A-aku merindukannya. Bolehkan?"Devan tak menjawab. Kini Indira justru melepas kancing bagian atas Devan, memperlihatkan kulit polos ptia itu.Tangan Indira mainkan dada bagian atasnya, mengusap-usapnya lembut."A-aku... aku hanya merindukanmu. Tak bolehkah aku sedikit menyentuhmu? La-lagipula hanya..."Indira menggigit bibir bawahnya. Sedang Devan mati-matian menahan sesuatu. Merasa tak ada penolakan, Indira melayangkan bibirnya di leher sang pria, menyesapnya.Aktifitasnya masih berlanjut, karena entah kenapa, Devan sama sekali tak bereaksi. Huh, lagipula dulu mereka juga pernah melakukannya, meski tidak sampai tuntas."Aku harap kita selamanya begini Van," ucapnya. Devan meringis, raut wajahnya berubah. Indira tersenyum menyeringai, merasakan sesuatu yang mengganjal dan keras dibawah sana. Makin gencarlah dia melayangkan ciumannya."S-sory, Ra. Aku harus kembali ke kamar. T-takut Kiara terbangun."Devan mendorong
Read more