""Ah, kamu mah tiap ditanya bagus-bagus terus. Bagusan ini apa ini?" Mama menyimpan dua kotak perhiasan di depanku, untuk dipilih mana yang lebih cocok diberikan pada Naima dari kedua perhiasan tersebut. Aku hanya tersenyum simpul tidak berani menjawab. Takutnya, nanti malah disalahkan jika tidak cocok dengan selera dia. "Keduanya bangus, Mah. Beli aja dua-duanya," cetusku membuat Mama cemberut. Ah, jawabanku sepertinya salah. Aku menggaruk tengkuk leher yang tidak gatal, lalu menarik napas dalam-dalam hingga akhirnya Mama memberikan kartu ATM kepada pelayan toko perhiasan tersebut. "Saya beli keduanya," ucap Mama membuatku membulatkan mata. Apa aku tidak salah dengar? Mama membeli dua set perhiasan untuk dijadikan kado dalam pernikahan Naima? Entah, aku harus merasa senang atau sedih melihat ini. Haruskah aku bangga, karena saranku dilakukan Mama? Atau ... harus sedih, karena Naima mendapatkan hadiah yang sangat mahal dan bagus dari
Baca selengkapnya