Bab 165: Janda Dua Kali Talak
Ini juga benar, namanya memang Pepen. Itu nama asli. Tidak seperti Alex yang samaran, yang sesungguhnya memiliki nama asli..,
Oh ya, Deden dan Pepen inilah yang menjaga gerai laptop dan ponselku. Mereka yang melayani penjualan pulsa, paket internet, asesoris ponsel dan lain sebagainya. Mereka bekerja berganti-gantian, dan tak jarang bersamaan, seperti malam ini. Prinsipnya, aku memberikan jam kerja yang fleksibel kepada mereka berdua, dan itu sudah aku sesuaikan dengan jam perkuliahan mereka.
Aku cukup senang dengan keberadaan mereka berdua, anak baik yang tidak neko-neko. Aku sering melihat ketika sedang menjaga gerai itu, mereka barengi dengan mengerjakan tugas-tugas kuliah.
Deden, adalah orang yang direkomendasikan oleh Charles. Sementara P
Bab 166:Drama Picisan “Sejak kemarin, ibu tiriku telah berada di kota Bandar Baru ini. Ia rupanya menyewa seorang sopir untuk mengemudikan mobil keluarga kami dari Selat Panjang sana. Ibu ingin menjenguk Ayah. Maka tadi siang, dengan diantar sopir itu kami pun pergi ke rutan Polda.”“Namun sayangnya, kali ini aku dan Ibu tidak diizinkan untuk bertemu dengan Ayah. Petugas yang sedang berjaga menjelaskan bahwa ini adalah kebijakan baru dari tim penyidik, yang tidak membolehkan Ayah dijenguk oleh siapa pun. Oh, sudah berapa lamakah Ayah berada di dalam sana? Dua bulan? Tidak, lebih lama dari itu. Tiga bulan? Sepertinya lebih. Hampir empat bulan kalau aku tak salah ingat.”“Walau bagaimana pun aku dan Ibu memohon, namun petugas itu tetap saja bergeming
Bab 167:Titip Salam Jarak antara rukoku dengan rumah Charles memang tidak terlau jauh. Paling lama hanya membutuhkan waktu lima belas menit saja jika menggunakan sepeda motor. Sedikit lebih lama jika menggunakan kendaraan roda empat. Plus semakin lama kalau terjebak kemacetan.Jika tidak terlalu banyak barang bawaan biasanya aku menggunakan jasa ojek online unuk menuju ke rumah Charles itu. Namun jika sebaliknya, aku terpaksa menggunakan taksi. Seperti sekarang ini, hari Sabtu yang cerah, aku duduk di dalam sebuah taksi yang mengantarkan pulang menuju ke ruko.Aku baru saja pulang dari rumah Charles untuk mengantar beberapa laptop yang telah selesai aku perbaiki. Pada kesempatan itu pula aku sekaligus mengambil beberapa part bekas dari ponsel yang sudah rusak dan tidak bisa diperbaiki lagi. Ada juga, dan ini yang paling banyak, yaitu laptop-la
Bab 168:Suara Yang Tidak Asing BEBERAPA HARI KEMUDIAN..,Terhitung sejak aku mendapat titipan salam dari Menuk, entah ya, entah mengapa aku semakin bersemangat saja menjalani hari-hariku. Mengapa bisa begitu? Ajaib, aku tidak bisa menjawabnya. Lebih ajaib lagi, hal itu menimbulkan sensasi ganjil seperti begini; bahwa ke mana pun aku melangkah aku merasa sedang diawasi oleh sesuatu, dan itu entah apa, atau sesiapa.Maka dengan suntikan semangat yang ganjil itu, orderan reparasi laptop dan ponsel yang datang tak putus-putusnya semua aku eksekusi sampai tuntas, khususnya untuk para pelanggan baru yang datang ke geraiku. Sementara “job” yang kudapat dari ayah Charles juga seperti tidak pernah habis. Aku senang saja, dan aku bersyukur saja, karena itu berarti cuan yang mengalir lancar ke pundi-pundiku. 
Bab 169:Angel Semakin ke sini, fokusku semakin kacau terhadap suara Yana. Karena sepertinya, suara si customer wanita di depan itu, sepertinya.., suara itu tidak asing di telingaku!Aku sampai menegakkan dudukku di kursi, memiringkan sedikit kepala, menajamkan pendengaran dan sedikit menjauhkan ponselku dari telinga. Suara Yana semakin menjauh, dan suara si customer wanita di gerai depan yang terhalangi dinding ini semakin jelas di telingaku.Aku terkesiap, seakan darahku tersirap, seiring ingatanku yang meraba-raba kenangan masa lalu tentang siapakah di antara sekian banyaknya wanita yang aku kenal yang memiliki warna suara seperti ini.Aksen atau logatnya sedikit unik, suaranya sendiri merupakan perpaduan
Bab 170:Ojo Dibandingke Malam harinya, aku duduk di meja kerjaku dan kembali berkutat dengan mainboard laptop yang belum sempat aku selesaikan. Namun, karena penasaran, aku mengambil ponsel milik costumer bernama Angel dan menelitinya di bawah lampu kerja.Meskipun berasal dari brand yang sama ternyata ponsel milik Angel ini sedikit berbeda dengan ponsel yang aku miliki. Perbedaan itu terletak pada kontruksi casing, dudukan komponen dan klip penguncinya. Milik costumerku ini jauh lebih rumit, dan itu wajar mengingat harganya yang sangat mahal.Aku perlu menelepon Charles, sahabatku si tukang umpan itu. Jujur, aku butuh bantuan dari sang suhu. Ternyata, Charles juga belum pernah mengoprek ponsel dengan tipe yang sekarang ada di meja operasiku ini.
Bab 171: Anak Kucing di Atas Pohon Aku dan Menuk saling bertukar kabar. Lalu, selayaknya orang yang pernah saling mengenal kami berdua pun segera terlibat obrolan yang hangat. Kami saling bertanya tentang kegiatan masing-masing, tentang pekerjaan, tentang hobi, dicampur dengan rumpi-rumpi sedikit, plus sedikit canda untuk lebih mencairkan suasana. Ketika obrolan kami terjeda karena tema yang menggantung atau karena saling mencari bahasan baru, aku terdiam dengan sedikit rasa malu. Sementara Menuk, dia gugup dan aku tahu itu. Penyebabnya, tentu saja dia yang dulu pernah menyukai aku, dan aku tahu itu. “Eh, Nuk, ini nomor hape kamu yang baru ya?” tanyaku mencoba mengatasi rasa kikuk. “Iya.” “Nomor asli atau nomor samaran?” “Maksud kamu?” “Maksudku, apakah nomor ini hanya kamu pakai untuk sementara saja?” “Tidak, ini memang nomorku yang baru.” “Ya sudah kalau begitu. Biar aku simpan. Ngomong-ngomong,
Bab 172:Anak Kucing di Bawah Kap Mesin “Mas, mas, tolong saya, Mas!” tahan wanita pengendara yang tengah berdiri di samping mobilnya itu.“Ada apa, Bu?” tanyaku setelah berhenti.“Ini, sini, tolong ke sini,” wanita itu melambaikan tangan dan mengajak aku ke arah sisi depan mobil, di mana kap mesinnya sendiri telah ia buka. Ia lalu menunjuk-nunjuk ke dalam ruang mesin.“Di sini ada anak kucing, tapi tidak tahu tepatnya di mana. Tolong saya keluarin kucingnya, Mas.”Sontak saja aku merasa heran. Ini bagaimana ceritanya bisa begini? Kenapa semua orang banyak yang meminta tolong padaku hari i
Bab 173:Malaikat di Depan Toko Keesokan harinya..,Aku sedang menonton sebuah tayangan video melalui saluran internet ketika Pepen datang menghampiri aku.“Mas, hape yang atas nama Angel, sudah selesai diperbaiki, Mas?”“Angel?”“Iya, itu orangnya sudah datang mau mengambil.”Aku mem-pause tayangan video yang sedang kutonton. Bangkit dari kursi aku membuka sebuah laci untuk mengambil ponsel milik Angel. Lalu, aku berjalan ke arah gerai depan sambil mengelap-elap layar ponsel menggunakan kain halus yang kucomot sambil berjalan tadi.&nb