Beranda / Rumah Tangga / Petaka Satu Malam / Ajakan yang Membimbangkan

Share

Ajakan yang Membimbangkan

Penulis: FitriElmu
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-10 20:00:49

Devan melangkah hati-hati. Membuka pintu pelan. Mengintip kamar Kiara. Dilihatnya Kiara sedang berdiri melamun sambil memandangi jendela luar. Pandangannya kosong. Sesekali terdengar helaan pelan.

Langkah Devan memasuki kamar Kiara, sepelan mungkin dan jangan sampai menimbulkan suara.

Dia letakkan tasnya di atas ranjang. Jas dia cantolkan di dekat lemari. Lalu, memandangi sejenak wanitanya. Kiara tetap tak menyadari kehadirannya.

Akhirnya Devan menghampiri Kiara. Berdiri dibelakangnya. Menunggu reaksi Kiara. Namun tetap tak ada pergerakan dari wanita tersebut.

Tangan Devan terulur memeluk Kiara dari belakang. Menyusupkan kepalanya di ceruk leher sang istri. Wanita itu menoleh kaget.

"De-Devan ..."

"Ngelamunin apa? Ada masalah?"

Kiara tersenyum yang dipaksakan. Menggeleng pelan.

"Gak ada apa-apa kok. Udah mandi? Eh belum ya. Aku siapin air hangat ya?"

Devan menggeleng.

"Gak usah. Kamu pasti capek kan. Aku siapin sendir
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Petaka Satu Malam   Tak Ingin Usai

    Harusnya hari ini istimewa. Tapi mood Kiara sedang tidak bagus. Jadilah hadiah yang rencananya dia serahkan pada Devan dia biarkan saja tergeletak di sudut dalam lemarinya.Ini hari minggu, Devan tidak pergi ke kantor. Tapi lihatlah, dia sedari tadi menjahili Rara. Membuat Rara menjerit laporan pada mamanya."Mama! Papa gangguin Rara mulu nih!" Adunya."Ih, beraninya ngadu sama mama," ledek Devan."Biarin. Papa nakal.""Haha. Beneran nih papa nakal? Kalau gitu gak jadi papa beliin es krim ya?""Jangan. Pokoknya beliin.""Tadi katanya papa nakal, hm," Devan mengangkat sebelah alisnya. Senyam senyum."Ya papa jahil. Dari kemarin gangguin Rara terus.""Papa pengen kok. Rara gak terima?""Ya gak lah. Papa ngeselin.""Tapi sayang kan? Haha."Diam-diam Kiara tersenyum simpul melihat kebersamaan mereka berdua. Rara benar putrinya. Ah, pantas saja dia merasakan ikatan yang kuat dengan gadis cilik itu. Selama ini dia mengabaikan

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-11
  • Petaka Satu Malam   Apa Maumu?

    Setelah setengah harian tadi jalan-jalan. Mereka pulang ke rumah. Devan sedang bermain dengan Rara di ruang depan. Sedang Kiara di kamar. Memandangi kado yang sampai saat ini belum juga dia kasihkan ke Devan.Perkataan Rara tadi memberinya keyakinan untuk segera mengabarkan kabar gembira untuk Devan. Dia tersenyum membayangkan wajah bahagia Devan jika mengetahui dirinya hamil. Nanti setelah mengabari Devan, barulah dia menghubungi orang tua dan mertuanya. Sekaligus mengadakan syukuran setelah sekian lama. Dan masalah Rara, biarlah dia tunggu sampai Devan mengatakannya sendiri. Mungkin benar, Devan sedang menunggu waktu yang tepat untuk mengatakan padanya. Mungkin saja Devan berfikir pasti berat mendengar kabar seperti itu. Tapi memang, harus dia akui, berat dan tak percaya. Tapi itu kan kesalahan masa lalu. Lagipula yang dia lihat adam bertanggung jawab dan merawat Rara dengan baik. Dan uniknya takdir membawa mereka berjodoh tanpa sengaja. Setidaknya keinginan untuk melihat

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-11
  • Petaka Satu Malam   Persimpangan Jalan

    Hari beranjak sore tanpa terasa. Mentari yang tadi bersinar garang kini bersiap kembali ke peraduannya. Eh, belum sih, masih dalam perjalanan menuju peraduannya. Berkas sinarnya masih memancar meski tak seganas tadi.Kiara sudah bersiap dengan memakai blush dan rok pendek selutut berwarna krem. Rambutnya yang panjang hanya di kuncir sebagian. Membiarkan sisanya menjuntai bebas. Wajah ayunya di oles make up tipis. Bibir mungilnya juga dipakaikan lipstik dengan warna soft.Setelah dandanan siap, dia mengambil tas kecilnya. Melewati kamar Devan yang masih tertutup. Kiara mendorongnya pelan, mengintip dari bagian kecil yang terbuka. Rupanya sang empunya sedang lelap. Kesempatan untuk pergi. Karena jika sampai Devan tahu, yang ada rencananya akan berantakan. Pasti Devan kepo dan bertanya macam-macam. Dia kan tak pandai berbohong.Dengan gerakan pelan, Kiara tutup pintunya lagi. Pelan, sangat pelan hingga tak menimbulkan suara sedikitpun.Dia lirik

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-12
  • Petaka Satu Malam   Tak Seharusnya Terjadi

    Atap gedung yang luas terhampar. Tak ada apa-apa selain dirinya dan Indira. Di atas meja ada kue tart cantik dengan lilin berangka sesuai umurnya saat ini. Juga bunga segar dalam vas. Dan dua gelas biola kosong bersanding dengan sebotol minuman.Keputusan yang tepat. Karena memang seorang pria berbeda selera dengan wanita yang tak perlu muluk-muluk dengan keindahan dekorasi.Hembusan angin malam menerpa bebas. Pemandangan kota dengan gemerlap lampunya menambah keindahan tersendiri. Apalagi di atas sana langit cerah memayungi.Indira tersenyum lebar mendapati wajah kaget seorang Devan."Happy birthday to you... happy birthday to you..."Dia bernyanyi dan bertepuk tangan riang.Devan tersenyum tipis. Justru pikirannya melayang ke Kiara. Ada apa dengan istrinya tersebut. Apa karena Kiara tak tahu bahwa hari ini ulang tahunnya? Ah, mungkin iya. Mereka kan baru menikah beberapa bulan yang lalu. Tapi kenapa rasanya sesak. Bukankah biasanya wanita cenderung perhatian dengan urusan seperti it

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-18
  • Petaka Satu Malam   Telah Terjadi

    Kiara tersentak kaget. Terbangun dari ketidurannya. Dia mengusap wajahnya. "Dia belum pulangkah?" gumamnya, lalu melihat jam di layar ponselnya. Pukul dua belas lebih beberapa menit."Yah... sudah lewat dong. Aish. Bagaimana bisa aku malah ketiduran," decaknya. Dia beranjak dari posisi tidurnya yang sama sekali tidak nyaman dan bergegas ke kamar samping, atau lebih tepatnya kamar Devan.Dia membuka pelan, mengernyitkan dahi begitu mendapati tak ada Devan di dalam."Belum pulang? Kemana dia?" Kiara memeriksa ke kamar Rara, tapi ternyata tak ada sosok pria itu. Kiara mengernyit. Rasa rasanya Devan tadi tidak izin untuk pergi kemana gitu. Atau jangan-jangan.Kiarabergegas kembali ke kamarnya. Memeriksa kotak chat. Benar, ada pesan dari Devan."By, aku pulang agak malam. Tadi ketemu sama teman lama, jadi keasikan ngobrol. Jangan tunggu aku. Tidurlah kalau sudah mengantuk. Love you."Kiara tersenyum tipis. Meletakkan ponsel tersebut ke nakas. Lalu melirik kue yang tersaji di atas meja."

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-18
  • Petaka Satu Malam   Kacau

    Selesai membersihkan diri, Indira termenung di pinggiran ranjang. Pandangannya kosong. Sementara Devan, meski dia sebenarnya juga sedang pening, tapi dia mencoba bersikap seolah baik-baik saja. Sembari mengeringkan rambut basahnya dengan handuknya, dia melirik wanita itu. Perasaan tak tega dan bersalah menjadi satu. Meski begitu, ada perasaan mengganjal, tapi dia tidak bisa menjelaskan perasaan apa itu."Maaf..." ucapnya. Indira makin menunduk. Takut jika bulir bening kembali menetes di pipinya."Ini bukan kesalahanmu. Aku yang tidak bisa mengontrol diriku. Tenanglah, aku akan berbicara dengan Kiara nanti."Indira mengangguk. "Sekarang ayo kita pulang."Indira mengangguk. Dalam perjalanan pulang, tak ada lagi pembicaraan diantara mereka. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Terutama Devan. Dia sebenarnya bingung dengan apa yang akan dia katakan pada Kiara nanti. Rasanya sangat berat. Apalagi dari kemarin Kiara mendiamkannya. Semakin Devan merasa

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-19
  • Petaka Satu Malam   Merusaknya

    "Hm. Laporan apa?" tanya Devan ketus. Atau memang sedang moodnya."Ini pak. Mengenai proyek itu, sekarang sudah berjalan setengahnya. Namun masih ada beberapa orang yang sepertinya mencari gara-gara. Dan saya rasa itu dari perusahaan saingan. Ini bukti-buktinya."Satrio menyodorkan kertas-kertas yang dia print tadi. Devan meraihnya kasar. Sungguh, wajahnya terlihat menahan sesuatu.Matanya meniti tulisan tersebut satu persatu. Membuka lembar demi lembar. Gerahamnya mengerat. Brak!Dia membantingnya ke meja keras. Tapi tak sedikitpun Satrio terlonjak. Dia sudah menduga akan begini reaski Devan."Apa-apaan ini. Bagaimana bisa mereka menyeret para investor kita di saat sudah setengah jalan begini," geramnya."Sepertinya mereka mulai berani menggunakan cara licik, pak."Desah napas Devan menderu. Wajah putihnya memerah menahan marah. Terlihat dari tangannya yang mengepal kuat. Dia merenggangkan dasinya yang mendadak terasa sesak.

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-20
  • Petaka Satu Malam   Rasa Sakit yang Mendera

    "Ma, kok tadi papa gak ada sih?"Pertanyaan Rara untuk sekian kalinya."Kan mama udah bilang tadi sayang. Papa nginep tempat temannya."Rara manggut-manggut lagi. Sebenarnya dia juga sudah tahu jawabannya. Tapi rasanya ingin menanyakan terus menerus."Maaf, ibu ini mamanya Rara ya?"Seorang guru muda yang sepertinya agak tua sedikit dari Dinda tiba-tib saja sudah ada di belakang mereka."Oh, iya bu. Saya mamanya Rara.""Sebenarnya saya mau bicara sama ibu dari kemarin. Tapi masih agak ragu. Soalnya dulu kan Rara sering diantar sama wanita yang saya pikir itu mama Rara. Hehe. Maaf ya bu. Jadi salah sangka.""Iya bu. Gak apa-apa. Itu baby sitter Rara. Dulu kan saya kerja bu, makanya Rara di antar sama baby sitternya.""Oh, iya. Perkenalkan nama Saya Juwita, kepala sekolah disini," ucapnya mengulurkan tangannya yang disambut Kiara."Saya Kiara. Mamanya Rara bu.""Mari bu, ke kantor dulu. Ada hal yang ingin saya katakan ke ibu."

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-21

Bab terbaru

  • Petaka Satu Malam   Ending Scene

    Delapan bulan berlalu. Setelah kejadian tersebut, keluarga kecil Devan kembali seperti semula. Ditambah satu anggota keluarga, bayi laki-laki yang tampan dan menggemaskan. Reyvaldo Erlangga, namanya.Tingkah menggemaskan bocah tersebut membuat suasana rumah semakin berwarna. Rara apalagi, dia bahkan selalu bersemangat untuk bermain-main dengan adiknya. Sepulang sekolah, dia langsung mencari adiknya,mencium gemas pipi Er yang sama-sama gembul seperti dirinya.Tak ada lagi pengganggu bernama Indira. Dia telah lama pergi akibat dari kelakuannya sendiri. Dendamnya berakhir menjadi bumerang untuk dirinya. Bayi Indira sendiri kini di rawat oleh Tasya yang memang menginginkan seorang adik untuk Dino. Siapa tahu bisa menjadi pancingan pada Yudi.Untung saja, bayi Indira yang dinamakan Keyra Vanesha normal, meskipun dimasa kehamilan dirinya ibunya tak pernah merawat dirinya. Organ tubuhya lengkap dan sehat. Usia Keyra dan Erlangga sama, hanya berjarak satu hari saj

  • Petaka Satu Malam   Kesabaran Satrio

    Berhubung usia kandungan Kiara masih tujuh bulan, maka bayinya mengalami lahir prematur  dan harus di rawat dalam ruang khusus, bersama dengan bayi Indira yang juga mengalami hal yang sama. Untung saja ada Sarah, dokter yang mereka kenal dan bisa di percayai merawatnya.Kiara masih lemas. Luka di kepalanya masih terasa nyeri, begitu pula dengan di perutnya, karena terpaksa harus melakukan operasi cesar. "Kemana Dodi?" tanyanya lemas. "Dia di ruang sebelah sayang," jawab Devan. Dia bahagia karena akhirnya istrinya melewati masa kritisnya meski wajahnya masih sangat pucat dan lemas."Bawa aku kesana, Van. Aku ingin melihatnya," ujarnya."Tidak. Jangan sekarang. Kamu masih lemah sayang. Nanti saja ya, kalau sudah mendingan.""Tapi aku ...""Stt...""Tak ada tapi-tapian. Ya, istirahat dulu. Nanti kalau sudah mendingan, aku anterin ke ruangan Dodi ya?"Kiara akhirnya mengangguk, tersenyum lemah."Tapi kamu sudah memaafkannya kan?"

  • Petaka Satu Malam   Tentang Dodi

    Wajah itu, wajah yang sempat dia cintai. Si pemilik hati nya yang sempat membuatnya berbunga-bunga. Sungguh, tubuhnya lemas. Dalam hati terdalamnya, jujur, Nadia masih ada rasa pada Dodi. Dan melihatnya kini berbaring lemah di hadapannya, membuatnya sakit.Taki belum menyadari perubahan wajah Nadia. Setelah Dodi di bawa ke rungan yang berbeda dengan Kiara, dia yang menjagai sahabat eratnya tersebut dengan di temani Nadia."Huft, baru saja lo sembuh Di ... baru saja lo bilang bakal membuka lembaran baru, dan ternyata ada kejadian ini," desah Taki."Tapi gue bangga sama lo, meski kesal juga sama lo. Lo lebih mentingin nyawa istri sahabat lo sendiri di bandingkan dengan nyawa lo sendiri. Semoga setelah ini, perasaan bersalah lo sama Devan bisa berkurang," tambahnya lagi.Taki tersenyum kecut. Setelah mendengar kabar mengenai kekisruhan yang di sebabkan oleh Indira, diam-diam Dodi selalu mengawasi Kiara. Demi menebus kesalahannya pada Devan beberapa tahun silam

  • Petaka Satu Malam   Rencana Nina

    Untuk ke dua kalinya, berita buruk. "Ya ampun nak. Apalagi yang terjadi?" paniknya.Dia berdiri di pinggir jalan, tak lama, dia menyeberang tergesa. Namun sebuah mobil melaju kencang ke arahnya. Cepat dan tanpa sempat dia sadari.Kakinya seakan menancap di tanah tak bisa dia gerakkan sama sekali."Awas!" pekik seseorang dan mendorong Kiara ke pinggir jalan, membuat mereka jatuh terjerembab. Rupanya mobil tadi sengaja menabrak Kiara, melihat rencananya gagal, dia berbalik tanpa sempat mereka sadari."Kamu, tak apa kan?" ucap seseorang itu. Kiara meringis, perutnya sakit, pinggangnya juga. Rasa nyeri yang menjalar."Awass!" pekik orang itu begitu melihat mobil itu sudah dekat dengan mereka.Dan brak!Rasanya sakit, gelap ... gelap ... dan gelap..Rumah sakit lagi-lagi menjadi tempat kunjungan mereka. Dalam situasi yang lebih menegangkan dari yang pertama. Usai kejadian tersebut, Kiara dan seseorang itu di lar

  • Petaka Satu Malam   Kabar

    "Ma, Rara berangkat dulu," pamit Rara.Devamn juga mendekat dan mencium keningnya. Tak lupa berpamitan dengan baby di perut sang istri."Papa berangkat sayang. Jangan nakalin mama yah," ucapnya. Kiara tersenyum. Melambaikan tangannya, dan memandang mereka hingga menghilang dari pandangan.Setelah itu dia masuk ke dalam. Masih ada waktu beberapa jam sampai menunggu waktu istirahat mereka. Ya, mereka tak bisa izin begitu saja. Jadi harus memanfaatkan waktu yang sedikit itu. Kalau malam hari, pastilah Devan tidak mengizinkannya. Karena itulah mereka pilih siang saja. Meski sebenarnya waktu sempit itu mana cukup untuk obat kangen, tapi tak apalah. Daripada tidak sama sekali.Tapi dia tadi meminta kelonggaran pada suaminya untuk memberi jam tambahan istirahat pada kedua sahabatnya tersebut.Sekarang dia beres-beres rumah dulu.-------Alarm berbunyi mengganggu indera pendengaran. Membangunkan Kiara dari tidur sejenaknya. Dia bergegas beranj

  • Petaka Satu Malam   Dendam Nina

    Riris hanya menjagai mereka sampai Devan pulang. Devan juga sekarang pulangnya lebih awal. Kerinduan akan istri dan putri serta calon anaknya lah yang membuatnya selalu kangen rumah.Seperti biasa, setelah Devan datang, Riris langsung berpamitan pulang. Dia wanita yang tangguh. Meski begitu, Devan tak bisa membiarkannya pulang sendiri. Jadi dia menyuruh Satrio untuk mampir menjemput Riris."Gagal," ujar Devan pada Kiara."Maksudnya?" tanya Kiara. Dia menyantolkan jas suaminya ke hanger, lalu duduk di samping Devan dengan mengelus perut buncitnya. Kebiasaan yang akhir-akhir ini kerap tanpa dia sadari. Kebiasaan ibu hamil tua."Iya. Satrio ternyata sudah menyukai wanita lain," tukasnya."Oh, begiut. Ya gimana. Mungkin belum jodohnya kali.""Iya juga sih. Tapi takutnya dokter Sarah sudah terlanjur berharap bagaimana?"Kiara tersenyum. Memijit bahu Devan."Dia akan baik-baik saja. Aku kenal Sarah dengan baik," ujarnya."Semoga saja

  • Petaka Satu Malam   Kehidupan Setelahnya

    Sepeninggal Nina, kehidupan rumah tangga Devan dan Kiara kembali harmonis. Apalagi Rara juga kini sudah sembuh dan kembali bersekolah seperti biasa. Ada Riris yang selalu mengawasi mereka. Dan selama ini Nina tak pernah menampakkan dirinya. Entah masih hidup atau sudah mati wanita itu. Tak ada yang peduli, dan tak ada yang berniat untuk mencari. Yang penting mereka berjaga-jaga saja dari segala kemungkinan, dengan cara mengawasi sekitar. Takutnya tiba-tiba wanita itu muncul untuk membalas dendam.Kandungan Kiara juga sudah semakin besar. Sekarang menginjak usia tujuh bulan. Saat-saat paling riskan, karena banyak juga ibu hamil yang melahirkan di usia segitu.Kehidupan normal berjalan lancar. Senyum Kiara kini tak henti terukir setiap waktu. Impiannya untuk menjalani kehidupan wanita hamil pada umumnya, kini dia rasakan. Limpahan kasih sayang dari suaminya, anaknya, sahabatnya, dan pokoknya kini semua terasa membahagiakan.Devan pun kini lebih sering berjal

  • Petaka Satu Malam   Penjagaan

    Keesokan harinya, benar yang dikatakan Satrio. Dia mengantar seorang wanita muda yang kira-kira berusia dua puluh delapan tahunan."Namanya Riris. Meski perawakannya kecil, jangan salah. Dia ini jago taekwondo loh," ujar Satrio. Riris menundukkan kepala, tersenyum menyapa pada tuan rumah."Justru, kecil-kecil cabe rawit. Hehe," ujar Devan. Kiara langsung menyenggolnya."Hehe.. iya sayang. Kan cuma bercanda. Sayangku, cintaku tetep kamu kok," ucapnya mengedipkan sebelah matanya. Satrio merotasikan bola matanya malas."Jangan heran ya Ris. Jangan mual juga. Mereka emang kadang bucinnya kelewatan," tukas Satrio."Gak papa. Itu kan memang wajar bagi pasangan suami istri.""Nah loh. Makanya jangan jomblo mulu. Sana, nikah!""Kampret. Mentang-mentang ya. Kalau saja kemarin Kiara aku culik paling juga udah nangis-nangis," tutur Satrio."Heh! Cari mati?" desahnya kesal.Satrio malah tertawa."Sudah. Katanya mau cek up. Biar aku temani R

  • Petaka Satu Malam   Pengusiran

    Pantat Devan sangat sakit. Tentu saja. Dia menghantam lantai dengan keras. Meski begitu, marahnya mengalahkan segalanya. Dia menatap tajam Indira yang gemetar ketakutan."Siapa yang menumpahkan minyak disini?" tatapnya tajam. Rahang Devan sampai mengeras saking emosinya dia.Indira menunduk. Takut."Jawab! Siapa!" bentaknya. Kalau tidak ingat wanita ini sedang hamil, ingin rasanya dia menghajar wanita iblis ini."De-Devan ... aku tidak bermaksud ....""Oo... jadi kamu. Apa maksudmu? Kau ingin mencelakai Kiara, hah!""Bu-bukan begitu. Aku hanya ....""Lalu ini apa? Kau berniat bukan? Untung saja aku yang terkena. Kalau Kiara ... ah, sungguh aku tidak bisa membayangkan. Kamu keterlaluan ya Ra. Apa sih yang membuat kamu setega ini melakukannya pada Kiara? Aku tak habis pikir dengan jalan pikirmu?" Indira mengangkat wajahnya. Balik menatap tajam Devan."Kau pikir kenapa? Itu karena aku benci wanita itu! Dia yang merebut kamu

DMCA.com Protection Status