“Dia malah bilang, kalau aku sudah tak ada hak lagi, karena aku telah menjatuhkan talak ke dia, jadi masalah kata sandi itu, itu sudah menjadi privasinya. Aku nggak perlu tahu,” jawabnya sesekali menyeruput kopinya.“Benar sih, Ton, ucapan Lika itu. Kamu sudah tak ada hak lagi atas dia, kamu nyesel jatuhin talak ke dia?” ucapku seraya bertanya. Dia terdiam sejenak, menyandarkan punggungnya ke kursi.“Tingkah dia seolah ingin rujuk tak mau pisah denganku. Tapi ternyata itu hanya kedok. Nyatanya aku meminta kata sandinya dia ngomong seperti itu. Harusnya kalau dia memang benar-benar ingin rujuk denganku, jangan seperti itu,” jawabnya. Ya, aku bisa mengerti maksudnya. Penilainku, Toni juga masih berharap Lika bisa berubah.“Maka dari itu kamu marah-marah?” tanyaku lagi masih berusaha mengorek tuntas kejadian kemarin. “Iya, karena Lika juga ngomongnya kasar dan kenceng, terbawa emosi aku, Mbak. Lagian badanku juga sudah merasa nggak enak, malah di tambah omongan yang tak enak pulak,” jaw
Read more