Fery melengos dan melepaskan tangannya yang mencengkeram kuat pergelangan Amanda. Ucapan sang istri barusan seakan menohoknya dengan begitu dalam.“Kamu tidak tau siapa dia. Dia itu hanya laki-laki yang suka berpetualang.” Fery kembali mengingatkan.Amanda menyungging senyum manis sebelum akhirnya berucap. “Walaupun dia laki-laki yang suka berpetualang, setidaknya dia selalu bersikap baik padaku.”Mendengar itu Fery sontak menarik lagi tangan Amanda. “Dia bersikap baik seperti itu cuman agar kamu masuk ke dalam perangkapnya. Setelah dia mendapatkan kamu, kamu pasti akan dibuangnya begitu saja,” cecar Fery berapi-api.Amanda kembali tertawa kecil. “Apa pedulimu? Aku senang berteman dengan dia. Dan semua itu bukan urusanmu, kan?”“Tentu saja itu urusanku. Kamu itu istriku,” ucap Fery begitu geram.Jika saja itu bukan di rumah sakit, mungkin Amanda sudah tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan suaminya yang menurutnya sangat menggelikan itu. “Sejak kapan kamu menganggap aku istrimu? Luc
Suci menatap heran pada wanita cantik yang berdiri di belakang Fery. Dia bingung kenapa wanita itu melarangnya pergi dari rumah itu, padahal wanita itu sudah melihat kondisinya yang mengenaskan.“Bawa dia ke ruang perawatan. Kasihan sekali kalau dia harus pulang dalam kondisi seperti ini. luka bakarnya cukup serius,” ujar amanda yang membuat Suci semakin heran dan bertanya-tanya tentang wanita yang berdiri di depannya.“Iya,” jawab Fery lalu mengajak Suci pergi kembali ke ruang IGD agar mendapat perawatan dari dokter jaga. Sementara itu Amanda mengikuti dua orang itu di belakangnya.Fery diminta menunggu di luar sementara Suci diberikan pengobatan untuk luka bakarnya. Begitu juga dengan Amanda yang ikut menunggu agar tahu kondisi Suci setelah ini.“Kamu kenapa masih di sini? Bukannya mau pergi sama si Brian itu?” sindir Fery terdengar ketus.“Aku ingin tau bagaimana kondisi ART-mu itu. Dia dibawa ke rumahmu. Sudah seharusnya aku juga peduli, karena bagaimanapun juga kamu masih suamiku
Amanda tak punya pilihan lain selain menginap di rumah itu. Dan itu memang menjadi tujuannya sekarang untuk memberi pelajaran pada Yuni yang sudah berbuat semena-mena pada Suci. Namun, dia bisa kembali ke sana tanpa harus menunjukan jika dia mau. Semua ini atas dasar terpaksa karena kemalaman.Sepanjang perjalanan yang tak terlalu jauh ini Fery berkali-kali melirik pada Amanda yang menatap ke jalanan dari kaca jendela. Entah kenapa hati Fery merasakan getaran aneh.Sesampainya di halaman, Fery gegas turun dan membukakan pintu mobil untuk Amanda. Wanita itu menatap datar pada lelaki yang dulu begitu dipujanya. Merasa aneh, karena Fery bersikap begitu manis padanya.“Terima kasih,” ucap Amanda datar lalu turun.Fery mengikuti langkah Amanda setelah menutup pintu mobil dan menguncinya secara otomatis.Yuni yang sedari tadi mengintip dari balik gorden, begitu panas hatiny
Selesai membereskan kamar Fery yang berantakan, Amanda lantas mandi dan berganti baju. Dia memang membawa beberapa baju di tote bag-nya yang lumayan besar. Memang sudah jadi kebiasaannya jika akan bepergian jauh, dia akan membawa baju ganti. Karena dia tidak tahu kejadian apa yang akan dihadapinya nanti. Mungkin saja lagi makan lalu ketumpahan kuah, atau mungkin hujan hingga bajunya basah. Dan sekarang, dia merasa jika kebiasaannya itu memang sangat membantu dalam kondisi seperti ini.Rasa lapar mulai mengganggu. Awalnya Amanda berniat untuk membeli makanan ke luar, tetapi dalam keadaan hujan begini rasanya sangat malas. Lalu, dia pun memutuskan untuk memasak saja.Saat keluar kamar, dia melihat Fery yang selonjoran di sofa dengan mata terpejam, sementara itu Yuni cemberut karena sedari tadi ocehannya tak dipedulikan oleh sang suami.Mata Fery sontak terbuka saat mendengar pintu kamarnya terbuka. Dia tahu pasti siapa yang keluar dari sana.Matanya melotot saat melihat Amanda keluar d
Amanda menatap setiap sudut di kamar Fery. Ruangan yang selama hidup tak pernah menjamahnya selain saat ini, baik di rumah lama ataupun di rumah ini. Jangankan untuk tidur di atas kasur, bahkan Fery tak mengizinkan Amanda untuk masuk ke kamarnya. Selama ini, lelaki itu selalu membereskan kamarnya sendiri.Di atas nakas, terlihat sebuah bingkai foto yang menampilkan kebahagiaan Fery dan Yuni selepas ijab kabul. Amanda tersenyum miris. Pernikahannya dengan Fery yang sekian lama, tetapi lelaki itu tak pernah ingin menyimpan foto mereka di ruangannya.Amanda menelan salivanya yang terasa pahit. Hatinya teremas perih. Namun, bayangan Denis dengan wajahnya yang ceria kembali hadir, lengkap dengan setiap ucapan yang pernah dikatakan padanya.“Untuk apa menangisi orang yang bahkan tidak memikirkan kita? Hapus luka itu! Kembalikan pada pembuatnya. Kamu terlalu berharga untuk menangisi hal bodoh seperti itu.”“Kembalikan! Jangan sampai ada yang tersisa.” Kalimat itu kembali terngiang di telin
“Aaahhh.” Amanda semakin sengaja mendesah seolah sedang menikmati permainan Fery. Padahal matanya terus memperhatikan Yuni yang menahan amarah.“Kamu nafsu banget, Mas. Aahhh,” ucap Amanda makin sengaja. Dia meremas rambut Fery yang masih menciumi lehernya.Hampir saja Amanda terjerumus dengan permainannya sendiri saat Fery semakin ke bawah. Ini pertama kalinya dia merasakan sentuhan seorang lelaki. Begitu memabukkan.Beruntung Yuni yang sudah tak tahan merangsek masuk dan mencak-mencak.“Heh! Apa yang kalian lakukan? Dasar laki-laki kurang ajar!” Yuni melangkah cepat dan menarik tubuh Fery yang bergerak di atas tubuh Amanda.Fery yang ditarik paksa dalam keadaan nafsunya yang memuncak begitu tersulut amarah.Plak!“Elu tanya gue lagi ngapain, hah? Apa elu nggak liat kalau gue lagi bercinta sama istri pertama gue?” ucapan Fery terdengar kasar. Matanya melotot dengan dada yang naik turun karena napasnya yang tersengal.“Elu pikir cuman elu yang butuh sentuhan, hah?” Fery mulai terlihat
“Kamu kenapa malah mengubah rencana kita, Mas? Cuman gara-gara dia berubah seperti itu. Aslinya dia tetep cewek yang jelek. Kamu cuman dibodohi sama dia,” cecar Yuni yang terus mengekori Fery yang melangkah menuju sofa.“Terserah kamu saja, Yun. Aku capek.” Fery mengempaskan diri ke sofa, selonjoran dan memejamkan mata.“Cape? Kamu bilang capek? Terus kenapa tadi malah mau bercinta sama si Tonggos itu?” Yuni kembali mencecar Fery dengan pertanyaan.Fery menghela napas kasar, lalu kembali duduk. “Yun, aku beneran capek ngadepin kamu. tiap hari cuman bikin masalah. Nggak pagi, siang, malem, selalu aja bikin keributan. Apa kamu nggak cape?”“Kamu nggak nyadar ya, Mas, kalau kamu yang bikin aku kaya gini? Kamu kenapa malah bawa si Suci itu ke sini, seakan mau bikin aku cemburu aja.”“Astagfirullah, Yun. Kamu sendiri sadar nggak, kalau di rumah udah kaya di terminal? Sampah, remahan makanan di mana-mana. Aku pulang dalam keadaan capek, lalu lihat kondisi rumah berantakan seperti itu. Aku b
“Bagaimana kalau aku ingin memperbaiki ini semua?” tanya Fery berusaha mempertahankan.“Untuk apa?” Amanda balik bertanya.“Bukankah pernikahan kita sudah cukup lama? Orangtuaku juga sangat menyayangimu. Tidak akan sulit bagi kita untuk memulainya lagi dari awal.” Fery terlihat memohon.Amanda ingin menolak, tetapi bukan dengan cara seperti ini dia akan membalas sakit hatinya pada Fery. Harus sesuatu yang lebih menyakitkan dan menyenangkan. Jika dia langsung menolak Fery, dipastikan Yuni akan bersorak senang. Dia ingin membalas yang lebih menyakitkan lagi pada Yuni yang sudah begitu buruk menghinanya.Jika dia berpura-pura menerima Fery, Yuni pasti akan kebakaran rambut. Amanda akan sengaja memperlihatkan bagaimana rasanya melihat suami bermesraan dengan wanita lain.“Mmmh, jujur aku masih belum yakin. Kamu selama ini begitu membenciku, lalu tiba-tiba bersikap baik dan bilang ingin mencoba dari awal. Hanya karena kamu lihat fiskku berubah lebih baik.” Meski berniat menerima, tetapi Am