Semua Bab Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina: Bab 51 - Bab 60

224 Bab

Bab 51

Mas Riko menghampiri Toni, yang amarahnya masih memuncak. Menenangkan sebisanya. Lika di seret Ibu keluar dari ruangan. Aku jadi bingung sendiri, mau ke Toni atau ke Lika? Ah, akhirnya aku memilih mendekekati Toni.“Sabar, Ton, malu ini Puskesmas!” Mas Riko mengusap pundak adiknya. Mencoba menenangkannya.“Lika keterlaluan, Mas!” jawabnya masih dengan nafas memburu. Ada apa sebenarnya? Tak seperti biasanya Toni marah kayak gitu. Setahuku, Toni bisa mengontrol emosi.“Ada apa sebenarnya?” tanya Mas Riko pelan. Menatap tajam wajah adiknya. Toni mengusap wajahnya pelan. Seakan berat sekali mau menjawab ucapan Abangnya.“Aku bingung mau menjelaskan, Mas,” jawab Toni meringis, menahan rasas sakit sikunya karena gerak. Iya, terdapat banyak goresan aspal di badan Toni.“Ya, udah, tenangkan dulu pikiranmu, Ton!” sahutku. Kulirik Yuda, dia melongo saja melihat kejadian ini.“Minum dulu, Ton!” aku meyodorkan sebotol air mineral pada Toni. Dia menerimanya dan meneguknya hingga separo.“Mas, Mbak
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-03
Baca selengkapnya

Bab 52

Keadaan Toni sudah semakin membaik. Dia tinggal di rumah Ibu sekarang. Ibu yang menyuruhnya. Nggak mungkin juga mau pulang ke rumahnya. Karena sudah menjatuhkan talak ke Lika. Mau tinggal di rumahku juga nggak di bolehin oleh Ibu. Aku dan Yuda berada di rumah Ibu sekarang. Mas Riko lagi ada kerjaan manen sawit. Hubunganku dengan Ibu juga sudah semakin membaik. Ucapan Ibu juga sudah lumayan lembut. Aku mendekati Toni yang lagi duduk di depan TV bersama Yuda. “Ton,” sapaku.“Iya, Mbak,” jawabnya seraya mengecilkan volume TV. “Mau tanya sesuatu, boleh?” tanyaku terlebih dahulu sebelum bertanya ke intinya. Di melihatku dan tersenyum. Wajahnya yang habis terjatuh terlihat menghitam bekas lukanya.“Serius amat, Mbak. Tanya aja. Kalu bisa ya di jawab, kalau nggak bisa jawab, nanti aku searching do google, hahaha,” jawabnya terkekeh. Aku juga ikutan terkekeh mendengar ucapannya.“Mbak kan kenal kamu udah lama, ya? Jadi mbak sedikit tahu lah karakter kamu,” ucapku basa basi. Memang seakan t
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-03
Baca selengkapnya

Bab 53

“Dia malah bilang, kalau aku sudah tak ada hak lagi, karena aku telah menjatuhkan talak ke dia, jadi masalah kata sandi itu, itu sudah menjadi privasinya. Aku nggak perlu tahu,” jawabnya sesekali menyeruput kopinya.“Benar sih, Ton, ucapan Lika itu. Kamu sudah tak ada hak lagi atas dia, kamu nyesel jatuhin talak ke dia?” ucapku seraya bertanya. Dia terdiam sejenak, menyandarkan punggungnya ke kursi.“Tingkah dia seolah ingin rujuk tak mau pisah denganku. Tapi ternyata itu hanya kedok. Nyatanya aku meminta kata sandinya dia ngomong seperti itu. Harusnya kalau dia memang benar-benar ingin rujuk denganku, jangan seperti itu,” jawabnya. Ya, aku bisa mengerti maksudnya. Penilainku, Toni juga masih berharap Lika bisa berubah.“Maka dari itu kamu marah-marah?” tanyaku lagi masih berusaha mengorek tuntas kejadian kemarin. “Iya, karena Lika juga ngomongnya kasar dan kenceng, terbawa emosi aku, Mbak. Lagian badanku juga sudah merasa nggak enak, malah di tambah omongan yang tak enak pulak,” jaw
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-03
Baca selengkapnya

Bab 54

Dengan perencanaan yang matang aku menceritakan semua ideku dengan Toni dan Ibu. mereka menyetujui dan mendukung rencanaku. Setelah Mas Riko pulang dari manen sawitnya juga aku sampaikan. Dia juga menyetujuinya.Hati terasa berbunga-bunga. Kini semua orang telah menerima ide dan saranku. Terutama ibu. Padahal ibu orang yang paling gengsi menyetujui gagasanku. Kini lambat laun ibu telah membuka pintu hatinya, walau susah tapi akhirnya terbuka pelan-pelan.Semua rencana sudah di atur. Semua mempunyai tugasnya masing-masing. Dan aku bagian datang ke rumah Lika. Ya, Lika belum pulang ke rumah orang tuanya. Dia masih di rumah Toni. “Assalamualaikum,” salamku saat berada di rumah Lika. Karena aku sudah mencari tahu dulu Lika ada di rumah apa di Puskesmas. Dia di rumah sekarang. Terbukti motornya terparkir si teras walau pintu rumahnya tertutup.“Waalaikum salam,” jawab Lika sedikit berteriak dari dalam. Terdengar langkah kaki semakin mendekat. Tak berselang lama pintu terbuka.“Eh, Mbak.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-04
Baca selengkapnya

Bab 55

“Iya!!!” deg. Hatiku terasa berhenti berdetak. Pertanyaan yang keceplosan tadi membuatnya menjawab dengan reflek. Seketika dia membungkam mulutnya sendiri. Seakan menyadari kalau ucapannya juga reflek.“Astaga Lika! Kamu tahu itu dosa besar,” Nafasku terasa naik turun. Terasa sakit hati ini. pengkhianatan janji suci pernikahan.“Persetan dengan dosa!” sungutnya. Lika seperti lagi kalap. “Lika, ok, ini hanya akan menjadi rahasia kita, tapi dengan satu syarat!” ucapku. Ingin mengembalikan keadaan sesuai rencanaku. Kulihat ekspresinya sedikit tenang mendengar ucapanku.“Apa persyaratannya?” tanyanya. Dengan tatapan menantang. Aku terdiam sejenak. Mengatur emosiku yang naik turun karena pengakuan dahsyat Lika.“Mbak niat awal datang ke sini karena ingin meminta maaf dengan mu, Lika. Selain itu Mbak ingin kamu menemui Toni, dia membutuhkanmu,” jawabku. Kulihat ekspresinya datar.“Mas Toni sudah menjatuhkan talaknya,” jawabnya terdengar serak.“Bisa rujuk lagi, Lika. Mbak yakin Toni pasti
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-04
Baca selengkapnya

Bab 56

Sesampainya di rumah, sudah ada mobil di halaman rumah. Mas Riko sudah meminjam mobil tetangga. Karena memang sudah di rencanakan.“Ayo, Mas kita kle rumah Ibu. Lika sudah dalam perjalanan ke sana!” ucapku pada Mas Riko. Aku langsung memasukkan motor matic ke dalam rumah.“Iya, ayok, makanya Mas cepat-cepat minjam mobil, biar nggak terlalu lama menunggu,” jawabnya. Aku mengangguk. “Yuda sudah kamu jemput belum, Mas?” tanyaku teringat pada Yuda. “Sudah, dia less sekarang,” jawab Mas Riko. Aku mengangguk. Tanpa buang waktu aku dan Mas Riko segera keluar rumah dan mengunci pintu. Bergegas masuk ke mobil untuk membantu rencana Ibu dan Toni.Dengan kecepatan sedang Mas Riko mengemudikan mobil pinjaman ini. Hatiku berdegub nggak karu-karuan. Semoga rencana yang telah di susun matang ini akan berjalan lancar sesuai keinginan.“Mas aku malah menemukan bukti baru,” ucapku dalam mobil dari pada diam saja.“Apa?” tanya Mas Riko masih fokus dengan menyetirnya. “Merekam percakapanku dengan Lika
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-04
Baca selengkapnya

Bab 57

“Ton, kamu bisa berjalan sendiri, apa harus di gendong?” tanya Mas Riko sok serius dan cemas. Begitu juga aku dan Ibu. hanya Lika yang benar-benar cemas. Kasihan sebenarnya dengan Lika. Tapi dia keterlaluan. Masih sangat terlihat kalau dia mencintai Toni. Tapi Toni? Entahlah.“Lika,” ucap Toni memegang tangan Lika, tanpa memperdulikan pertanyaannya Abangnya. Adegan yang bagus sekali jika di filmkan.“Iya, Mas?” jawab Lika menanggapi ucapan Toni dan juga berbalik memegang tangan Toni.“Maafkan aku, ya! Terimakasih sudah mau ke sini!” ucap Toni lembut dengan suara pelan, seakan menahan rasa sakit. Lika memandang ke arah Ibu. Wajah ibu juga terlihat sangat sedih.“Iya, Lika, maafkan Ibu juga, ya! Kemarin sudah menamparmu!” sahut Ibu menimpali. Lika terdiam terbawa suasana.“Iya. Lika maafkan Mbak juga sudah nyumpahin kamu kemarin,” sahutku lagi lebih meyakinkan.“Aku juga minta maaf, ya, aku ingin keluarga kita bahagia,” Mas Riko juga ikut menambahi agar tak terlihat settingan. Untuk leb
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-04
Baca selengkapnya

Bab 58

“Lo, ini kan rumah Mbak Ria? Katanya mau ke Puskesmas?” tanya Lika seakan bingung ketika mobil berhenti di halaman rumah Mbak Juwariah.“Iya, aku mau minta penjelasan dari Mbak Ria.” Jawab Toni mantap, wajahnya terlihat segar lagi. Capek mungkin berekspresi lemas.“Kamu nggak sakit, Mas?” tanya Lika mengerutkan kening. Seakan masih bingung dengan apa yang terjadi. Aku kasihan sebenarnya melihat kondisi Lika. Seakan terjebak dalam perangkap dan tak ada yang bisa menolongnya. Tapi dia nggak bisa juga di kasihani.“Sudah Lika, nggak usah banyak tanya, Turun sekarang!” sungut Ibu mengeluarkan sifat aslinya. Ibu mungkin lelah juga berekspresi cemas dan khawatir dengan kondisi Toni.“Ibu, kok, bentak aku lagi?” tanya Lika, yang belum mau turun. Ibu membuang muka. Sadis. Aku dan Mas Riko sudah turun dari mobil. Ku lihat Mbak Ria lagi menyapu teras rumahnya. Seakan melongo melihat kedatangan kami semua. Akhirnya dia menaruh sapunya dan datang menghampiri kami. “Ada apa ini?” tanya Mbak Juwar
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-05
Baca selengkapnya

Bab 59

“Nggak usah Ria, nggak usah repot-repot. Kita nggak akan lama-lama disini,” sahut Ibu yang enggan mau di buatkan minuman oleh tuan rumah.“Owh,” ucap Mbak Juwariah, berakhir ikut duduk bersama kami. Raut mukanya terlihat tegang. Menatap Lika. Dua bola mata mereka seakan lagi berbicara.“Maaf sebelumnya, ada apa ya kalian semua datang ke sini, ada yang bisa saya bantu?” Tanya Mbak Ria memulai lagi percakapan, karena sempat terhenti sejenak. Hening.“Ehem,” ibu mencoba mengambil perhatian kami, kami semua terdiam, “gini, Ria, apakah benar Lika selingkuh dengan Tirta? Tak mungkin kamu tak mengetahui ini semua? karena Tirta adalah saudara kamu,” tanya Ibu tanpa basa basi. Terlihat Mbak Ria tercengang dengan pertanyaan ibu. Menatap Lika, seakan meminta penjelasan dia mau menjawab bagaimana.“Emmm, itu bu, anu ....” hanya seperti itu yang terucap dari mulut Mbak Ria. Berkali-kali menggaruk kepalanya. Entah memang gatal atau pura-pura gatal. Yang jelas dia nampak kebingungan mencari jawaban
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-05
Baca selengkapnya

Bab 60

Lika terdiam dengan bola mata mereka saling beradu. Seakan berbicara dari mata. Ingin mnegetahui apa maksud perkataannya.“Atau kita panggil Tirta?” celetuk Toni. Semua mengarah ke Toni yang terlihat lagi mengangkat alisnya.“Tirta lagi nggak ada di rumahnya, dia lagi ada kerjaan di luar kota,” jawab Mbak Ria cepat kilat. Nggak tahu hanya sekedar alasan, atau memang Tirta beneran lagi tak ada di rumahnya.“Katanya tak tahu apa-apa tentang Tirta, tak tahu menahu dengan kegiatan Tirta, tapi itu tahu kalau Tirta lagi nggak ada di rumah, bahkan lagi kerja ke luar kota,” sahutku menyeringai kecut. Membuat dia semakin salah tingkah.“Apa sih maksudmu, Mbak Rasti?” tanyanya dengan nada geram. Lagi-lagi aku menyeringai menjatuhkan. Dia terlihat semakin tak suka denganku.“Betul yang di bilang Rasti, Ria. Berarti kamu tahu kegiatan Tirta. Apa susahnya jujur?” sahut Mas Riko, membuat Mbak Ria semakin terpojok.“Jujur saja Ria. Apa yang kamu ketahui tentang Lika dan Tirta? Sebelum kami semua mem
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-05
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
23
DMCA.com Protection Status