“Kamu kenapa malah mengubah rencana kita, Mas? Cuman gara-gara dia berubah seperti itu. Aslinya dia tetep cewek yang jelek. Kamu cuman dibodohi sama dia,” cecar Yuni yang terus mengekori Fery yang melangkah menuju sofa.“Terserah kamu saja, Yun. Aku capek.” Fery mengempaskan diri ke sofa, selonjoran dan memejamkan mata.“Cape? Kamu bilang capek? Terus kenapa tadi malah mau bercinta sama si Tonggos itu?” Yuni kembali mencecar Fery dengan pertanyaan.Fery menghela napas kasar, lalu kembali duduk. “Yun, aku beneran capek ngadepin kamu. tiap hari cuman bikin masalah. Nggak pagi, siang, malem, selalu aja bikin keributan. Apa kamu nggak cape?”“Kamu nggak nyadar ya, Mas, kalau kamu yang bikin aku kaya gini? Kamu kenapa malah bawa si Suci itu ke sini, seakan mau bikin aku cemburu aja.”“Astagfirullah, Yun. Kamu sendiri sadar nggak, kalau di rumah udah kaya di terminal? Sampah, remahan makanan di mana-mana. Aku pulang dalam keadaan capek, lalu lihat kondisi rumah berantakan seperti itu. Aku b
Baca selengkapnya