Semua Bab Susahnya Jadi Mas Joko: Bab 161 - Bab 170

231 Bab

Bab 161: Antara Ciputat dan Tangerang

Bab 161: Antara Ciputat dan Tangerang  BEBERAPA BULAN KEMUDIAN.., Walaupun sisa kontrak kamar kosku masih menyisakan beberapa bulan, tetapi aku sudah  tidak tinggal di kos jalan Ikhlas itu lagi. Sekarang aku tinggal di sebuah ruko dua lantai yang tergolong sederhana di bilangan Pasir Emas. Jauh, lumayan jauh dari pusat kota Bandar Baru, tetapi tidak terlalu jauh dari tempat kerja Alex. Ini artinya, semakin jauh dari rumah mantan ibu mertuaku, Tante Resmi itu.           Sebenarnya, secara administratif lokasi ruko yang aku kontrak ini sudah termasuk wilayah kabupaten Kampar. Namun secara jarak justru lebih dekat dengan kotamadya Bandar Baru. Ini seperti Ciputat yang dimiliki Tangerang walaupun kenyataannya lebih dekat dengan Jakarta Selatan. Entah ya, aku belum pernah ke Jakarta. Tetapi kata orang sih, begitu.Rukoku ini terletak
Baca selengkapnya

Bab 162: Pertemuan Yang Mengharukan

Bab 162: Pertemuan Yang Mengharukan  Tiba-tiba saja, aku mendengar sebuah panggilan yang sayup-sayup sampai di telingaku. Suaranya timbul tenggelam di antara deru aneka kendaraan yang melintas di jalan raya. “Mas!”“Maaass..!”“Mas Joko..!”           Serentak aku hentikan langkah, dan balikkan badan untuk melihat seseorang yang memanggilku barusan. Siapakah dia? Tanyaku dalam hati. Aku mengerutkan dahi dan juga menyipitkan mata. Sorot matahari yang kemerahan membuat aku sedikit tersilaukan.           Aku melihat seorang perempuan yang berlari-lari kecil ke arahku. Dia memakai celana training, bersepatu kets warna putih dan berkaos oblong. Rambutnya sebahu, dikuncir kuda, dan bergoyang kanan-kiri seirama dengan langkah kakinya yang tergesa
Baca selengkapnya

Bab 163: Yang Teringat dan Yang Terlupa

Bab 163: Yang Teringat dan Yang Terlupa  “Iya, Dik, aku Mas Joko,” kataku dengan suara yang bergetar menahan isakan.“Aku tahu, Mas. Aku tahu kamu pasti Mas Joko,” sahut Dyah pula dengan isakan.           Beberapa saat aku dan Dyah saling berpelukan. Kami yang sedarah dan terlahir dari rahim yang sama ini saling melepaskan rindu. Air mataku meleleh. Aku susap, meleleh lagi. Aku usap lagi, dan meleleh lagi.           Sinar matahari semakin meredup dengan warnanya yang merah emas mempesona. Orang-orang yang berjalan di trotoar dan yang melintas di jalan raya, semua menyempatkan diri untuk menoleh dan menatap kami dengan mimik heran penuh tanda tanya.           “Kamu, kamu.., kamu kok bisa berubah begini
Baca selengkapnya

Bab 164: Yudha Ponsel

Bab 164: Yudha Ponsel  Malam ini, aku hanya berdiam diri di workshop yang ada di bagian tengah rukoku. Aku duduk di di depan meja kerja. Bengong, mematung, dan melamun. Peralatan kerjaku berserakan, berupa setang solder, gulungan timah, kaca pembesar dengan lampu dan tangkai, multitester, dan aneka macam obeng.           Di sisi kanan ada komponen-komponen laptop yang sedang aku reparasi. Sementara di sisi kiri ada laptop yang menunggu antrean di meja operasi. Aku biarkan semuanya begitu saja, tanpa ada sedikit pun gairah untuk melanjutkan pekerjaanku.Aku berdecak sekali, lalu menghela nafas dalam-dalam. Aku masih saja merasa kesal pada diri sendiri setelah pertemuanku dengan Dyah tadi sore. Bagaimana tidak? Aku lupa meminta nomor ponsel adikku itu. Aku juga lupa memberi nomor ponselku padanya. Jadi kesimpulannya, aku terputus kontak lagi dengannya. Kony
Baca selengkapnya

Bab 165: Janda Dua Kali Talak

Bab 165: Janda Dua Kali Talak  Ini juga benar, namanya memang Pepen. Itu nama asli. Tidak seperti Alex yang samaran, yang sesungguhnya memiliki nama asli..,Oh ya, Deden dan Pepen inilah yang menjaga gerai laptop dan ponselku. Mereka yang melayani penjualan pulsa, paket internet, asesoris ponsel dan lain sebagainya. Mereka bekerja berganti-gantian, dan tak jarang bersamaan, seperti malam ini. Prinsipnya, aku memberikan jam kerja yang fleksibel kepada mereka berdua, dan itu sudah aku sesuaikan dengan jam perkuliahan mereka.           Aku cukup senang dengan keberadaan mereka berdua, anak baik yang tidak neko-neko. Aku sering melihat ketika sedang menjaga gerai itu, mereka barengi dengan mengerjakan tugas-tugas kuliah.           Deden, adalah orang yang direkomendasikan oleh Charles. Sementara P
Baca selengkapnya

Bab 166: Drama Picisan

Bab 166: Drama Picisan  “Sejak kemarin, ibu tiriku telah berada di kota Bandar Baru ini. Ia rupanya menyewa seorang sopir untuk mengemudikan mobil keluarga kami dari Selat Panjang sana. Ibu ingin menjenguk Ayah. Maka tadi siang, dengan diantar sopir itu kami pun pergi ke rutan Polda.”           “Namun sayangnya, kali ini aku dan Ibu tidak diizinkan untuk bertemu dengan Ayah. Petugas yang sedang berjaga menjelaskan bahwa ini adalah kebijakan baru dari tim penyidik, yang tidak membolehkan Ayah dijenguk oleh siapa pun. Oh, sudah berapa lamakah Ayah berada di dalam sana? Dua bulan? Tidak, lebih lama dari itu. Tiga bulan? Sepertinya lebih. Hampir empat bulan kalau aku tak salah ingat.”           “Walau bagaimana pun aku dan Ibu memohon, namun petugas itu tetap saja bergeming
Baca selengkapnya

Bab 167: Titip Salam

Bab 167: Titip Salam  Jarak antara rukoku dengan rumah Charles memang tidak terlau jauh. Paling lama hanya membutuhkan waktu lima belas menit saja jika menggunakan sepeda motor. Sedikit lebih lama jika menggunakan kendaraan roda empat. Plus semakin lama kalau terjebak kemacetan.           Jika tidak terlalu banyak barang bawaan biasanya aku menggunakan jasa ojek online unuk menuju ke rumah Charles itu. Namun jika sebaliknya, aku terpaksa menggunakan taksi. Seperti sekarang ini, hari Sabtu yang cerah, aku duduk di dalam sebuah taksi yang mengantarkan pulang menuju ke ruko.Aku baru saja pulang dari rumah Charles untuk mengantar beberapa laptop yang telah selesai aku perbaiki. Pada kesempatan itu pula aku sekaligus mengambil beberapa part bekas dari ponsel yang sudah rusak dan tidak bisa diperbaiki lagi. Ada juga, dan ini yang paling banyak, yaitu laptop-la
Baca selengkapnya

Bab 168: Suara Yang Tidak Asing

Bab 168: Suara Yang Tidak Asing  BEBERAPA HARI KEMUDIAN..,Terhitung sejak aku mendapat titipan salam dari Menuk, entah ya, entah mengapa aku semakin bersemangat saja menjalani hari-hariku. Mengapa bisa begitu? Ajaib, aku tidak bisa menjawabnya. Lebih ajaib lagi, hal itu menimbulkan sensasi ganjil seperti begini; bahwa ke mana pun aku melangkah aku merasa sedang diawasi oleh sesuatu, dan itu entah apa, atau sesiapa.           Maka dengan suntikan semangat yang ganjil itu, orderan reparasi laptop dan ponsel yang datang tak putus-putusnya semua aku eksekusi sampai tuntas, khususnya untuk para pelanggan baru yang datang ke geraiku. Sementara “job” yang kudapat dari ayah Charles juga seperti tidak pernah habis. Aku senang saja, dan aku bersyukur saja, karena itu berarti cuan yang mengalir lancar ke pundi-pundiku.      
Baca selengkapnya

Bab 169: Angel

Bab 169: Angel  Semakin ke sini, fokusku semakin kacau terhadap suara Yana. Karena sepertinya, suara si customer wanita di depan itu, sepertinya.., suara itu tidak asing di telingaku!           Aku sampai menegakkan dudukku di kursi, memiringkan sedikit kepala, menajamkan pendengaran dan sedikit menjauhkan ponselku dari telinga. Suara Yana semakin menjauh, dan suara si customer wanita di gerai depan yang terhalangi dinding ini semakin jelas di telingaku.           Aku terkesiap, seakan darahku tersirap, seiring ingatanku yang meraba-raba kenangan masa lalu tentang siapakah di antara sekian banyaknya wanita yang aku kenal yang memiliki warna suara seperti ini.           Aksen atau logatnya sedikit unik, suaranya sendiri merupakan perpaduan
Baca selengkapnya

Bab 170: Ojo Dibandingke

Bab 170: Ojo Dibandingke  Malam harinya, aku duduk di meja kerjaku dan kembali berkutat dengan mainboard laptop yang belum sempat aku selesaikan. Namun, karena penasaran, aku mengambil ponsel milik costumer bernama Angel dan menelitinya di bawah lampu kerja.Meskipun berasal dari brand yang sama ternyata ponsel milik Angel ini sedikit berbeda dengan ponsel yang aku miliki. Perbedaan itu terletak pada kontruksi casing, dudukan komponen dan klip penguncinya. Milik costumerku ini jauh lebih rumit, dan itu wajar mengingat harganya yang sangat mahal.           Aku perlu menelepon Charles, sahabatku si tukang umpan itu. Jujur, aku butuh bantuan dari sang suhu. Ternyata, Charles juga belum pernah mengoprek ponsel dengan tipe yang sekarang ada di meja operasiku ini.           
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1516171819
...
24
DMCA.com Protection Status