Bab 171: Anak Kucing di Atas Pohon Aku dan Menuk saling bertukar kabar. Lalu, selayaknya orang yang pernah saling mengenal kami berdua pun segera terlibat obrolan yang hangat. Kami saling bertanya tentang kegiatan masing-masing, tentang pekerjaan, tentang hobi, dicampur dengan rumpi-rumpi sedikit, plus sedikit canda untuk lebih mencairkan suasana. Ketika obrolan kami terjeda karena tema yang menggantung atau karena saling mencari bahasan baru, aku terdiam dengan sedikit rasa malu. Sementara Menuk, dia gugup dan aku tahu itu. Penyebabnya, tentu saja dia yang dulu pernah menyukai aku, dan aku tahu itu. “Eh, Nuk, ini nomor hape kamu yang baru ya?” tanyaku mencoba mengatasi rasa kikuk. “Iya.” “Nomor asli atau nomor samaran?” “Maksud kamu?” “Maksudku, apakah nomor ini hanya kamu pakai untuk sementara saja?” “Tidak, ini memang nomorku yang baru.” “Ya sudah kalau begitu. Biar aku simpan. Ngomong-ngomong,
Baca selengkapnya