All Chapters of Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina: Chapter 1 - Chapter 10

224 Chapters

Bab 1

Tak adil rasanya jika sama-sama menantu tapi di beda-bedakan. Itu yang aku rasakan selama menjadi menantu dikeluarga ini. Ada dua menantu disini. Aku dan Lika.Namaku Rasti. Karena aku menantu dari keluarga yang 'kere' kata ibu mertua, aku di perlakukan sesuka hatinya. Memang ibu mertua sangat menampakkan ketidak sukaannya didepanku. Tapi tidak didepan anak lanangnya. Karena anaknya sangat mencintaiku apa adanya.Berbeda dengan Lika, Lika anak dari keluarga berada. Dia juga mempunyai gelar dan bekerja sebagai bidan di puskesmas setempat. Ibu mertua selalu manyanjungnya. Tidak pernah menyuruhnya dan selalu membanggakan manantu kesayangannya di depan teman-temannya."Ko, besok istrimu suruh ke sini, suruh bantuin ibuk masak buat acara arisan, istrimu kan nganggur dari pada cuma bengkakin badan suruh ke sini bantu-bantu."Ucap ibu suatu hari dengan gayanya yang sok sibuk."Iya bu nanti tak sampaikan ke Rasti, mantu ibukan gak cuma Rasti, Lika gak disuruh?"Jawab suamiku mas Riko seraya b
Read more

Bab 2

"Dek ibuk nelpon disuruh bantuin cuci piring,"Kata mas Riko diambang pintu. Aku dan Yuda asyik nonton TV. Aku malas menjawabnya. Seperti yang kuduga ibu pasti ngadu yang tidak jelas."Kata ibuk kamu pulang duluan gak bantuin sampai acara selesai, kasihan Lika capek sendirian,"Ucap mas Riko masuk kedalam rumah dan bergabung didekatku dan Yuda. Aku masih terdiam menonton TV. Lagi-lagi di mata ibuk hanya Lika yang pengertian. Dan hanya Lika yang capek."Dek kok diem aja sih? Mas ini lagi ngomong lo,"Ucapnya lagi sambil menarik tanganku. Yuda melirik aksi ayahnya dan mengamati raut wajahku yang malas untuk menjawab."Kamu kenapa?"Tanya mas Riko memastikan. Mataku mulai mengembun. Ingin menangis tapi aku tahan karena ada Yuda anakku. Ku menarik nafas dengan kuat dan melepaskannya secara teratur. Menata hati yang terlanjur pecah."Tadi jemput Yuda pulang sekolah."Hanya jawaban itu yang bisa keluar dari mulutku. Percuma juga mau ngadu pasti sudah ke duluan mertua."Ke rumah ibuk yok mas
Read more

Bab 3

Akhirnya sampai dirumah juga, tanpa membawa baju kotor mertua. Karena mas Riko tidak mendengar teriakan ibunya ketika terburu melangkah ke kami dengan membawa kresek besar warna hitam. Akupun juga diam saja seolah tak melihatnya. Kalau ibu mau marah, yang kena marahkan anaknya sendiri yang memboceng. Aku mengulum senyuman dibibir dengan puas.Aku membuka pintu rumah dan masuk dengan langkah yang lelah dan perut yang terasa lapar. Langsung melangkah ke dapur. Teringat masih punya mie instan dan telor. Makanan favorit, apa lagi suasana hati lagi kacau. Dengan cepat aku mengolahnya.Satu bungkus mie instan kuah di campur dengan empat telor dan irisan sawi telah matang. Ku tiup pelan-pelan lalu menyantapnya. Memang seperti ini lah aku. kalau hati lagi kacau pelampiasanku ke makanan. Kalau kebanyakan orang, sakit hati gak selera makan, aku malah sebaliknya. Semakin sakit hati semakin aku kuat makan. Biarin saja badan makin melebar seperti drum kata mertua. Dari pada sudah sakit hati badan
Read more

Bab 4

“Dek, ibuk nelpon suruh antar bajunya yang kemarin,” Ucap mas Riko sambil meletakkan gawainya dimeja. Membuatku enggan untuk menjawab. “Dek baju ibu udah keringkan?” Tanyanya lagi seraya duduk disofa.“Sudah kayaknya.” Jawabku dengan nada malas, seraya beranjak keluar menuju jemuran. Memastikan baju-baju ibuk kemarin sudah kering atau belum. Ternyata sudah pada kering sekalian aku mengangkat dan membawanya masuk kerumah sekalian melipatnya. “Ini mas baju ibuk, mas yang ngantar ya?” Ucapku kepada mas Riko sambil memasukkan baju ibuk ke dalam kresek yang sudah terlipat rapi.“kamu ajalah dek yang ngantar, mas capek.” Sahutnya sambil rebahan di sofa. Jawaban yang sangat menyebalkan. “Adek juga capek loo mas.” Ucapku dengan nada kesal, meletakkan baju mertua yang sudah rapi di dalam kresek di meja ruang tamu. Karena sejujurnya aku malas kerumah mertua.“Capek apalah kamu ini dek, kalau mas wajar capek habis pulang dari kebun manen sawit.” Jawabnya yang masih rebahan disofa, deng
Read more

Bab 5

"Dari awal memang ibuk tidak setuju kamu menikahi Rasti tapi kamu ngeyel, ya ini, sekarang ibumu di fitnah tidak adil dengan menantu, ibu kurang apa selama ini sama kamu Ko? Walaupun ibu gak setuju tapi ibu tetap menikahkan kalian dengan pesta besar-besaran, masih ibu bantu rumah, ibu juga yang belikan kebun sawit, biar apa? Biar rumah tangga kalian bahagia."Ucap mertua kepada mas Riko diruang tamu rumahku. Sudah tiga hari mas Riko tidak tidur di rumah, dia tidur di rumah ibunya. Pulang hanya mengambil baju ganti saja. Mas Riko sudah mengadu kepada ibunya. Dan hari ini mereka datang ke rumah mendudukkan ku. Mas Riko gegabah, seperti anak kecil apa-apa di adukan kepada ibunya.Ucapan ibu memang terkesan memarahi anaknya sendiri, tapi semua ucapannya menyudutkanku. Aku harus bisa menahan air mata agar tidak terjatuh, supaya bisa menjawab dan menjelaskan semuanya."Kamu jelaskan sama ibuk dek, tentang ucapanmu kemarin."Ucap mas Riko memandangku, begitu juga dengan mertua. Tatapan serig
Read more

Bab 6

"Maaf, tadi Lika lihat Yuda di gerbang sekolahannya, belum ada yang jemput, kebetulan Lika lewat, jadi sekalian Lika antar."Ucap Lika terlihat kikuk. Mungkin merasa tak enak pada kami. Yuda langsung bergegas masuk rumah dan menyalami kami semua. Kuseka air mataku dengan perlahan, mungkin Lika sudah mendengar sebagian keributan kami."Gakpapa cah ayu, untung ada kamu, jadi Yuda nggak kelamaan nunggu disekolah,"Jawab mertua, disambut dengan Lika mencium punggung tangan mertua. Manis sekali."Ni Ko, untung ada Lika, istrimu terlalu sibuk njelek-njelekin mertuanya, sampai lupa ngurus anak."Jlebbb, terasa hatiku dihunus pedang yang tajam terasah. Kutatap mata mertua dengan penuh amarah. Aku bangkit dari duduk, membuat wajah ibu terlihat gelagapan. Begitu juga dengan mas Riko dan Lika. Mas Riko juga ikut berdiri. Seakan ingin menenangkanku, tapi dia terlihat serba salah."Yuda, masuk ke kamarmu!" Perintahku. Aku tak mau dia mendengar semuanya. Yuda nurut, seakan dia ketakutan. Mataku mem
Read more

Bab 7

“Mas akan kasih kamu uang belanja, kalau kamu mau minta maaf sama ibu.”Ucap mas Riko membuatku mengerutkan kening. Memahami. Aku baru sampai di rumah setelah mengantar Yuda ke sekolah. Tersadar, semenjak kejadian ribut dengan mertua, aku memang belum di kasih uang belanja.“Aku masih istrimu, masih kewajibanmu menafkahiku.” Jawabku berlalu, menuju dapur. Membuat secangkir kopi menghilangkan pusing. Mas Riko mengikutiku.“Apa susahnya sih minta maaf sama ibu!” Sahutnya menarik tanganku. Mata kami beradu, terlihat kekecewaan disana.“Terserah mau kasih duit belanja aku atau tidak, kalaupun aku mati kelaparan, kamu yang berdosa.” Jawabku asal, tanpa memperdulikan ucapannya.“Dosa? Kamu yang berdosa karena berucap kasar dengan mertuamu.” Bentak mas Riko. Mencengkeram lenganku kasar.“Aku tak akan berucap kasar kalau tidak ada yang memulai.” Jawabku sambil berusaha melepas cengkeraman tangan mas Riko. Percuma, cengkeraman itu semakin kuat.“Sudah jelas kamu yang memulai, tapi kamu an
Read more

Bab 8

"Mbak Rasti, demi kebaikan semuanya, mending mbak turuti keinginan mas Riko."Ucap Lika duduk di sofa ruang tamu. Hari ini Lika main ke rumah, tampak rautnya memelas."Maksudmu?" Tanyaku mengerutkan kening."Turuti keinginan mas Riko, mbak minta maaf sama ibu, biar semuanya semakin tak berlarut-larut."Jawabnya serius, sambil meletakkan gawai disebelahnya. Menatapku tajam. Membuat hati semakin sesak."Lika, mbak pasti minta maaf sama ibu, tapi nggak sekarang, mbak ingin buktikan ke mas Riko."Sahutku, membuat Lika menyipitkan matanya. Terdiam sejenak. Seakan lagi berfikir sesuatu."Berarti mbak ingin membuat mas Riko bertengkar ma ibu?" Tanyanya serius."Ya eng...""Mbak, ingat-ingat kembali kebaikan ibu, jangan hanya sedikit kesalahan ibu, mbak melupakan semua kebaikan ibu."Potongnya. Aku tersentak mendengar ucapan Lika. Mencoba memahami, apakah aku yang terlalu sensitif, atau Lika memang tak merasakan ketidak adilan ini, karena dia mendapat tempat teratas di hati mertua."Maksudmu,
Read more

Bab 9

Hatiku terasa sedikit lega, setelah semua masalah aku ceritakan pada bu Retno. Walaupun belum ada jalan keluarnya, setidaknya tidak aku pendam sendiri. Kebetulan hari ini aku bertemu dengan bu Retno di warung dan menyuruhnya mampir ke rumahku. “Kasihan kamu Rasti, sudah jauh dari keluarga, disini keluarga dari suamimu, tidak membuatmu nyaman.” Ucap bu Retno mengusap punggungku. Usapan bu Retno mengingatkanku pada emak, aku sangat merindukan emak.“Terus Rasti harus gimana bu?” tanyaku pada wanita yang seumuran dengan emak. Dia terdiam, berusaha memikirkan jalan keluar yang harus aku ambil.“Pertahankan rumah tanggamu Rasti, Riko laki-laki baik, cuma cara dia berfikir jauh diatas Toni adiknya.” Jawab bu Retno. Toni? Aku tidak berfikir ke Toni, betul kata bu Retno, Toni memang terlihat lebih dewasa di banding abangnya. Tapi diakan suami Lika? “Rasti akan berusaha mempertahankan bu, tapi Rasti bingung, karena ibu kemarin menyuruhku meninggalkan mas Riko dan tak boleh membawa Yuda.” Uca
Read more

Bab 10

"Kenapa? Mau membolak balikkan fakta? Dasar kamu memang pinter ngomong.” Jawabnya sambil menyeringai licik.“Mas, aku hanya ingin tahu Lika cerita apa? Sama tidak dengan apa yang aku ceritakan sama dia.” Ucapku gerah. Membuatnya mendelik.“Benar kata Lika, kalau kamu pasti akan bertanya seperti ini, kalaupun sama ucapan kalian, kamu pasti akan membalikkan kata, seakan membuat drama, Lika mengadu domba.”Sakit sekali hatiku mendengar jawaban mas Riko. Rasanya tak percaya Lika selicik itu, dia sudah menyusun rencana rapi untuk menjatuhkanku. Bodohnya aku telah mempercayai Lika. Aku salah memilih teman cerita. Ternyata aku masuk kedalam lubang sarang ular berbisa.“Ok mas, kalau kamu sudah sangat mempercayai omongan Lika, dan tidak mempercayai omonganku lagi, setidaknya kamu mencari bukti sendiri, aku istrimu atau Lika istri adikmu yang benar,” Ucapku, terlihat mas Riko terdiam. Ku harap dia mengerti akan maksudku.“Izinkan aku pulang, karena ibumu telah menyuruhku meninggalkanmu, tanpa
Read more
PREV
123456
...
23
DMCA.com Protection Status