Semua Bab Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina: Bab 61 - Bab 70

224 Bab

Bab 61

“Mohon maaf sebelumnya, Pak Samsul dan Bu Santi. Saya mengundang Bapak dan Ibu, bukan ke rumah saya,” ucap ibu seakan nggak enak hati sama besan. Pak Samsul dan Bu Santi mengangguk tanda mengerti. Lika masih terisak di pelukkan mamanya. Entahlah, dia menangis karena takut, atau menangis karena pura-pura merasa terdzolimi.“Iya, Bu. kami bisa mengerti dan kami juga sudah sedikit tahu apa masalahnya, Maafkan anak saya,” sahut Pak Samsul, seakan sama merasa tak enak dengan besannya.“Itu bohong, Pa! Itu nggak benar, Lika di jebak,” bantah Lika melepas pelukkan mamanya. Memandang Papanya penuh percaya diri. Papa dan Mamanya saling memandanginya. Entahlah, aku tak bisa mengartikan tatapan itu.“Lika, Papa dari tadi mendengar percecokkan kalian lewat telpon, makanya Papa dan Mama memutuskan mau ke sini, karena ingin mendengar semuanya secara langsung,” ucap Papa nya masih terdengar pelan, tapi sangat terasa nada kekecewaan.“Ibu kamu licik!!” bentak Lika kepada mertua. Plaaaaakkkkkkk, “yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-05
Baca selengkapnya

Bab 62

“Iya Toni, jelaskan semuanya kepada kami!” ucap Bu Santi seakan menegaskan ucapan suaminya. Ibu terlihat mengangguk, seakan mendukung Toni anaknya untuk menjelaskan semuanya. Kulirik tuan rumah, seakan raut wajahnya semakin cemas.“Aku dan Mas Riko sempat mengikuti Lika. Karena gosip para tetangga sudah kemana-kemana. Dan Lika akhir-akhir ini sering lembur malam. Akhirnya membuat kecurigaanku memuncak. Ternyata kecurigaanku benar, Lika kami pergokki di kamar penginapan bersama Tirta, saudara Mbak Ria,” jawab Toni. Ku amatai wajah Pak Samsul dan Bu Santi sangat memerah, seakan menahan rasa malu.“Apa? kamu dan Tirta sampai ke penginapan? Aku nggak percaya kalian sampai segitunya, Lika!” ucap Mbak Ria. Aku sedikit tersentak mendengar ucapan Mbak Ria. Dia memang benar-benar nggak tahu? Atau hanya ingin menyelamatkan dirinya sendiri? Sehingga menjatuhkan sohibnya. Benar-benar aku tak habis pikir dan belum bisa membaca pola pikir Lika dan Mbak Juwariah.Kulirik Lika nampak melipatkan kenin
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-05
Baca selengkapnya

Bab 63

Keadaan semakin menegangkan. Lika hanya bisa menunduk dengan berurai air mata. Badannya bergetar sesenggukkan. Dia tak berani memandang wajah ke dua orang tuanya. Mungkin kalau aku berada di posisi Lika, juga nggak berani memandang wajah Pak Samsul dan Bu Santi. Sangat terlihat kekecewaan yang mendalam dan amarah yang memuncak.Kasihan melihat kondisi Lika. Apalagi aku menilai Mbak Juwariah malah memojokkannya. Seakan dia ingin melepaskan diri. Membiarkan Lika menanggung sendirian. Sahabat yang tak bisa di andalkan. Hanya mau enaknya sendiri. “Bapak mau menghajar kamu rasanya sudah nggak pantas, Lika,” ucap Pak Samsul memulai pembicaraan. Karena sempat terjeda sementara. Bu Santi terlihat membuang muka, tak mau memandang ke arah anaknya. Sedangkan Ibu memandang Lika, dengan mata nanar. Seakan merasakan kekecewaan yang mendalam.“Ini semua karena ide kamu, Mbak!!!” teriak Lika tiba-tiba menyerang ke arah Mbak Ria. Menjambak-jambak rambut Mbak Ria. Semua orang kebingungan menenangkan L
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-06
Baca selengkapnya

Bab 64

[Hai cantik, lagi ngapain? Ketemuan bisa?] dari hasil screnshoot mendapati chat yang di mulai dari Tirta menggombali Lika. Namanya juga laki-laki, merasa terpancing jika mendapati perlakuan lebih dari lawan jenisnya. Merasa juga kalau lawan jenisnya menyalakan lampu hijau.[Lagi jenuh di rumah. Ketemuan? Emmm, malam aja ya, alasanku keluar rumah bisa dengan lembur di Puskesmas jadi aman] jawab Lika. Benar-benar memberikan lampu hijau kepada Tirta.[Ide yang bagus, biar aman aku booking penginapan, ya? Jadi kita aman, yang punya penginapan temanku kok, jadi pasti aman rahasia kita] balas Tirta mengajak lebih. Sepasang lawan jenis, berada dalam kamar penginapan mau ngapain kalau nggak begituan. Itu yang ada dalam pikiran. Membayangkan saja rasanya sudah sesak nafas.[Ok. Atur saja, aku ngikut] Lika pun membalasnya seperti itu. Kucing di kasih ikan asin ya pasti di sambarlah. Walau tak semua lelaki. Tergantung keimanan hatinya. Entahlah, nggak ngerti jalan pikiran Lika. Apa karena demi k
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-06
Baca selengkapnya

Bab 65

Lika sudah di bawa pulang oleh ke dua orang tuanya. Toni tinggal bersama Ibu. Sampai detik inipun aku masih nggak habis pikir dengan Lika. Kenapa dia tega mengkhianati Toni? Membuat rumah tangganya berantakan. Tapi kembali lagi ke ketentuan Allah. Dia ingin menghancurkan rumah tanggaku, malah rumah tangga dia yang berantakan.Aku mengutak atik gawai, membaca kembali hasil screnshoot yang aku ambil kemarin. Gawai Lika juga sudah aku kembalikan. Aku titipkan kepada Bu Santi, karena Lika pingsan kemarin.[Lika, kalau kamu nggak punya anak, bisa-bisa harta mertuamu jatuh ke Yuda, anak Rasti. Kamu harus segera hamil] chat Mbak Juwariah.[Iya Mbak. Aku dan Mas Toni juga sudah berusaha, tapi nggak tahu nggak hamil-hamil] jawab Lika di chat tersebut.[Kalau bisa anakmu juga laki-laki, kalau sampai perempuan, paling dikit dapatnya] balas Mbak Ria berusaha mengubah polah pikir Lika.[Mbak Rasti orangnya baik Mbak, polos gitu, nggak mungkin dia ada kepikiran sampai ke situ] jawabnya Lika, aku me
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-06
Baca selengkapnya

Bab 66

Chat satu waktu berhenti sampai di sini. Rencana dia ternyata berhasil waktu itu. Ibu semakin membenciku. Mas Riko juga sempat terhasut sehingga tak mau pulang kerumah. Sampai-sampai Mas Riko menamparku waktu itu. Astaga Lika, aku sampai detik ini masih tak percaya kamu seperti ini. Benar-benar ular berbisa.Dengan hati yang merasa tersayat aku melanjutkan membaca chat mereka lagi. Penasaran bagaimana kebahagian mereka di atas penderitaanku waktu itu.[Gimana?] Mbak Juwariah chat hanya seperti itu. Tapi Lika seakan faham arah pertanyaannya kemana.[Puas, Mbak. Ibu dan Mas Riko percaya sepenuhnya dengan ucapanku. Sampai-sampai Mas Riko nggak mau pulang, dia tidur di rumah ibu] balas Lika, di tambah dengan emotikon tertawa lepas. [Wah, bagus itu. Aku yakin Rasti nggak akan betah dan milih pulang ke orang tuanya] jawab Mbak Juwariah. Juga di tambah dengan emotikon ngakak puas. Air mataku terjatuh membaca chat mereka ini. walau sudah aku baca sebelumnya. Tapi tetap saja sesak hati ini, k
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-06
Baca selengkapnya

Bab 67

"Mbak Rasti, beneran, ya, Lika sama Toni cerai?” tanya Mak Rida saat aku belanja di warungnya. Pertanyaan yang paling malas untuk menjawabnya. Karena setiap ketemu tetangga selalu itu yang di tanyakan.“Iya, Mak, baru pisah rumah, belum cerai negara. Semoga bisa rujuk lagi,” jawabku, mencoba santai. Mak Rida mengangguk-angguk.“Lika juga kebangetan, banyak yang ngegosipin dia,” sahut Mak Rida lagi. Aku masih memilih-milih telur. Terdiam tak ingin menjawab. Nanti kalau di jawab pasti akan panjang dan melebar kemana-mana. Untung ini warung sepi. Sempat banyak yang belanja, selesai aku di serang pertanyaan.“Eh, berarti gosip Lika dan saudara Juwariah itu benar, ya?” tanya Mak Rida lagi masih gigih dengan kekepoannya. Kuatur nafasku, serasa sesak kalau di tanya rumah tangga Lika dan Toni. Sebenci apapun Lika, setidaknya aku tak berhak membeberkan aibnya. Walau aibnya sudah kebeber dengan sendirinya. Setidaknya bukan dari mulutku.“Semoga hanya gosip, ya, Mak,” aku masih menjawab seperti
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-06
Baca selengkapnya

Bab 68

Aku pulang dari warung Mak Rida dengan penuh tanda tanya. Kalau benar ucapan Mak Rida, betapa sakit hatinya Lika jika mengetahui. Apa memang udah tahu? Ah, Kopi, kenapa kamu nggak merasa puas dengan kehidupanmu. Padahal semua orang dulu menyayangimu dan memujamu. Membuat tindakan tanpa di pikir panjang dulu untuk efek jangka panjangnya. Kasihan kamu.Aku hanya bisa apa sekarang? Hanya bisa melihat kehidupan Kopi yang berubah drastis dari sebelumnya. Melihat adik ipar yang sebentar lagi menyandang status duda. Kasihan sekali Toni. Padahal dia suami yang nggak neko-neko. Menjunjung tinggi arti sebuah pernikahan.“Kamu kenapa? Bengong aja dari tadi?” tanya Mas Riko, otomatis membuyarkan lamunanku. Aku belum menjawab. Masih sibuk menyusun belanjaan di lemari dapur.“Ngelamunin apa, sih?” tanya Mas Riko lagi. Seakan dia bisa membaca raut mukaku yang bengong melompong, memikirkan ucapan Mak Rida tadi.“Habis belanja pasti dengar gosip, ya?” tanya Mas Riko lagi, menebak-nebak kondisi hati da
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-06
Baca selengkapnya

Bab 69

[Saudara aku ada yang mau kenalan? Mau nggak?] chat Mbak Juwariah ke Lika. [Cewek apa cowok?] balas Lika. Kulihat jam balasan tak berselang lama. Cepat juga Lika membalasnya.[Cowok dong, namanya Tirta] balas Mbak Juwariah lagi, sama-sama cepat mereka balasnya. Mungkin memang lagi santai.[kok, nggak di balas? Mau nggak? Dia fans beratmu] Mbak Juwariah chat lagi. karena Lika agak lama membalasnya.[Ganteng nggak?] akhirnya Lika menanggapi. Aku tersenyum membaca chat dari Lika ini. Masih mikir juga dia masalah wajah.[Ganteng, Dong! Lebih ganteng dari Toni malah] jawab Mbak Ria. Astaga memang benar-benar promosiin Tirta.[Ok lah, hitung-hitung tambah teman] balas Lika. Di balas emotikon suka dan love dari Mbak Juwariah bheserta nomor kontak hape Tirta.Percakapan satu waktu berhenti sampai di sini. Seperti itulah awal mula Mbak Juwariah mengenalkan Tirta ke Lika. Memperkenalkan yang baik, tapi Lika bisa masuk ke perangkap yang sudah di persiapkan.Ku letakkan gawai ke meja. Menyudahi
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-06
Baca selengkapnya

Bab 70

“Kamu yakin kalau Lika beneran hamil?” tanya Mas Riko langsung ke arah itu. Aku beranjak dari duduk dan menuju ke dapur. Membuatkan Toni kopi.“Ragu,” hanya itu jawaban yang aku dengar dari mulut Toni. Aku masih terus membuatkan dia kopi. Tak membuat waktu lama, untuk membuatkan dia kopi.“Di bawa Lika periksa ke dokter kandungan, kamu yang pilih dokternya,” sahutku seraya menaruh segelas kopi di meja dekat Toni duduk.“Kalaupun beneran hamil, aku juga ragu itu anak siapa?” balas Toni. Menyandarkan badannya. Aku terdiam saling beradu pandang dengan Mas Riko.“Setidaknya kita cek dulu aja, beneran hamil atau tidak,” saran Mas Riko. Aku mengangguk.“Di saat seperti ini, aku tak mengharapkan kehamilan dia. Kalaupun itu benar-benar anakku, aku tak sanggup bersatu lagi dengan Lika. Karena dia sudah tidur dengan laki-laki lain,” balas Toni, seraya mengambil kopi, meniupnya pelan-pelan, lalu menyeruputnya.“Ini yang bikin nagih ke sini, kopi buatan Mbak Rasti memang lezat,” ucap Toni lagi, s
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-06
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
23
DMCA.com Protection Status