All Chapters of Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina: Chapter 81 - Chapter 90

224 Chapters

Bab 81

“Kapan kamu mendapatkan ini?” tanya Toni seraya menerima sodoran barang yang di berikan Naila kepadanya. Aku dan Ibu hanya bisa mengamati aksi mereka.“Kemarin sepulang dari rumah Mbak Rasti,” jawabnya, Toni melongo seraya manggut-manggut. Ku amati pandangan mata Naila, tatapan mata itu terlihat sayup, mungkin karena dia sakit. Ah, jadi penasaran dia sakit apa.“Terimakasih,” Jawab Toni. Naila hanya mengangguk.“Sepulang dari rumah Mbak Rasti aku langsung menuju ke rumah orang tua Lika,” ucap Naila dengan nafas yang memburu. Nafas dia seakan kayak habis melakukan pekerjaan berat. Sehingga ngos-ngosan karena capek.‘Naila boleh aku meminta sesuatu?’ tanya Toni waktu itu, aku mencoba mengingat kembali permintaan Toni.‘apa?’ tanya Naila.‘Kalau kamu mau ke rumah Lika, tolong rekamkan percakapan kalian,” seperti itulah permintaan Toni ke Naila. Hanya di jawab senyuman dan anggukkan oleh Naila.‘Bukannya aku tak percaya padamu, tapi untuk bukti saja, karena aku akan menggugat Lika secara
Read more

Bab 82

“Karena aku nggak mau harta mertuaku di kuasai oleh Yuda anak Mas Riko,” sungut Lika, seakan dia nggak terima, di ingatan oleh sahabatnya.“Hanya karena harta?” tanya Naila lagi. Tak ada jawaban dari Lika. Lika terdiam.“Orang tuamu, orang berada Lika, kamu masih mikirkan harta? Aku juga yakin, kalau mertuamu itu, pasti akan adil dalam pembagian hartanya,” ucap Naila lagi.“Semua sudah terlanjur Nai, aku hanya bisa berharap Mas Toni mau menerimaku lagi, agar anak ini lahir dengan keluarga yang utuh, aku nggak mau anak ini lahir tanpa seorang ayah,” jawab Lika. Suaranya memang terdengar sangat menyesal. “Aku juga mengenal suamimu Lika, kayaknya Mas Toni akan berat bisa menerimamu kembali,” jawab Naila. Seakan terdengar sakit hati juga dengan tindakan Lika.“Bantu aku Nai, aku yakin Mas Toni pasti mendengarkan ucapanmu,” pinta Lika ke Naila. “Kenapa kamu diam, Nai? Apa kamu nggak mau membantuku? Apa kamu juga masih berharap dengan Mas Toni?” tanya Lika bertubi-tubi karena Naila hanya
Read more

Bab 83

“Ya Allah, Nduk, pucat sekali kamu!!!” teriak Mamanya Naila, saat anaknya baru saja sampai rumah. “Nggak apa-apa, Ma. Kan memang setiap hari seperti ini,” jawab Naila menenangkan ibunya. Nenek Naila juga ikut keluar dari kamarnya, mungkin mendengar suara anak dan cucunya.“Ya Alalh, cah Ayu, sudah di minum obatnya?” Neneknya pun juga seakan cemas. Beruntung sekali Naila berada di tengah-tengah keluarga yang menyayanginya.“Sudah, Nek. Nenek tenang aja, ya, kan memang setiap hari seperti ini,” jawab Naila sangat lembut.“Makasih ya Nak, sudah ngantar cucu saya pulang,” ucap Nenek Naila kepada ku. “Sama-sama, Nek,” balasku dengan senyum termanis. “Kalau boleh tahu siapa namanya?” tanya Mama Naila. Dengan cepat aku mengulurkan tangan kananku. Di sambut ramah oleh Mamanya Naila.“Rasti, Bu,” jawabku. “Laila,” sahut Mamanya Naila, yang wajahnya sebelas dua belas dengan anaknya. Cantik versi tua. Mungkin besok tuanya Naila akan seperti Mamanya ini wajahnya. “Tadi ngantar ke sini pakai
Read more

Bab 84

Sepanjang perjalanan rasa penasaranku semakin memuncak. Cewek secantik dan sebaik Naila, serta di keliling keluarga yang super hangat, di beri penyakit apa oleh Allah? Tapi setidaknya Naila beruntung. Semua keluarganya sangat memberi dukungan penuh olehnya. Agar dia selalu berpikiran positif, pasti bisa sembuh.“Mbak jangan meleng, dong!!!” teriak lelaki muda, sama-sama naik motor tepat di sebelahku.“Meleng gimana?” teriakku juga dengan motor masih terus berjalan. Kaget juga rasanya. “Mbak sent kanan, tapi belok ke kiri,” teriaknya lagi seraya berlalu. Sekita aku berhenti. Owh ternyata benar yang di bilang lelaki muda tadi. Saking aku tak kosentrasi mengemudi, kepikiran terus dengan Naila. Aku saja yang baru kenal Naila, langsung jatuh hati dengan nya, apa lagi Toni? Jelas Toni kepikiran banget Naila sakit apa? Aku jatuh hati ke Naila bukan ke cinta lawan jenis ya, tapi ke rasa sayang seperti kakak ke adik.Aku berhenti sejenak dulu, ku rogoh saku baju yang aku pakai. Obat Naila ma
Read more

Bab 85

Akhirnya sampai rumah juga, jemput Yuda dan ngantar Yuda les pun sudah. Kulihat baju kotor sudah menggunung. Belum lagi cucian piring kotor di westafel. Ah, pekerjaan perempuan itu kayak nggak ada habisnya. Selalu menunggu setiap menit. Ku putar mesin cuci dan lanjut ke westafel. Mas Riko lagi rebahan di depan TV, wajahnya terlihat lelah setelah pulang dari manen sawit. Kalau capeknya sudah mentok, paling ujung-ujungnya suruh panggilkan tukang urut.“Kopi nya, Mas!” ucapku seraya meletakkan secangkir kopi di dekatnya.“Terimakasih,” sahutnya. Aku mengangguk. Semenjak kejadian dulu itu, Mas Riko jauh lebih baik. Jauh lebih menghargai pekerjaan. Selalu mengatakan tolong jika meminta aku mengerjakan sesuatu, berujung terimakasih jika sudah selesai.Masalah hidup memang bisa di jadikan bahan renungan. Intropeksi diri sendiri. Dulu rumah tanggaku yang seakan sudah di ujung tanduk, sekarang rumah tangga Toni dan Lika yang memang sudah di ambang kehancuran. Padahal, dulu Toni yang selalau m
Read more

Bab 86

“Naila sakit tumor rahim,” lirihku. Terasa sangat sesak mengatakannya. Apalagi Naila, pasti dia shok berat saat dokter memvonis dia menderita penyakit itu. Kasihan Naila.“Tumor rahim?” Mas Riko mengulang kalimat itu.“Iya, wajar kalau Naila menghilang dari kehidupan Toni,” ucapku. Seakan ikut merasakan penderitaan yang di alami Naila.“Toni sudah tahu?” tanya Mas Riko lagi.“Belum, aku takut malah Toni yang menjauh dari Naila setelah tahu penyakitnya,” jawabku seraya menggeleng, makin terasa sesak.“Mas yakin Toni nggak seperti itu,” jawab Mas Riko. Semoga saja, biar Naila merasakan kebahagiannya.“Mungkin Toni bisa menerima, tapi Ibu?” ucap dan tanyaku. Membuat Mas Riko terdiam. Seakan tak bisa menjawab. Berakhir dengan mengangkat bahunya. Pertanda tak tahu jawabannya.“Setidaknya Toni tahu dulu,” ucap Mas Riko.“Iya, Mas. Karena adek perhatikan Naila sangat tulus mencintai Toni. Terbukti dengan semua pengorbanannya,” balasku. Mas Riko mengangguk.“Tumor rahim bisa di sembuhkan kan?
Read more

Bab 87

Sampai tempat tujuan. Ramai banget kalah pasar pagi di buatnya. Tapi, telat datangnya. Polisinya sudah pergi. Entah siapa yang di bawa polisi itu. Karena, aku masih melihat Mbak Juwariah meronta-ronta dan banyak yang menenangkannya.“Kenapa, sih, Mak?” tanyaku kepada Mak Rida.“Nggak ngerti juga,” spontan Mak Rida jawabnya. Jelas dia juga nggak tahu. Ah, manusiawi, udah tahu kalau dia juga nggak tahu, masih aja bertanya. Jelas-jelas datang berdua barengan.“Mak, ada apa ya? Kok, Mbak Juwariah meronta-ronta?” tanyaku kepada orang asal saja, yang menurutku dia tahu.“Itu, Mbka, pacarnya dibawa polisi karena buronan,” jawab ibu-ibu paruh baya. “Pacar?” tanyaku mengulang kata itu. “Entah pacar atau bukan nggak tahu deh, Mbak, yang jelas dia meronta-ronta kayak gitu, ada seorang cowok yang di masukin ke mobil polisi,” jawab Mak-Mak itu lagi.“Owh, cowok itu siapa namanya, Mak?” tanyaku balik.“Nggak tahu, Mbak,” jawab Mak itu singkat. Aku hanya mengangguk saja.“Tirta, Mbak,” sahut Emak
Read more

Bab 88

“Tau, Mas lah yang harusnya lebih tahu tentang mereka, kan mantan,” celetukku. Dia terlihat memonyongkan bibirnya.“Setahuku Tirta itu memang saudara sama Juwariah, tapi saudara jauh gitu, tapi kok sampai segitunya Tirta di jemput polisi, kan aneh?” jawab Mas Riko, seakan-akan membayangkan masa lalu.“Nggak ada yang anehlah, kan mereka saudara,” jawabku asal. Walau dalam hati sebenarnya juga merasa janggal. Belum lagi saat Tirta mendekap Mbak Juwariah, saat Lika kalap di rumahnya waktu itu. Entahlah, saudara yang kayak mana mereka aku juga nggak ngerti.“Tetep aja aneh, menurutku.” Sahut Mas Riko lagi seraya beranjak dar duduknya. Masuk ke dalam rumah. Aku mengikuti langkahnya.....“Yang bener Mbak, Naila sakit itu?” tanya Toni seakan tak percaya. Ya, kami sekeluarga main ke rumah Ibu. sengaja ingin memberi tahu penyakit Naila ke Toni.“Iya, Ton, wajar kalau dia menjauh dari mu, dan merasa tak pantas untuk mu,” jawabku. Aku cerita ini pas nggak ada ibu. Karena Ibu lagi ngajak cucunya
Read more

Bab 89

[Mbak bisa ke rumah sakit sekarang?] tanya Toni dari seberang. Aku masih tercengang dan belum menjawab pertanyaan Toni.[Hah?] hanya itu yang bisa aku sampaikan.[Mas Riko nggak manen sawit kan Mbak? Kalian ke rumah sakit Halimah, ya?] jawab dan tanya Toni. Tenggorokkan terasa tercekat mau menjawab.[Yang sakit siapa?] tanyaku akhirnya.[Naila, Mbak, cepat ke sini, ya!!] teriak Toni seakan panik. Terasa berhenti berdetak jantung ini. [Mbak, bisa kan?] tanya Toni lagi. seketika tersadar dari tercengangku.[Owh, iya, Ton] tit. Seketika komunikasi terputus.Segera aku mencari Mas Riko. Entah ada di mana dia. Ku geledah semua ruangan yang ada di rumah ini. Tapi juga tak ku temukan dia. Ah, di saat genting seperti ini, kenapa susah nyari dia.“Mas!!!” panggilku dengan suara sedikit meninggi. Tapi tetep saaj tak ada sahutan. Aku beranjak ke luar rumah. mencari di sekitar rumah. Aih, ternyata dia lagi ngobrol dengan Pak Gito tetangga sebelah.“Mas!!” panggilku lagi. Yang di panggil akhirnya
Read more

Bab 90

“Naila ada di dalam bersama Neneknya, Papanya juga masih perjalanan ke sini, karena Papanya kemarin ke luar kota ada urusan pekerjaan,” jawab Bu Laila seakan tak nyambung dengan pertanyaanku. Mungkin dari pada nggak menjawab.“Boleh saya masuk, Bu?” tanyaku minta ijin. “Jangan dulu, Nak. Tadi aja Toni masuk dia menyuruh Toni keluar. Mungkin dia malu dengan kondisinya,” jawab Bu Laila. Aku melirik Toni.“Kalian semua sudah tahu penyakit Naila, dia terlalu minder dengan kamu, Nak Toni,” jawab Bu Laila dengan air mata berlinang. Toni juga terlihat matanya nanar.“Apa kata dokter, Bu?” tanyaku. Masih sangat penasaran. Bu Laila menarik nafasnya kuat-kuat dan melepaskannya perlahan.“Dokter menyarankan segera melakukan pengangkatan rahim, tapi Naila selalu menolak,” jawab Bu Laila semakin terisak pilu. Sesama perempuan hatiku sangat terasa sesak. Aku juga mendesahkan nafas, ingin membuang rasa sesak ini.“Bu, saya mau menikahi Naila, apapun kondisinya?” celetuk Toni. Kami semua mengarah pa
Read more
PREV
1
...
7891011
...
23
DMCA.com Protection Status