All Chapters of Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina: Chapter 171 - Chapter 180

224 Chapters

Bab 62

“Iya, tante Lexa pernah cerita,” jawabku. Kemudian Mahira mengerucutkan bibirnya.“Iya, Mbak, kasihankan masku. Makanya sampai sekarang dia cuek sama perempuan. Padahal ada beberapa yang ingin mendekati Mas Malik. Tapi, Mas Malik kayak trauma gitu. Makanya waktu ngajak Mbak Lika pulang ke rumah aku heran,” jelas Mahira.“Heran? Kenapa Heran?” tanyaku sengaja mengulang kata itu.“Iya, selama di tinggal calon istrinya itu, Mas Malik nggak pernah bawa cewek ke rumah,” jawabnya. “Owh, itu kebetulan aja! Karena waktu kamu kirim pesan ke masmu, dia lagi sama Mbak,” jelasku.“Iya, Mbak. Mungkin kebetulan. Tapi, biasanya Mas Malik main tinggal aja, kalau dia lagi sama cewek. Nyatanya Mbak di ajaknya pulang,” sahut Mahira.“Mbak kemarin juga mau di tinggal sama masmu. Tapi, mbak nggak mau,” sahutku. Mahira mendelik seraya menganga mendengar ucapanku.Malah bahas Malik terus. Apa kata teman-teman seangkatan kalau aku sampai nikah dengan Malik. Mereka tahu semua, jaman sekolah aku layaknya kuci
last updateLast Updated : 2022-11-23
Read more

Bab 63

“Ketahuankan, Mbak Lika lirik-lirik Mas Malik, ha ha ha,” teriak Mahira dengan tawa yang renyah. ‘Lika kamu kenapa bisa mandangin Malik tapi kamu nggak nyadar? Oon bangert sih, kamu, Lika!’ gerutuku dalam hati. “Bukan hanya ngelirik, Dek. Tapi menatap,” sahut Malik. Puaslah mereka godain aku ini. Awas aja kalian, ya.“Ciee cieee cieee, MALIKA,” Mahira masih terus menggodaku. Belum puas kayaknya godain aku. Padahal ini muka udah kayak cumi di rebus plus di goreng. Entah kayak apa bentuknya.“Kumat deh kumat! Udah nggak usah nyatu-nyatuin nama,” sahut Malik. Mulai kesal juga dia di godain adiknya sendiri. Nah, gitu dong ikutan kesal. Jadi nggak hanya aku saja yang kesal. Ada temannya gitu.“Tapi nama kalian cocok, kayak iklan kecap di TV, ha ha ha,” benar-benar puas Mahira godain aku dan abangnya.“Lik, aku pulang aja, ya?” tanyaku ke Malik. Malik langsung memandangku dan mengerutkan keningnya.“Dek, Mbak Lika langsung minta pulang ini,” ucap Malik kepada adiknya.“Duh, jangan pulang d
last updateLast Updated : 2022-11-24
Read more

Bab 64

“Nggak, aku pengen beliin baju ibu, udah lama nggak beliin baju ibu, kalau kamu mau temani dan pilihkan! Tapi kalau nggak mau ya, udah, nggak maksa,” jelas Malik. “Owh, boleh kalau gitu. Ibu aja yang di beliin? Mahira nggak?” sahutku seraya bertanya balik.“Mahira sudah sering beli baju dia. Dia sukanya beli sendiri,” jawab Malik. Aku manggut-manggut saja. Wajar kalau Mahira lebih suka beli baju sendiri. Apalagi anak seusia dia, masih senang-senangnya belanja baju sendiri. “Kamu perhatian dan sayang banget ya, sama ibumu,” celetukku. Malik melirikku dan kemudian fokus ke jalanan lagi.“Kalau nggak anak-anaknya siapa lagi?” jawab Malik. Aku mendesah, malu banget rasanya, kalau inget-inget aku sering bentakin Mama.“Iya, ya!” hanya itu yang bisa aku ucapkan. Nggak tahu lagi mau jawab gimana.“Ibu itu udah berjuang mati-matian ingin menyekolahkan anak-anaknya. Masak giliran ibu udah nggak bisa apa-apa, kita mau buang dia ke panti jompo? Nggak mungkin kan? Aku hanya berharap, semoga ist
last updateLast Updated : 2022-11-24
Read more

Bab 65

Mau tak mau aku harus mengikuti ide gila Malik. Masuk ke toko baju yang lumayan besar ini. Jadi penasaran seperti apa mantan Malik. Hingga dia susah move on. Malik saja yang belum sempat menikah, susah move on. Apa lagi aku? wajar dong kalau aku ingin balas dendam ke orang-orang yang bikin rumah tanggaku berantakkan.“Dek, bagus mana?” astaga! Malik memanggilku Dek? Aku hanya bisa menelan ludahku dengan susah payah. Mana suaranya agak di tinggikan lagi. Aku celingak celinguk memandang sekitar. “Sayang! Bagus mana?” jleb! Asli aku baper (terbawa perasaan) kenapa Malik manggilnya kaya gitu? Berdebarlah ini hati. Karena aku diam saja, kemudian dia mendekat. Berbisik di telinga.“Jangan bikin aku malu. Aku sewa deh, sehari ini jadi pacarku, jadi santai saja. Layaknya orang pacaran,” lirihnya. Wajah dia dekat dengan telingaku kayak gini, rasanya semakin terbawa perasaan.“Em, bagus yang ini, Maaasss,” ucapku kikuk. Mas? Aku manggil Mas? Ngimpi apa aku tadi malam? Aku lihat dia tersenyum.
last updateLast Updated : 2022-11-25
Read more

Bab 66

“Ya, kali, aku mau ngenalin ke Tante Heni, pacar sehari? Kenalin Tante ini pacar sehari Malik? Kan nggak banget,” kecap Asin memang paling bisa ngejawab. Heran aku di buatnya.“Ya, harusnya jangan bilang calon istri,” sungutku lagi.“Suka-suka, dong! Namanya juga pacar sehari, jadi seharian ini sampai jam dua belas malam, Halika Sofya Ningrum itu pacar Malik Ibrahim. Jadi suka-suka mau ngomong apa,” jelas Malik sesuka hatinya. Masih senyum-senyum dia seraya melirikku. Kalau nggak ingat dia lagi nyopir udah aku tonjok.“Loh, kok, berhenti?” tanyaku bingung. Tiba-tiba Mobil berhenti di parkiran. Dan saat aku pandangi ternyata ini lagi di alun-alun kota jogja.“Udah, pacaran kita cuma sehari, jadi di nikamti saja. Besok kita sudah kembali jadi tom and jerey,” jawab Malik. Kemudian membuka pintu mobil dan turun. Aku masih ogah untuk turun. Kiraina aku cuma karena ingin ketemu calon mantan mertua gagal. Tapi, ternyata salah.“Turun, dong, Sayang!” ucap Malik seraya membuka pintu mobil. Sum
last updateLast Updated : 2022-11-25
Read more

Bab 67

“Malik, kamu baik-baik saja?” tanyaku kepada Malik. Matanya masih memandang ke seorang wanita tua dengan berpakaian lusuh.“Bentar, ya,” ucapnya. Aku mengangguk saja menanggapi ucapannya.Aku awasi Malik. Dia mendekati wanita tua itu. Kemudian tangan kanannya merogoh saku celananya dan mengeluarkan dompet. Membuka dompet itu dan mengeluarkan uang. Entah berapa jumlah. “Untuk beli Es ya, Nek,” ucap Malik kepada nenek-nenek itu.“Makasih, ya, Nak,” sahut nenek itu. Hati ini merasa semakin salut dengan Malik. Ternyata dia baik, walau selama ini yang aku tahu, Malik itu nyebelin dan suka bentak-bentak ngomongnya. Ternyata dia juga bisa lembut ngomongnya. Bukan hanya ucapannya tapi juga hatinya.“Sama-sama, Nek,” sahut Malik kemudian berlalu meninggalkan nenek-nenek tua itu. “Yok! Beli es,” Malik menarik tanganku lagi. Reflek saja aku tersadar dari lamunan. Pasrah mengikuti langkah kakinya.“Mas, esnya dua, ya!” ucap Malik kepada penjual es itu.“Siap, Mas,” jawab penjual es itu. “Ntar
last updateLast Updated : 2022-11-26
Read more

Bab 68

Akhirnya kami terdiam. Malik malah mengeratkan genggaman tangannya. Padahal habis kesel sama dia. Tapi, kalau dia megang tangan gini, bergetar lagi ini hati.“Lik, kamu nggak malu jalan sama Janda?” tanyaku serius. Dengan nada serius nggak mau bercanda. “Jandakan? Asli janda? Syah jandakan?” apalah maksud Malik ini tanya kayak gitu? Mana mata kami saling beradu lagi.“Kamu baik-baik aja, Lik?” tanyaku khawatir. Karena pertanyaannya membuatku berpikir dia lagi nggak sehat. Kemudian dia mendesah. Menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi panjang ini.“Malik Ibrahim dalam kondisi sehat Halika Sofya Ningrum,” ucapnya seraya mendesah.“Kalau kamu janda emang kenapa? Yang penting bukan istri orang,” jawab Malik. Sama kayak yang di bilang adiknya tadi. Memang kakak adik ini kompak banget. Kompak juga ngerjain aku hari ini.“Ya, enggak, kamukan, masih bujang dan aku sudah janda,” jawabku.“Itu hanya status,” jawabnya. Haduh, kalau lagi serius gini, rasanya dia terlihat dewasa dan bijak. Tap
last updateLast Updated : 2022-11-26
Read more

Bab 69

Akhirnya aku sampai panti juga. Sudah mandi dan sudah makan tadi barenag sama Malik. Sebelum pulang ke panti, di ajak makan Malik di angkringan. Sweet sih, sebenarnya sama Malik hari ini. Walau ada nyebelinnya tapi setidaknya, hari ini dia bisa membuatku baper. “Terimakasih, ya, Halika, untuk hari ini,” ucap Malik di depan rumah Tante Lexa saat mengantarku pulang tadi.“Sama-sama Malik, aku juga terimakasih hari ini udah di ajak muter-muter kota Jogja,” sahutku. Malik tersenyum dan dia membelai rambutku. “Aku pulang dulu, ya! owh iya, masih jadi pacar Malik, lo. Sampai jam dua belas malam nanti,” ucap Malik seraya pamit. Lagi-lagi dia mengerlingkan matanya. “Putusnya sekarang aja, ya! aku mau istrirahat!” sahutku.“Nggak bisa dong! Enak aja! Tetap sampai jam dua belas malam nanti, lewa satu detik, baru deh, kita putus,” sahut Malik kemudian dia masuk ke dalam mobilnya.“Lik, Lik, apa bedanya juga, putus sekarang atau nanti. Ujung-ujungnya juga putus,” ucapku. Walau dia sudah masuk
last updateLast Updated : 2022-11-27
Read more

Bab 70

[Kalau gitu nggak usah pacaran,] sahut Malik. [Lagian siapa yang mau pacaran sama kamu? Yang ada kamu yang maksa-maksa untuk jadi pacar sehari,] ucapku tak ingin kalah mak jleb.[Nggak usah pacaran tapi langsung nikah, ha ha ha ha] celetuk Malik lagi seraya melepaskan tawanya lebar-lebar. Puas banget dia.[Malik, pacaran sama kamu aja bisa mati berdiri, apalagi Nikah. Mungkin baru selesai ijab langsung jantungan aku,] sahutku.[Ha ha ha ha] makin kuat Malik tertawanya. Benar-benar dia ingin ngerjain aku.[Renyah banget, ya, ketawanya,] ucaku. Selang sekian detik tawanya reda.[Tinggal sejam lagi ini jadi pacarku, yok, sayang-sayangan dulu!] pinta Malik. Asli ini orang semaunya sendiri. Ingin baik, ya langsung baik. Ingin bentak-bentak ya langsung bentak-bentak. Benar-benar aneh.[Nggak nunggu sejam perasaan lama banget, kita putus sekarang aja, aku mau tidur,] ucapku dengan nada aku buat marah.[Aku nggak mau putus, gimana?] tanya balik Malik.[Nggak mau putus, ya, udah! Yang penting
last updateLast Updated : 2022-11-27
Read more

Bab 71

“Kamu baik-baik saja, Lik?” tanya Tante Lexa kepadaku. Aku menegrutkan kening kemudian memegang wajahku sendiri.“Iya, Lika baik-baik saja, ada yang aneh ya, Tante?” tanyaku. Tante Lexa tersenyum seraya memandangku.“Nggak, tapi kayaknya Tante lihat wajahmu sumringah,” jawab Tante Lexa.“Iyakah, Tante?” tanyaku balik.“Iya, serius. Kayaknya itu lagi bahagia,” jawab Tante Lexa. “Ah, perasaan Tante Lexa aja, Lika seperti biasanya, kok,” sahutku. “Apa, udah mulai betah tinggal di panti?” tanya Tante Lexa lagi. Aku mendesah dan membelai rambutku sendiri.“Bisa jadi, Tante,” jawabku seraya tersenyum.“Syukurlah, kalau kamu udah mulai betah di sini,” sahut Tante Lexa, seraya menepuk pelan pundakku.“Lika imgin membuka usaha, tapi apa, ya, Tante?” tanyaku kepada Tante Lexa meminta pertimbangan. Tante Lexa mengerutkan keningnya. Kemudian bola matanya menghadap ke atas. Seakan lagi memikirkan jawaban apa yang akan di sampaikan kepadaku.“Kamukan Bidan. Orang kesehatan. Jadi buka usaha sesuai
last updateLast Updated : 2022-11-28
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
23
DMCA.com Protection Status